China Rencanakan Bangun Fasilitas Militer Megah di Kuba, Ancam Keamanan Amerika Serikat
Pewarta Nusantara, Havana - China Rencanakan Fasilitas Militer di Kuba, AS Was-Was akan Dampaknya terhadap Keamanan.
Muncul laporan yang menyebutkan bahwa China berencana membangun fasilitas militer baru di Kuba, yang menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS) bahwa hal tersebut dapat berdampak pada penempatan pasukan China di perairan yang berdekatan.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan hal ini pada Selasa (20/6), mengutip seorang sumber anonim. Meskipun pembicaraan antara kedua negara tersebut masih dalam tahap lanjutan dan belum mencapai kesepakatan, pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha untuk menghentikan tercapainya kesepakatan tersebut.
Kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Beijing dan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping baru-baru ini menandai kunjungan pejabat AS dengan tingkat tertinggi ke Tiongkok hingga saat ini. Kunjungan ini dilakukan dalam situasi ketegangan yang sedang meningkat antara kedua negara adidaya.
Pertemuan tersebut berhasil mencapai kemajuan positif dalam menurunkan ketegangan, dan keduanya berkomitmen untuk melakukan lebih banyak diplomasi melalui kunjungan pejabat tingkat tinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Blinken, yang mengkonfirmasi keprihatinan AS terhadap kegiatan intelijen atau militer Tiongkok di Kuba, menyatakan bahwa AS akan memantau situasi tersebut dengan cermat dan melindungi kepentingan nasional mereka.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengakui bahwa Tiongkok berusaha meningkatkan pengaruh dan jangkauannya, dan AS akan terus mengambil langkah-langkah untuk melindungi keamanan nasional mereka sendiri.
Selain itu, pemerintahan Biden juga mengonfirmasi bahwa China telah melakukan operasi pengawasan di Kuba selama beberapa tahun, yang ditingkatkan pada tahun 2019.
Laporan WSJ mengindikasikan bahwa fasilitas militer baru yang sedang direncanakan oleh China di Kuba adalah bagian dari "Proyek 141" China, yang bertujuan untuk memperluas jaringan dukungan militer dan logistik China di seluruh dunia.
Di sisi lain, AS mengusulkan untuk memulihkan komunikasi militer antara AS dan China, namun hal tersebut belum tercapai selama kunjungan Blinken.
Sarah Beran, direktur senior Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih untuk urusan Tiongkok dan Taiwan, menekankan pentingnya pendirian komunikasi militer-militer antara kedua negara untuk mengurangi ketegangan dan memastikan pemahaman yang tepat tentang niat masing-masing pihak.
Baca juga: Ancaman Besar: Dampak El Nino Terhadap Kesehatan dan Sosial Masyarakat Mengkhawatirkan
AS menyatakan kesiapan mereka untuk bertemu dengan China dan mengharapkan respons yang sesuai dari pihak China. China sendiri telah menyebutkan sanksi AS sebagai hambatan bagi dialog militer, dan pejabat-pejabat China mengingatkan bahwa kurangnya komunikasi militer dapat menyebabkan eskalasi yang tidak diinginkan.
Mereka menunjukkan insiden baru-baru ini antara pesawat AS dan China di Laut China Selatan serta pertemuan dekat antara kapal angkatan laut AS dan China di Selat Taiwan sebagai contoh kasus yang memperlihatkan risiko ketidaknyamanan akibat kurangnya komunikasi. (*Ibs)