Pewarta Nusantara
Menu CV Maker Menu

Culture

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

PEWARTANUSANTARA.COM - Sulah Nyanda adalah rumah adat asli dari provinsi Banten. Berbicara mengenai rumah adat ini maka terdapat ciri yang itu membedakan dengan rumah adat tempat lain. Ditinjau dari segi struktur rumah ini maka akan ditemukan hal yang unik, khas etnik budaya Banten.

Rumah adat provinsi Banten hampir seluruhnya dibuat dengan memakai bahan dasar dari alam. Bambu adalah bahan utama yang dipakai dalam membuat rumah ini.

Dengan batu yang dicari dari kali (sungai) yang dipakai untuk pondasi. Batu yang berasal dari sungai tidak akan mudah lapuk. Sedang, pada bagian tiang memakai kayu yanv bisa tahan lama. Jenis kayu jati, akasia, mahoni banyak dipilih karena ketahananya.

Pada bagian dindingnya merupakan anyaman bambu, atau bilik. Lewat celah pada anyaman itulah udara bisa keluar masuk, sehingga tidak memerlukan ventilasi keluar masuknya udara.

Sementara, lantai dari bilah papan yang ditata rapi dan atapnya terbuat dari bahan ijuk.

Bila masuk ke dalam rumah Sulah Nyanda ini. Pembagian ruangan berbeda dengan rumah pada umumnya. Di mana hunian asli masyarakat Baduy ini terdiri dari 3 bagian yakni sosoro, tepas dan ipah.
Pembagian Ruangan Rumah Adat Banten (Sulah Nyanda)
Sosoro (bagian depan)
Kalau rumah pada umumnya disebut sebagai teras. tempatdi mana dipakai untuk tamu dan aktivitas lainnya, seperti menenun.
Tepas (bagian tengah)
Sedangkan rumah bagian tengah difungsikan sebagai tempat bercengkrama antar anggoya keluarga, kenduri, tempat bersantai bahkan dipakai pula untuk tidur waktu malam.
Ipah (bagian belakang)
Pada bagian paling belakang ialah tempat di mana dimanfaatkan sebagaj peyimpanan makanan serta dapur.

Itulah tadi sekilas ulasan mengenai struktur dan ruang yang terdapat dalam rumah adat banten. Sulah Nyanda bukan hanya dijadikan sebagai tempat tinggal saja.

Baca juga: Rumah Adat Belah Bubung Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)

Akan tetapi, rumah ini juga merupakan identitas dari masyarakat Baduy.

Bukan hanya sekadar desain dan bahan yang unik dan jarang ditemukan.

Bisa dibilang lebih dari itu, sebagaian besar warga Banten menganggap rumah ini sebagai bentuk dari kepribadian serta cerminan jati diri masyarakat.

Lihat juga: Rumah Adat Jawa Barat

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

PEWARTANUSANTARA.COM - Ada berbagai macam jenis Rumah Adat Jawa Tengah. Semuanya mempunyai keunikan dalam gaya arsitektur yang dimilikinya. Yang paling populer adalah Rumah Joglo.

Desain dari rumah ini bisa dibilang sangatlah unik. Dari arsitektur yang ada, bagian ataplah yang mempunyai rangka begitu tinggi.

Dengan ditambahkan tiang penyangga utama berjumlah 4 besar dan berada di bagian tengah rumah. Orang Jawa Tengah menyebutnya sebagai soko guru.

Pada bagian atap, rumah joglo ini sekarang sudah menggunakan genting.

Namun, awalnya dulu tidak jauh berbeda dengan rumah adat lainnya atapnya terbuat dari ijuk yang dianyam.

Bumbungan tinggipada bagian atap yang berbahan dasar alam. Membuat rumah ini begitu sejuk dan dingin. Hampir keseluruhan dari rumah ini terbuat dari kayu jati.

