Op-ed  

Biyati Ahwarumi dan Progres Perekonomian Pesantren Sunan Drajat

Google News
Biyati Ahwarumi
Biyati Ahwarumi

“Jangan Sia-siakan Masa Mudamu, Belajar yang Rajin dan Sungguh-sungguh. Perihal Cinta Pasrahkan Saja Sama Allah, Umat Sedang Menantimu.”

Itulah penggalan kalimat motivasi dari Ning Biyati Ahwarumi, direktur Perekonomian Pesantren Sunan Drajat Lamongan, yang berhasil mengajak santri-santri nya untuk mandiri, ia selalu mengajarkan semangat juang juga sikap optimis terhadap kejayaan ekonomi Islam di masa yang akan datang, sebuah kejayaan yang mempunyai proyeksi besar untuk membantu dakwah Islam yang mulia, mensejahterahkan masyarakat dalam ruang bercahaya yang bernama ekonomi Islam Rahmatan Lil ‘Alamiin.

Perempuan kelahiran 12 Juli 1989 ini adalah putri dari Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur, seorang Ulama yang mengasuh 12.000 santri di Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Sejak kecil ia berbeda dengan saudara-saudaranya, ia mencintai musik, maka tidak mengherankan ketika diundang oleh komunitas Semesta Maiyah Lamongan 2017, ia lihai memainkan gitar dan menyanyikan lagu-lagu Islami. Masa remajanya ia habiskan di Pesantren yang didirikan oleh Abahnya sendiri. Ketika beranjak dewasa, ia memilih melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2007, selain itu ia juga mengenyam pendidikan di Wearnes Education Center tahun 2009.

Saat menjadi mahasiswa di UIN Maliki Malang, ia merupakan seorang aktifis yang dikenal santun dan rendah hati. Beberapa organisasi yang pernah ia jadikan tempat berproses dan mengabdi adalah; BEM Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, PMII UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, SESCOM, dan LKP2M UIN MALIKI Malang. Data itu ada pada dari riwayat Hidup yang ia cantumkan dalam Skripsinya yang telah ia pertanggung jawabkan di kampus kenamaan di Kota Malang. Dengan keseriusannya dalam belajar, juga tak lepas dari doa orang tuanya Pada 24 Maret 2011 ia menyelesaikan studi nya dengan predikat Cumlaude.

Ketika berhasil menyelesaikan pendidikan nya di malang, Biyati Ahwarumi tidak kebingungan akan kemana ia harus mengabdi? Perusahaan atau lembaga mana yang akan menampungnya? Allah tidak pernah menyia-nyiakan hambanya yang “selalu semangat menuntut ilmu” dan memperjuangkan Agama. Iapun kembali ke pesantren yang didirikan oleh Abahnya di Desa Banjaranyar Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Di daerah itulah pada tahun 1485 Masehi, Sunan Drajat dicatat dalam sejarah sebagai tokoh sentral dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan. Raden Qosim atau Sunan Drajat mendirikan pondok pesantren di satu petak tanah di Kampung Jelak, saat ini peninggalan Sunan Drajat itu terletak di areal Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat. Diceritakan oleh Kiai Abdul Ghofur bahwa Sunan Drajat pernah mengatakan “barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur.” Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat Raden Qosim, hingga saat ini Pesantren Sunan Drajat masih menerima ribuan santri dari seluruh Indonesiauntuk menimba Ilmu.

Biyati Ahwarumi sebagai seorang sarjana juga seorang pengabdi masyarakat yang selalu haus terhadap aktifitas sosial, ia memutuskan untuk mengikuti perjuangan Abahnya, ia mengetahui bahwa perjuangan menghidupkan kembali Pesantren peninggalan Wali Songo yang sempat nyaris terkubur oleh sejarah bukanlah pekerjaan mudah. Mulailah ia mengabdikan dirinya di Toserba Pesantren Sunan Drajat. Di sana ia mulai belajar bagaimana menjadi seorang pengusaha yang sukses, bagaimana agar kesuksesan itu tidak semata-mata untuk dirinya dan keluarganya sendiri. Selain itu, ia juga belajar bagaimana menjadi seorang manajer yang baik bagi rekan-rekan kerjanya yang juga merupakan santrinya.

