Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Dialektika Pemikiran Sokrates (470 SM – 340 SM)

Sokrates

Pewartanusantara.com - Sokrates adalah seorang filsuf dari Athena, Yunani dan diperkirakan lahir di sekitar tahun 470 SM juga di kota tersebut. demi mencukup berbagai kebutuhan hidupnya, Sokrates disebut berprofesi sebagai seorang ahli bangunan atau Stone Mason. Meskipun ia tidak memiliki fisik ataupun wajah yang rupawan, ia memiliki pesona, karakter serta kepandaian yang membuat para aristokrat muda di Athena pada masa itu rela membentuk kelompok demi belajar pada Sokrates.

Sokrates menjadi salah satu tokoh penting dalam dunia filosofis Barat. Ia juga menjadi generasi pertama dalam 3 ahli filsafat besar Yunani, yaitu Sokrates, Plato lalu Aristoteles. Sokrates merupakan guru Plato, sementara Plato menjadi guru bagi Aristoteles. Semasa hidup, Sokrates tidak meninggalkan karya berupa tulisan sehingga jejak tentang pemikiran Sokrates didapat dari tulisan sang murid, Plato dan catatan dari murid-muridnya yang lain.

Untuk mengajar, Sokrates tidak menggunakan cara menjelaskan. Metode pembelajaran yang digunakannya adalah dengan cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan adanya kesalahan logika dalam jawaban lalu menanyakannya secara lebih jauh lagi. Dengan begitu, para muridnya lebih terlatih dalam memperjelas ide mereka sendiri sekaligus bisa mendefinisikan berbagai konsep yang dimaksud dengan lebih terperinci.

Salah satu catatan tentang Plato yang paling terkenal yaitu dialog yang berisi percakapan diantara dua pria terkait berbagai topik filsafat. Sokrates mempercayai bahwa keberadaan manusia terkait dengan suatu tujuan. Ia juga percaya bahwa salah dan benar memiliki peran penting dalam mendefinisikan hubungan antara seseorang dengan lingkungan serta sesamanya.

Sokrates, sebagai seorang pengajar, banyak dikenang sebagai sosok yang ahli dalam berbicara sekaligus orang yang pandai dalam pemikiran. Sokrates percaya bahwa kebaikan datang dari pengetahuan tentang diri sendiri, pada dasarnya manusia memiliki sifat jujur, kejahatan adalah suatu akibat dari adanya salah pengarahan yang kemudian membebani kondisi seseorang.

Sokrates berpendapat bahwa pemerintahan yang ideal akan melibatkan orang-orang bijak yang dipersiapkan sebaik mungkin lalu mengatur sejumlah kebaikan demi masyarakat. Sokrates juga dikenang dengan gagasanannya yang sistematis dalam pembelajaran terkait keseimbangan alami lingkungan yang kemudian berkembang ke arah perkembangan ilmu pengetahuan. Ia juga mempercayai akan gagasan tentang gaya tungggal dan transeden dalam pergerakan alam semesta.

Inilah yang kemudian menjadikan Sokrates memiliki pandangan yang bertentangan terhadap kepercayaan umum kaum Yunani pada masa itu, di mana masyarakat memiliki kepercayaan terhadap kuil (oracle) dewa-dewa. Hal ini pulalah yang kemudian membuat Sokrates dipenjara karena dituduh merusak moral para pemuda Athena. Ujian dan pengadilan terhadap Sokrates ini dibahas dalam catatan Apology yang ditulis oleh Plato. Catatan lain yang membahas percakapan Sokrates dengan para muridnya selama dipenjara, juga diabadikan dalam Phaedo yang juga merupakan karya Plato.

Bagaimanapun, Sokrates tetap dinyatakan bersalah dengan hukuman bunuh diri dengan cara menenggak racun. Hukuman tersebut tetap ia terima dengan tenang walau para muridnya berkali-kali berusaha membujuk Sokrates agar melarikan diri. Dalam Phaedo, Sokrates dijelaskan meninggal dengan tenang dan dikelilingi oleh para sahabat dan muridnya pada tahun 399 SM.

“No man has the right to be an amateur in the matter of physical training. It is a shame for a man to grow old without seeing the beauty and strength of which his body is capable.”
― Socrates

Kontribusi terbesar Sokrates bagi pemikiran Barat yaitu metode Elenchus yang kemudian banyak diaplikasikan dalam menguji konsep moral yang utama. Inilah yang kemudian membuat Sokrates juga dikenang sebagai Bapak sekaligus sumber etika atau filsafat moral, bahkan filsafat secara umum.

Baca juga: Biografi Singkat Phytagoras, Ajaran dan Pemikirannya (570 SM – 480 SM)

750