Baca juga: Rumah Adat Banten (Sulah Nyanda)

Mulai dari pintu, jendela, angka atap dan bagian lainnya. Pemilihan kayu jati tidak lepas dari ketahanan yang bisa didapatkan dari kayu jati.
Ruangan Rumah Adat Jawa Tengah (Joglo)
Sekarang, Rumah Joglo menjadi salah satu icon budaya masyarakat Jawa Tengah. Akan tetapi hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari fungsinya sebagai tempat tinggal. Di mana terdiri dari beberapa ruangan yang terbagi atas :
Pendopo
Bagian depan rumah yang merupakan tempat aktivitas masyarakat. Seperti pertemuan, pagelaran seni, dan upacara adat dilakukan di pendopo.
Pringitan
Terletak diantara pendopo dan omah njero (rumah dalam). Bentuknya lorong untul masuk rumah Joglo. Akan tetapi, bagian ini juga dipakai sebagai tempat pagelaran wayang.
Emperan
Bagian yang menghubungkan pringitan dan omah njero. Tempat tamu atau hanya sekadar bersantai.
Omah Njero
Bagian ini adalah bagian inti dari rumah Joglo. Biasa disebut pula sebagai dalem ageng atau omah mburi.
Senthong Kiwa
Letaknya di bagian kanan dan berfungsi sebagau gudang, kamar atau bahkan tempat menyimpan bahan makanan.
Senthong Tengah
Nama lainnya ialah pendaringan atau krobongan. Di mana bagian ini merupakan tempat penyimpanan benda berharga, harta, atau pusaka dari keluarga.
Senthong Tengen
Tidak jauh beda fungsinya seperti senthong kiwa. Hanya letaknya saja yang ada di bagian kanan rumah joglo.
Gandhok
Ini adalah bangunan tambahan mengitari rumah joglo. Bisa berada di sisi kanan atau kiri, bahkan di bagian belakang.

Itulah tadi berapa ciri khas dari rumah adat jawa tengah. Rumah Joglo yang mempunyai desain yang unik dan pembagian ruangan yang berbeda dengan jenis rumah lainnya. Warisan budaya leluruh yang wajib dilestarikan keberadaannya.

Lihat juga: Rumah Adat D.I Yogyakarta

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Bangsal Kencono adalah Rumah Adat dari Provinsi D.I Yogyakarta. Kalau tahu keraton, nah itulah yang disebut dengan Bangsal Kencono.

Sebuah rumah yang mempunyai desain khas dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono.

Meskipun sudah lama dibangun, desain rumah ini masih sangat modern dengan tata ruang dan arsitektur yang begitu unik.

Jika dilihat memang rumah ini desain menyerupai rumah adat dari Provinsi Jawa Tengah.
Bagian-bagian Rumah Adat D.I Yogyakarta (Bangsal Kencono)
Mulai dari tiang penyangga sampai dengan penggunaan bahan atap dan dinding bangunan. Yang unik ialah susunan tata letak dari Bangsal Kencono ini. Di mana terbagi atas 3 bagian, yakni depan inti dan belakang.
Bagian Depan
Pada bagian ini dibagi menjadi 3 bagian. Mulai dari Gladhag Pangurakan, Alun-alun Lor serta Masjid Kasultanan. Gladhag Pangurakan ialah pintu gerbang masuk Keraton yang ada di bagian Utara terdiri atas 2 gerbang. Alun-alun Lor merupakan lapangan dengan rumput yang letaknya di Utara krayon. Dipakai sebagai tempat menyelenggarakan bermacam acara keraton. Sedangkan masjid gede ini pusat keagamaan yang ada di barat alun-alun Yogyakarta.
Bagian Inti
Nah, sedangkan di bagian inti. Ada beberapa tempat yang termasuk dalam rumah adat Yogyakarta ini. Di mana terdiri atas Kompleks Pagelaran, Hinggil Ler, Kamandungan Lor, Sri Mangati, Kedhaton, Kamagangan, kemandhungan Kidul dan juga Siti Hingil Kidul.
Bagian Belakang
Di bagian belakang bangsal Kencono ada alun alun kidul dan juga Plengkung Nirbaya. Di mana alun-alun letaknya di selatan keraton.