Karena pada saat Toserba Sunan Drajat dipimpin Perempuan yang sering disapa “Ning Betty” itu mengalami banyak perubahan dan perkembangan, pada tahun 2014 datanglah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya untuk melakukan penelitian terhadap gaya kepemimpinan Biyati Ahwarumi. Model kepemimpinan seperti apakah yang biyati Ahwarumi gunakan? Dalam penelitian yang ditulis oleh Fathiyatuz Zahroh itu dikatakan bahwa Biyati Ahwarumi seorang wanita yang dermawan, gesit dan berwawasan luas, ia mempunyai gaya kepemimpinan situasional teori dari Hersey dan Blanchard, merupakan gaya kepemimpinan yang paling efektif dilaksanakan secara berbeda-beda sesuai dengan kematangan karyawan. Lebih jauh lagi peneliti dari UIN Sunan Ampel Surabaya itu mengatakan bahwa gaya kepemimpinan direktur Toserba Sunan Drajat ini sangat religius dan selalu memotivasi karyawan dengan hikmah-hikmah dan kearifan “bahwa ibadah yang paling tinggi adalah ketulusan dan kejujuran dalam bekerja.”

Dalam Majalah SAINS Indonesia edisi 18 pun mengatakan bahwa Biyati Ahwarumi selalu memikirkan bagaimana keberlangsungan kehidupan santri di masa yang akan datang. Di majalah itu tertulis “Paling tidak, setelah keluar dari Pondok Pesantren Sunan Drajat ini mereka (santri-karyawan) sudah mempunyai bekal, terutama dalam pengolahan produksi Garam konsumsi.” dalam Majalah SAINS Indonesia itu dikatakan bahwa Pesantren Sunan Drajat mengelolah produksi Garam Beryodium Samudera itu bekerjasama dengan Balitbang KP dan Universitas Hang Tuah.

Manakala Biyati Ahwarumi bersama tim Perekonomian Sunan Drajat, ia mulai membuka pembicaraan.

“Bergembiralah, Allah telah menganugerahkan sebuah nikmat untuk engkau.” Kata Biyati Ahwarumi

“Apa Itu Ning?” tanya santri (tim Perekonomian Sunan Drajat)

“Masa Muda kalian habiskan di Pesantren untuk belajar Ilmu Agama juga belajar berbisnis, semoga kelak kalian menjadi pengusaha yang sukses dan mampu menciptakan lapangan kerja di masyarakat, jika kalian tetap istqomah di jalan Allah, insya Allah masa depan ekonomi Islam ada di Pesantren”

Masya Allah, alangkah indahnya dialog antara Bu Nyai (Direktur) dan Santri (Karyawan) ini, mengindikasikan sebuah ungkapan yang diam-diam menyimpan harapan juga doa, diliputi cinta yang tulus. Mereka saling mendoakan kebaikan agar aktifitas dan usaha yang mereka lakukan tidak melulu hanya berorientasi kepada dunia.

Di usia nya yang terhitung muda, kini ia membidangi beberapa Unit Usaha Pesantren Sunan Drajat. Diantaranya adalah; dalam bidang Industri (PT. SDL, CV. Air Mineral Aidrat, Jus Mengkudu Sunan, Kemiri Sunan, Garam Samudra, Konveksi, Percetakan, Kecap Ikan Srikandi, SANDARA Alas kaki ala santri) bidang Bisnis Retail/Perdagangan (Toserba Sunan Drajat, Toko Buku Sunan Drajat, Kantin Sunan Drajat, Foodcourt Sunan Drajat, Rumah Makan Sunan Drajat, Bakso Ikan Jasudra) di bidang Bisnis Jasa (Laundry Sunan Drajat, Fotocopy, Warnet) di bidang Media (Persada TV, Radio Persada) di bidang Peternakan (Peternakan ayam petelor, Peternakan kambing, Peternakan Sapi). Semua Unit usaha bisnis pesantren dikelola dan dikembangkan oleh santri Pondok Pesantren Sunan Drajat (santripreneur), mereka bercita-cita Membangun “Entrepeneur Rahmatan Lil Alamin” motto yang dijadikan prinsip adalah Excellent Service With Spirituality”.

