Biografi Singkat Phytagoras, Ajaran dan Pemikirannya (570 SM – 480 SM)
Pewartanusantara.com - Siapa tak kenal Phytagoras? Phytagoras adalah seorang filsof asal Yunani dan terkenal sebagai pendiri aliran pythagoreanisme. Bisa dibilang, hasil pikiran Phytagoras banyak mempengaruhi Aristoteles dan Plato dan berdampak pada berkembangnya filsafat di Barat. Walau kehidupan Phytagoras cukup misterius, berikut biografi singkat Phytagoras yang bisa Anda simak untuk menambah pengetahuan:
Pythagoreanisme
Sudah pernah dengar mengenai aliran phytagoreanisme? Jika belum, pembahasan ini akan sangat menarik untuk Anda. Phytagoreanisme juga bisa dibilang sebuah agama yang dibentuk Phytagoras sebagai bentuk pembaharuan atas Orphisme, sementara Orphisme adalah gerakan pembaharuan atas kepercayaan yang memuja Dionysus.
Phytagoreanisme ini dibentuk di Croton yang dalam beberapa saat cukup berpengaruh di sana. Sayangnya, walau mendapat banyak sorotan, aliran ini juga mendapat banyak pertentangan sehingga Phytagoras harus pindah di Metapontion.
Beberapa peraturan yang wajib dipatuhi oleh pengikut aliras Phytagoreanisme diantaranya adalah:
- Tidak makan buncis
- Tidak makan roti dengan cara diremuk
- Tidak mengambil barang yang sudah telanjur jatuh
- Tidak memetik karangan bunga
- Tidak berjalan kaki di jalan raya
- Tidak menyentuh ayam jago putih
Ajaran Phytagoras
Phytagoras percaya bahwa setiap jiwa adalah abadi. Jika nantinya seseorang menemui kematiannya, jiwanya akan berpindah ke tubuh yang lain dan menjadi pribadi baru. Tidak selalu menjadi manusia kembali, bisa saja orang yang sudah mati akan hidup kembali dalam bentuk hewan atau tumbuhan. Ajaran ini disebut dengan metempsikosis.
Reinkarnasi ini bisa manusia lakukan asalkan melakukan penyucian dengan melakukan pantangan, khususnya terhadap makanan tertentu laiknya daging hewan dan kacang-kacangan.
Selain itu, Phytagoras juga percaya bahwa jiwa adalah harmoni yang berkaitan dengan badan. Ia mengibaratkan jiwa seperti harmoni dan badan bagaikan gitar yang tidak bisa dipisahkan dari dawainya. Jiwa-jiwa tidak bisa lepas dari badan dan jiwa sudah ada sebelum adanya badan.
Teorema Phytagoras
Phytagoras adalah orang pertama yang menyebut dirinya sendiri sebagai filsuf yang artinya sebagai pecinta kebijaksanaan. Memang pada zaman kuno ia memiliki berbagai teorema yang hasil pikirannya masih digunakan sampai detik ini. Penemuan phytagoras tidak hanya berkaitan dengan jiwa, tapi juga tentang matematika dan ilmu alam.
Dalam teorema phytagoras adalah hubungan antara dalam geometri Euclidean di antara tiga sisi segitiga siku-siku. Selain itu, phytagoras juga mengemukakan tentang bumi adalah bulat, teori mengenai bintang timur dan bintang barat adalah sama yaitu Venus, pun ia juga menyampaikan mengenai teori kesebandingan.
Penemuan Phytagoras
Tidak hanya pendapatnya mengenai matematika saja. Phytagoras juga menyampaikan penemuannya dalam bidang musik. Ini dia katakana ketika dia melewati tempat kerja seorang pandai besi dan mendengar suara adu palu mereka. Ia mendengarkan bahwa suara dari palu tadi sebanding dengan ukuran palunya dan menimbulkan musik yang sistematis.
Dari sini lah Phytagoras menyimpulkan bahwa notasi musik dapat diubah menjadi persamaan matematika. Walau begitu, legenda ini sudah dinyatakan kurang tepat.
Legenda Phytagoras
Phytagoras dilambangkan sebagai orang yang bisa membuat mukjizat, ini menurut Aristoteles. Aristoteles juga mengungkapkan bahwa sosok Phytagoras memiliki paha emas dan ini ditunjukkan saat olimpiade kuno masa itu.
“As long as Man continues to be the ruthless destroyer of lower living beings, he will never know health or peace. For as long as men massacre animals, they will kill each other. Indeed, he who sows the seed of murder and pain cannot reap joy and love.”
―
Menurut legenda juga, pernah suatu waktu Phytagoras terlihat di Metapontum dan Kroton di saat yang bersamaan, padahal jarak kedua tempat tersebut bisa dibilang jauh. Keajaiban Phytagoras tidak sampai di situ saja, beberapa saksi mata disebutkan pernah mendengar Sungai Kosas menyebut nama Phytagoras saat filsuf tersebut menyeberanginya.
Baca juga: Zeno: Filsuf Pra-Sokrates dan Pemikiran Paradoksnya (490 SM – 430 SM)