Orang umumnya menyebut sebagai pengkeran. Kalau Plengkung Nirbaya merupakan poros utama yang ada di bagian selatan. Tepat lurus dengan gerbang jalan keluar. Biasa dipakai sebagai jalan keluar ketika pemakaman Sultan ke Imogiri.

Baca juga: Rumah Adat Jawa Tengah (Joglo)

Secara umum begitulah informasi mengenai rumah adat yang berasal dari provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangsal Kencono tidak lain merupakan rumah yang sangat penting peranannya.

Sebagai salah satu identitas dari keberadaan Keraton Yogyakarta. Bukti bahwa kesultanan Yogyakarta masih berdiri tegak di tengah gempuran zaman yang kian modern.

Siapa saja yang datang ke Yogyakarta pasti tidak akan melepaskan kunjungannya ke Rumah Adat Bangsal Kencono.

Baca juga: Rumah Adat Jawa Barat

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Bicara mengenai budaya yang terdapat di Sulawesi Utara, tidak bisa dilepaskan dari ikon budaya yakni Rumah Adat Minahasa.

Rumah Walewangko terpilih menjadi ikon budaya rumah adat dari Sulawesi Utara. Hal tersebut dikarenakan desain dari rumah adat ini begitu unik dengan ciri khas yang begitu melekat.

Bisa dilihat sendiri bagaimana desain bangunan dan struktur rumah Walewangko ini.  Seperti rumah atas secara umum, desainnya ialah rumah panggung dengan material yang diambil dari alam.

Mulai dari dinding, lantai dan tiang terbuat dari kayu dan atapnya dari raun rumbia.

Dikarenakan keterbatasan bahan, sekarang sudah mulai dijumpai rumah Walewangko dengan atap genting atau seng.

Tidak hanya sebagai ikon dari masyarakat Minahasa. Rumah Walawengko ini juga dijadikan tempat tinggal bagi tetua adat.
Ruangan yang Ada padaRumah Adat Provinsi Sulawesi Utara (Walewangko)
Tidak heran kalau kemudian di dalamnya terbagi menjadi beberapa ruang utama. Mulai dari Lesar, Sekey serta Pores.
Lesar

  • Lesar merupakan bagian depan rumah. Ruangan yang dipakai oleh tetua adat serta kepala suku member wejangan (nasehat) kepada warga. Sebutan mudahnya ini adalah teras dengan tidak dibatasi dinding dan sering dipakai untuk bersantai anggota keluarga.

Sekey

  • Sekey (serambi depan). Mungkin sekilas hampir sama dengan lesar. Namun sekey mempunyai perbedaan karena serambi ini dibatasi dinding yang menutupi ruangan. Setelah melewati lesar, dan tepat berada depan pintu. Ruangan ini digunakan sebagai tempat menerima tamu serta melakukan musyawarah. Bahkan difungsikan pula sebagai tempat upacara suku. Makanya ruangan ini dipenuhi dengan hiasan khas dari adat Minahasa.

Pores

  • Pores.  Ruangan ini khusus untuk menerima tamu yang merupakan kerabat serta difungsikan sebagai ruang keluarga. Ketika acara adat, ini menjadi tempat berkumpul ibu-ibu dan yang pria di Sekey. Ruangan yang menghubungkan ruang satu dengan kamar bahkan sampai dapur.

Baca juga: Rumah Adat D.I Yogyakarta (Bangsal Kencono)

Desain rumah dan struktur ruangan dibuat sedemikian rupa sesuai dengan budaya dan fungsinya.