Perempuan yang sering mengisi seminar entrepreneur di berbagai tempat ini mengelolah Perekonomian Pesantren Sunan Drajat sambil menyelesaikan Program Magisternya nya di UNAIR jurusan Akuntansi, dan kini ia sedang menyelesaikan Program Doktoralnya di Pascasarjana UNAIR Jurusan Ekonimi Islam. Saat kami mengumpulkan data dari berbagai sumber dan langsung wawancara bersama Wanita Inspiratif  jaman Now ini. Beliau berpesan agar “sebagai seorang pemuda jangan terlalu larut dalam Cinta, mikirin cinta itu buang-buang waktu, ada hal yang lebih penting yang harus kita lakukan, yaitu merintis karier hingga sukses, ingat pesan Abah, hidup sekali harus Sukses dan Berguna bagi yang lain. Biarlah yang ngurus cinta Gusti Allah saja, ummat masih banyak yang perlu dibantu. Boleh mikirin jodoh, tapi jangan baper-baperan, baper itu menghabiskan energi, menghabiskan nasi hehe“

Alngakah indah dan bijaksananya ucapan Perempuan yang tergila gila dengan Siti Khadijah ini, seorang muslimah yang tak pernah gentar dengan resiko yang akan ia hadapi tatkala menomerduakan Cinta demi Agama. Sebagaimana Rabiah Al-Adawiyah (Ikon Cinta Tuhan), diceritakan oleh KH. Husein Muhammad dalam karyanya yang berjudul “Memilih Jomblo, kisah para intelektual muslim yang berkarya hingga akhir hayat.” Rabiah Al-Adawiyah tak menikah dan tak ingin menikah dengan laki-laki siapapun. Ia menolak lak-laki yang datang kepadanya, sekaya, sebesar dan setinggi apapun keilmuan dan kehebatan laki-laki itu. Seluruh hidupnya diliputi oleh gairah cinta kepada Tuhan.

Sedangkan Biyati Ahwarumi? Ia teguhkan hatinya dan mental santri-santrinya untuk menyongsong masa depan dengan penuh keyakinan kepada Allah, karena ia tahu, “asalkan semuanya lillah, tak ada lelah yang tak menjadi berkah.” Benarlah sabda Nabi SAW : “Dunia adalah kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim). Lihatlah keberkahan Wanita Sholihah, motivasinya agar santri-santri yang menimba ilmu di Pesantren berkeinginan mengabdikan dirinya untuk Agama Allah.

Wanita Shalihah meraih surga dengan mengabdi kepada Orang tua dan Agamanya, kemudian kepada suaminya kelak. Manakalah wanita shalihah sudah mempunyai suami, ia akan memotivasi suaminya agar menjadikan akhirat sebagai cinta tertinggi. Ahlaq wanita adalah Inner Beauty, sampai kapanpun tidak akan bisa tertandingi oleh fisik yang lebih sering dihargai dengan materi, bukankah kecantikan fisik itu fana? Memang Biyati Ahwarumi tidak mengandalkan nama besar Abah nya, ia pula tidak pamrih dengan kesuksesan yang ia miliki, namun ia adalah Ratu Sejati di Istana Pesantren Sunan Drajat menggantikan Almarhummah Ibunya (Nyai. Hj. Ummi Kamilah)

Begitulah perjalanan Hidup Wanita Inspiratif dari Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Lalu bagaimana dengan prinsip hidup kita sekarang? Masihkah kita secara buru-buru untuk menerima  dan menyatakan Cinta atau memutuskan untuk segera menikah? padahal masih banyak ruang-ruang di Masyarakat yang membutuhkan kontribusi nyata kita. “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 90).

Wallahu A’lam.

*Artikel ini pernah diterbitkan di Majalah Media Santri NU Edisi VI-2017

Pewarta: Ahmad Ali AdhimEditor: Nurul
Ahmad Ali Adhim
Mau tulisan kamu dimuat di Pewarta Nusantara seperti ? Kirim Tulisan Kamu