Aliansi Petani Indonesia: Proyek PLTP Ancam Petani Lereng Gunung Slamet
PEWARTANUSANTARA.COM - Sejahtera Alam Energi (SAE) melakukan eksplorasi mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Baturraden. Proyek tersebut dikhawatirkan memicu bahaya kekeringan yang mengancam para petani di lingkungan Gunung Slamet.
“Dalam proses eksplorasi saja kita sudah dapat melihat dampak yang diterima oleh masyarakat. Bagaimana banjir yang selama ini belum pernah terjadi, dalam tahun ini dirasakan oleh warga Banyumas. Pengeboran juga mengakibatkan kualitas air sebagai sumber air minum menurun, logam-logam berat juga keluar dari sungai yang menjadi sumber irigasi bagi petani yang berada di tujuh kabupaten lereng Gunung Slamet,” ungkap Koord. Aliansi Petani Indonesia (API), Syukur Fahrudin (Zhondhey) dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/1/2017).
Tujuh kabupaten yang terkena dampak dari proyek ini yaitu, Kab. Pekalongan, Kab. Pemalang, Kab. Purbalingga, Kab. Tegal, Kab. Brebes, Kab. Cilacap dan Kab. Banyumas.
Menurut Fahrudin, pembangunan PLTP tersebut sangat disayangkan, sebab tidak memberi dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat lereng Gunung Slamet. Disamping itu, biaya yang dikeluarkan untuk investasi sebesar tujuh triliun tidak sebanding dengan biaya kerusakan lingkungan dan dampak yang diterima oleh masyarakat yang diakibatkan oleh eksplorasi PT. SAE.
“Proses eksplorasi PLTP Baturaden yang membutuhkan air tidak sedikit, tentu akan mempengaruhi sumber mata air Gunung Slamet,” imbuhnya.
Koordinator API DPD cabang Jawa Tengah, juga menjelaskan informasi yang tersirat dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) PT SAE. Dalam UKL dan UPL tersebut, menyebutkan kebutuhan air untuk eksplorasi PLTP Baturaden sebanyak 40 liter /detik, sehingga dalam sehari semalam kebutuhan air untuk pengeboran sejumlah 3,456,000 liter.
“Kita bisa bayangkan kebutuhan air perbulan maupun pertahun. Dari situ artinya, proses eksplorasi PLTP Baturaden diduga akan menggunakan air dari sumber mata air yang selama ini digunakan oleh masyarakat sekitar gunung slamet,” pungkasnya.