Dapat dilihat bahwa yang menjadi ciri khas dari Rumah Walawengko terletak pada desain simetris dan 2 tangga yang terdapat di pintu masuk. Ini merupakan sebuah rumah yang menjadi ciri dan warisan suku Minahasa.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Penduduk asli Sulawesi Tengah sangatlah beragam. Provinsi di wilayah Indonesia Timur ini dihuni oleh suku Bugis, suku Kaili, suku Pamona dan suku Gorontalo.

Sehingga budaya yang ada di Sulawesi Tengah, terbentuk dari sekumpulan suku yang beragam. Salah satu yang menjadi sebuah ikon ialah Rumah Adat.

Rumah Tambi, yang merupakan rumah adat dari suku Kaili yang menjadi salah satu keunikan dari Provinsi Sulawesi Tengah.

Pemilihan rumah adat Tambi tidak lain karena desainnya yang sangat unik. Sebenarnya Suku Kaili memiliki 2 desain untuk rumah adat yakni Rumah Souraja dan Rumah Tambi.

Rumah Souraja dipakai untuk hunian bangsawan dan anggota kerajaan. Sedangkan Rumah Tambi adalah tempat tinggal bagi masyarakat Kaili secara umum.

Keunikan rumah Tambi ini terletak pada desain bangunan yang berbeda dengan rumah tinggal secara umum.

Di mana pada rumah ini hanya terdapat satu ruangan yang sangat besar dengan fungsi yang beragam. Mulai dari kegiatan memasak, tidur, menerima tamu, berkumpul bersama keluarga.

Semua aktivitas tersebut hanya dilakukan dalam satu ruangan yang begitu luas.

Melihat fungsi itu, maka masyarakat Kaili melengkapinya dengan tambahan 2 bangunan lainnya yakni Buhi dan Pointua.

Buho adalah bangunan dengan dua lantai di dalamnya. Lantai bawah dipakai menerima tamu dan di lantai dua adalah lumbung padi.

Sementara itu, Pointua, merupakan rumah khusus yang hanya dipakai untuk menumbuk hasil panen (padi). Sehingga di dalam rumah ini terdapat lesung atau disebut dengan Iso.
Desain Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tengah (Tambi)
Bila melihat secara lebih detail lagi. Maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Tambi ini mempunyai beberapa ciri yang itu memberi perbedaan dengan rumah adat di wilayah lain. Ciri khasnya diantaranya ;

  • Desainnya ialah rumah panggung tetapi hanya memiliki tiang pendek yang tidak mencapai 1 meter sebagai penyangga.
  • Atap rumah adat ini bentuknya prisma. Tidak hanya peneduh saja, atap rumah ini juga dipakai untuk dinding rumah.
  • Di bagian pintu, tangga serta dinding dihiasi dengan berbagai ornament khas masyarakat Kaili. Ornamen tersebut berupa hasil pahatan dengan motif ukiran kepala kerbau (pebaula) dan ukiran dengan bentuk ayam atau babi (ukiran bati).

Demikian tadi merupakan desain, struktur dan fungsi dari rumah adat Tambu.

Baca juga: Rumah Adat Provinsi Sulawesi Utara (Walewangko)

Ulasan ini bisa memberikan pengetahuan bagi pembaca sekaligus sebagai media untuk selalu mencintai budaya asli bangsa Indonesia.

 

Lihat juga: Rumah Adat Sulawesi Tenggara

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Pembahasan mengenai Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara tidak bisa dilepaskan dari Rumah Banua Tada.

Sebuah ikon budaya hasil dari akulturasi budaya di Sulawesi. Tidak heran kalau kemudian rumah adat ini memiliki keunikan yang tidak bisa ditemukan di rumah adat jenis lainnya.

Banua Tada ialah rumah adat yang menjadi tempat tinggal dari penduduk asli suku Buton. Banua Tada, sering juga disebut dengan Rumah Siku.

Karena memang struktur rangka bangunan terdiri dari siku-siku. Keunikan dari rumah ini terletak pada desain, struktur dan fungsinya yang mengandung nilai filosofis di dalamnya.
3 Jenis Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara (Banua Tada)
Rumah adat dari Sulawesi Tenggara ini mempunyai 3 jenis. Di mana perbedaan dari setiap jenisnya didasarkan pada kondisi strata social dari pemilik.
Kamali (Malige)
Kamali (Malige), rumah Banua tada ini digunakan sebagai tempat untuk keluara sultan. Dengan 4 tingkatan dan atapnya bertumpuk dua.
Tare Pata Pale
Tare Pata Pale, rumah ini digunakan untuk penjabat istana. Memiliki 4 tiang dan atap yang bersusun serta di bagian kanan kirinya trdapat 2 jendela.
Tare Talu Pale
Tare Talu Pale, rumah Banua Tada ini dikhususnya untuk masyarakat biasa dengan tiang tiga dan atap yang simetris. Dibuat dengan menggunakan bahan bambu, kayu serta rotan.
Fungsi-fungsi Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara (Banua Tada)
Fungsi utama dari rumah Banua Tada ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Khususnya Rumah Kamali yang hanya bisa dipakai oleh sultan beserta keluarganya. Di mana terdiri dari 4 tingkat, ulasan singkat mengenai fungsi dan struktur ruang dari Rumah Kamali sebagai berikut ;

  • Lantai pertama yang terdiri atas 7 ruang. Setiap ruang mempunyai fungsi yang berbeda. Dua ruang sebagai tempat siding Hadat Kerajaan Buton serta untuk menjamu tamu. Ada 3 ruang lainnya yang itu digunakan untuk tempat tidur tamu, kamar anak yang sudah menikah, serta ruang makan bagi Sultan. Sedangkan dua ruang lainnya adalah kamar untuk anak laki-laki dewasa.
  • Di lantai dibagi atas 14 ruangan. Seluruh kamar tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan mulai dari gudang, aula, kantor dan sebagainya.
  • Lantai tiga hanya terdapat satu ruangan yang begitu besar. Ini adalah tempat untuk rekreasi dan juga dipakai sebagai aula.
  • Terkahir di lantai 4 bagian paling atas ialah tempat penjemuran.

Baca juga: Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tengah (Tambi)

Apa yang telah disampaikan tadi bisa menambah khasanah pengetahuan tentang budaya Indonesia. Rumah Banua Tada merupakan rumah adat satu-satunya yang mencapai 4 tingkat.

Sebuah ciri khas yang hanya ditemukan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lihat juga: Rumah Adat Sulawesi Selatan

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Suku Toraja mempunyai Rumah Adat yang dijadikan sebagai kekuatan budaya dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Rumah adat dari provinsi tersebut dikenal dengan sebutan Rumah Tongkonan. Kali ini akan diulas mengenai rumah Tongkonan dari segi struktur, desain fungsi serta keunikan lainnya.

Seperti rumah adat lainnya, rumah Tongkonan mempunyai struktur bangunan rumah panggung dengan tiang penyokong yang berbentuk bulat.

Dinding rumah terbuat dari susunan papan yang direkatkan tanpa menggunakan paku. Kendati demikian, dinding rumah ini masih sangat kokoh hingga bertahun-tahun.

Sedangkan di bagian atapnya tebilang sangat unik. Atap dari rumah Tongkonan memiliki bentu menyerupai perahu terbalik.

Pendapat lain muncul dan menganggap atapnya mirip dengan tanduk hewan kerbau. Bahan dasar atap sendiri terbuat dari daun rumbia atau ijuk.

Walaupun sekarang, mungkin sering dijumpai atap rumah yang terbuat dari seng.

Di masa silam rumah Tongkonan ini ialah tempat hunian dari masyarakat Toraja. Lambing dari ibu.

