Thales of Miletus Sang Bapak Filsafat (620 SM – 540 SM)
Pewartanusantara.com - Thales atau yang juga dikenal dengan Thales of Miletus terkenal sebagai filsuf dan termasuk sebagai Tujuh Pria Bijaksana yang legendaris. Thales berasal dari Miletus, sebuah negara kecil bagian Asia. Karena kecerdikannya, tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai filsuf Yunani pertama, termasuk Aristoteles. Sebagai bapak filsafat, berikut biografi Thales yang perlu Anda ketahui:
Perjalanan Hidup
Thales adalah seorang saudagar yang kerap menyambangi Mesir. Mulai dari Mesir ini lah seorang Thales mempelajari perihal ilmu ukur yang kemudian ilmu tersebut ia bawa ke Yunani. Thales banyak belajar hingga bisa mengukur besar piramida hanya dengan melihat bayangannya saja. Selain itu, Thales juga bisa memperkirakan jarak sebuah kapal dari tepian pantai.
Tidak hanya mempelajari ilmu hukum, di kota Miletus yang tenang dan makmur, tempat kelahirannya, Thales mempelajari ilmu astronomi yang tersimpan di Babilonia. Dari ilmu astronomi itu lah, Thales bisa meramalkan adanya gerhana matahari yang terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM.
Karena kepiawaiannya, Thales kemudian dipercaya oleh Raja Krosus di Lydia menjadi penasihat militer dan tekniknya. Tidak sampai di situ saja, Thales juga pernah menjabat sebagai penasihat politik bagi dua belas kota Lona.
Disebut Sebagai Bapak Filsafat
Tentu bukan tanpa alasan mengapa Thales disebut sebagai bapak filsafat. Dalam buku Aristoteles ia menyebutkan bahwa Thales adalah orang pertama yang memikirkan asal muasal terjadinya alam semesta. Thales menjadi filsuf pertama di Yunani yang dengan pikirannya berusaha menjelaskan apa yang terjadi di dunia dan gejala-gejala yang ada secara rasional dan tanpa dibumbui mitos.
Karena kecerdikannya, Thales menjadi ahli geometri, ahli astronomi, dan juga ahli politik. Bersama dengan dua orang lain, yaitu Anaximandros dan Anaximenes, Thales termasuk dalam Mazhab Miletos. Mazhab Miletos adalah sebutan dari hasil pikiran ketiga tokoh tersebut yaitu:
- Alam semesta merupakan satu kesatuan.
- Alam semesta dikuasai oleh sebuah hukum dan tidak berjalan begitu saja.
- Karena adanya sebuah hukum, dunia kosmos atau yang dalam bahasa Yunani artinya teratur.
Meski hasil pemikiran Thales tidak tertuang dalam buku, apa yang dituliskan Aristoteles sudah bisa menjadi bukti bahwa Thales lah sang bapak filsafat dan perintis filsafat alam (natural philosophy).
Teorema Thales
Thales mempelajari banyak hal yang dipikirkan secara rasional dan tidak ingin terikat dengan segala sesuatu yang belum jelas kebenarannya atau mitos. Ada beberapa teorema atau hasil pemikiran thales yang perlu diketahui, yaitu:
- Lingkaran terbagi atas dua sama besar diameternya
- Sebuah segitiga samakaki memiliki sudut bagian dasar yang sama besar
- Apabila terdapat dua garus bersilangan yang lurus, kedua sudut yang berlawanan besarnya akan sama
- Setengah lingkaran sudut di dalamnya adalah sudut siku-siku
- Segitiga akan terbentuk manakala bagian dasar dan sudut-sudutnya yang bersinggungan di dasar tersebut sudah ditentukan.
Dari hasil pemikiran Thales ini menjadi bukti bahwa sejak zaman sebelum masehi pun, pemikiran yang rasional mulai banyak dicari tahu oleh orang dan meninggalkan mitos-mitos yang selama itu berkembang di masyarakat.
“Nothing is more active than thought, for it travels over the universe, and nothing is stronger than necessity for all must submit to it.”
―
Selain itu, pada catatan yang ditulis oleh Herodotus, Thales pernah memberikan nasehat kepada penduduk Lonia yang sedang terancam karena Kerajaan Persia di abad ke-6 SM untuk membentuk pusat pemerintahan beserta administrasi bersama di Teos. Sebagaimana yang diketahui bahwa Kota Teos memiliki posisi sentral di seluruh Lonia dan menjadi sebuah polis yang bersatu.
Baca juga: Konsep Ketuhanan Xenophanes 570 SM – 475 SM
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida