Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Biografi Jeremy Bentham, Sang Anak Ajabib dari Inggris

Jeremy Bentham

Pewartanusantara.com - Pernahkah anda mendengar seorang ‘anak ajaib’ asal Inggris bernama Jeremy Bentham? Dia adalah seorang anak ajaib yang sudah menempuh pendidikan di Queen’s College Oxford sejak usia 12 tahun. Namanya begitu mendunia sejak pertama kali karyanya muncul sampai detik ini. Berikut biografi Jeremy Bentham, sang filsuf pendiri utilitarianisme yang menarik Anda kenali lebih jauh.

Biografi Jeremy Bentham

Lahir di London, Inggris pada 15 Februari 1748 silam, Jeremy Bentham sudah mendapat julukan sebagai ‘anak ajaib’ sejak dirinya masih kecil. Hal ini lantaran Jeremy sudah mulai membaca buku yang berisi tentang sejarah bangsa Inggris dimana buku tersebut seharusnya tidak dibaca oleh anak-anak seusianya.

Tidak hanya itu saja, hal menakjubkan lain yakni Jeremy sudah mulai belajar bahasa Latin sejak di usia tiga tahun juga turut mengejutkan orang-orang disekitarnya. Di usinya yang masih 12 tahun, Jeremy berhasil menempuh pendidikan di Queen’s College Oxford. Ayah Jeremy juga dikenal sebagai seorang ahli hukum ternama di Inggris pada masa itu.

Keistimewaan Jeremy Bentham

Mendapat julukan sebagai ‘anak ajaib’, Jeremy Bentham memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kebiasaan uniknya ini berkaitan dengan setiap buku yang diterbitkannya. Sebelum berhasil menyelesaikan satu tulisannya, Jeremy akan memulai tulisan lain dan meninggalkan tulisan pertamanya yang belum terselesaikan.

Meski sudah menyelesaikan satu tulisannya pun, Jeremy tidak melakukan apapun untuk menerbitkannya. Namun berkat campur tangan para sahabatnya, buku-buku hasil karya Jeremy Bentham banyak yang berhasil diterbitkan. Sayangnya, buku-buku tersebut berhasil diterbitkan setelah sang filsuf meninggal dunia.

Pemikiran Jeremy Bentham

Menambah list biografi Jeremy Bentham, pemikiran sang filsuf sangat terpengaruh pada filsuf-filsuf Prancis yang sudah mendunia sejak sebelum revolusi industri. Jeremy mulai mengembangkan dan menyempurnakan gagasan-gagasan yang dibuat oleh para idolanya. Pemikiran-pemikiran dari Jeremy ini menjadi sangat berpengaruh pada sosialisme di Inggris pada abad ke 19.

Jeremy dan para pengikutnya dikenal dengan sebutan freethinker. Apa itu freethinker? Freethinker merupakan sebutan pada masa itu yang diperuntukkan bagi orang-orang pemikir bebad yang tidak percaya dengan agama. Ada sebuah peraturan yang mengatakan bahwa para freethinker dilarang masuk ke Universitas Oxford maupun Cambridge.

Berkaitan dengan peraturan ini, para freethinker pun berkumpul dan mendirikan universitasnya sendiri dengan nama University College London yang pertama kali berdiri pada tahun 1826. Saat Jeremy berusaha mendalami hukum pada masa itu, banyak kekecewaan yang dirasakan olehnya terkait dengan praktik hukum saat itu. Hingga pada akhirnya Jeremy mulai mengeluarkan pemikiran-pemikirannya.

Peninggalan Penting Jeremy Bentham

Sang filsuf kini telah pergi dengan meninggalkan karya-karya hebatnya. Jeremy Bentham meninggal pada 6 Juni 1832 pada umurnya yang ke 84 tahun di London, Inggris. Pemikiran-pemikiran Jeremy memiliki pengaruh besar dalam perubahan adiministrasi public selama abad ke 19. Hingga kini, tulisan-tulisannya masih sering diperdebatkan dalam lingkup akademik.

Dari banyaknya pemikiran Jeremy Bentham yang dibukukan, Greatest Happiness Principle adalah yang paling terkenal. Karya lain dari Jeremy yang tidak kalah terkenal berjudul On Laws in General yang berisi tentang teori yurispridensi. Tulisannya yang berujudul Handbook of Political Fallacies yang ditulis pada tahun 1824 berisi tentang logika dan retorika dalam debat politik juga sangat mendunia hingga saat ini.

Setiap membahas perihal biografi Jeremy Bentham, ia mendapat julukan sebagai ahli hukum Inggris dan filsuf pendiri utilitarianisme. Namanya seringkali disebut dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan sejarah perkembangan hukum, terlebih hukum-hukum yang ada di Inggris. Semoga artikel ini dapat membantu anda mengenal Jeremy Bentham lebih jauh lagi.

Baca juga: Biografi Thomas Paine Beserta Kiprah dan Pengaruhnya

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

972