Biografi Friedrich Engels, Sang Bapak Komunisme
Pewartanusantara.com - Pemikiran seorang filsuf biasanya memiliki kaitan dengan filsuf yang lain. Katakan saja seperti Marx dan Engels yang bersahabat seumur hidup. Meskipun pemikiran mereka banyak memiliki kesamaan, tetapi masih terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Pada bagian ini, biografi Friedrich Engels, seorang filsuf Inggris, akan dibahas lebih jauh untuk Anda simak Anda.
Friedrich Engels, Seorang Filsuf Inggris
Friedrich Engels lahir di Barmen, Jerman pada 28 November 1820. Ayahnya seorang industrialis tekstil yang sukses. Hal ini menjadikannya termasuk golongan kelas menengah atas. Di negeri industri seperti Inggris, tentu pemilik pabrik tekstil merupakan orang yang berpengaruh.
Dari profesi ayahnya ini, ia sering melihat kemiskinan yang terjadi. Kemudian, ketika Engels dewasa, ia diamanahi untuk memimpin pabrik itu. Sebagai pemimpin pabrik tekstil pada saat itu, Engels tidak ingin tinggal diam. Kemiskinan di negara Inggris dianggapnya sebagai ketimpangan yang nyata. Hal itu disebabkan oleh latar belakangnya sendiri termasuk kalangan atas.
Lantas ia menulis dan kemudian dipublikasikan dengan judul “Kondisi dari Kelas Pekerja di Inggris” atau dalam bahasa aslinya “Condition of The Working Classes in England”. Tulisan itulah yang selanjutnya melatarbelakangi pemikiran filsafatnya. Analisis Engels terhadap realitas yang ada menjadikannya seorang filsuf Inggris yang hebat.
Pertemuan Engels dan Marx
Engels dan Marx adalah dua filsuf yang menjaga hubungan persahabatan hingga akhir hidup mereka. Pertemuan mereka diawali dari kota Paris. Di mana saat itu, Marx yang terpaksa meninggalkan Jerman demi menuju Paris. Tujuannya untuk mendapatkan pemikiran yang lebih radikal. Alhasil, benar Marx banyak menggabungkan pemikiran baru di sana. Di kota itulah, Engels dan Marx bertemu.
Mereka banyak melakukan percakapan-percakapan sebagai dasar hubungan pertemanan seumur hidup mereka. Engels kemudian mengikuti Marx yang saat itu berprofesi sebagai penulis untuk sebuah media koran yang bertajuk liberal dan radikal. Pada akhirnya, keduanya bersama-sama menulis bahasan politik radikal di kota tersebut.
Sepuluh tahun bekerja, sahabatnya, Marx menjadi ketua editor di sana. Namun, tak bertahan lama, pemerintah setempat membubarkan media koran itu karena pemikiran politisnya yang terlalu radikal. Engels dan Marx akirnya menulis karya-karya mereka sendiri. Karya mereka yang terkenal adalah Das Kapital.
Bapak Komunisme
Engels bersama Marx disebut sebagai “Bapak Komunisme”. Pemikiran mereka yang mengarah kepada Komunisme merupakan alasan penyebutan tersebut. Ketika Marx meninggal dunia, Engels melanjutkan kiprah dengan menerbitkan buku yang mereka tulis bersama, yaitu Manifesto Partai Komunis. Buku itu diterbitkan pada tahun 1848.
Berbagai Karya Friedrich Engels
Meskipun sepanjang hidupnya Engels banyak menghabiskan waktu untuk bertukar pemikiran dengan Marx, tetapi ia memiliki sejumlah karyanya sendiri. Karya-karya tersebut banyak membahas tentang Komunisme. Hal ini tentu karena Friedrich Engels memiliki ketertarikan kepada aliran yang satu itu. Karya-karya Engels antara lain sebagai berikut.
- Manifesto Politik
- The Origin of Family
- The Condition of The Working Class in England
- Sosialisme
- Ideologi Jerman
- Principle of Komunisme
- Dialetics of Nature
- The Holy Family (Keluarga Suci)
Friedrich Engels meninggal pada 5 Agustus 1895 di London, Inggris. Ia mengakhiri hidupnya di usia 74 tahun. Sebagian hidupnya ia dedikasikan untuk menulis berbagai judul buku. Pada bagian biografi Friedrich Engels di atas telah disebutkan sejumlah karya besar dari filsuf Inggris tersebut.
The immediate aim of the Communist is the same as that of all the other proletarian parties: formation of the proletariat into a class, overthrow of the bourgeois supremacy, conquest of political power by the proletariat.
Keteladanan yang dapat diambil dari tokoh ini tidak jauh berbeda dari sosok Karl Marx. Persahabatan seumur hidup mereka menjadikan keduanya memiliki gagasan yang sama.
Baca juga: Biografi Charles Sanders Peirce, Sang Bapak Pragmatisme