Sedangkan dibagian depannya terdapat lumbung tempat menyimpan padi atau disebut dengan Alang Sura (lambang ayah). Susunan dari rumah adat ini terbagi atas 3 bagian yakni atas tengah dan bawah.
3 Bagian Rumah Adat Provinsi Sulawesi Selatan (Tongkonan)

  • Bagian atas (rattiangbanua). Ini merupakan bagian loteng rumah. Di mana dipakai untuk tempat penyimpanan berbagai pusaka yang memiliki nilai sacral bagi masyarakat Toraja.
  • Bagian tengah (kale banua). Bagian inti rumah yang dibagi menjadi 3 ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Tenggalok (bagian utara) yang bergna untuk menjamu tamu atau meletakkan persembahan (sesaji). Ruang ini juga dijadikan sebagai tempat istirahat anak. Sali (bagian pusat), tempat bertemunya seluruh anggota keluarga, ruang makan sekaligus dapur. Sambung (bagian selatan), Khusus dipakai untuk kepala keluaraga. Tidak boleh orang lain masuk tanpa mendapatkan izin dari pemiliknya.
  • Bagian bawah (sulluk banua). Kolong rumah yang dipakai untuk tempat kandang hewan-hewan ternak serta penyimpanan alat pertanian.

Sementara itu, rumah Tongkonan memiliki beberapa ciri khas. Mulai dari ukiran yang ada di dinding memiliki 4 warna dasar, dengan nilai filosofis disetiap warnanya.

Baca juga: Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara (Banua Tada)

Bagian depan rumah selalu diberikan tandkuk kerbau untuk melihat strata social pemiliknya. Tanduk merupakan budaya dari suku Toraja yang melambangkan kemewahan dan kekayaan.

Itulah informasi mengenai rumah adat dari Provinsi Sulawesi Selatan.

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Rumah adat Baileo sudah menjadi identitas dari masyarakat Maluku. Hal ini bisa dilihat dari segi arsitektur bangunan dan juga struktur yang syarat dengan kandungan filosofis.

Gaya rumah adat Maluku ini sangatlah unik dan penuh dengan detail yang begitu menawan. Untuk lebih mengenal mengenai Rumah Baileo ini, silahkan menyimak ulasan lengkapnya berikut.

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (4)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (4)

Baileo sendiri diambil dari bahasa asli Maluku dengan arti balai. Sesuai dengan fungsi utamanya yang bukan merupakan tempat tinggal, tetapi sebagai tempat diselenggarakan upacara keagamaan dan kegiatan adat lainnya.

Berdasarkan hal tersebut, desain dari rumah ini juga dirancang dan disesuaikan dengan fungsinya.
Ciri Khas Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo)

Baileo adalah rumah adat khas Provinsi Maluku yang merupakan simbol dari kebudayaan dan tradisi masyarakat Maluku. Baileo memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dari rumah adat lainnya di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa ciri khas dari Baileo:

  1. Bentuk Baileo Baileo memiliki bentuk yang berbeda dari rumah adat lainnya. Rumah ini tidak memiliki dinding dan atapnya yang datar serta dibuat dari bahan sederhana seperti kayu dan daun rumbia. Baileo juga biasanya memiliki banyak tiang penyangga yang menjadikannya tampak kokoh dan kuat.
  2. Ukuran Baileo Baileo memiliki ukuran yang besar dan luas. Ukuran rumah ini dapat mencapai 10 x 20 meter dengan ketinggian sekitar 8 meter. Ukurannya yang besar ini karena rumah ini digunakan untuk tempat pertemuan masyarakat dan tempat penyimpanan hasil bumi.
  3. Tata Letak Baileo Baileo memiliki tata letak yang teratur dan simetris. Pintu masuk Baileo terdapat di sisi depan dan belakang. Di dalam Baileo, terdapat ruang utama atau ruang tengah yang digunakan untuk pertemuan masyarakat dan upacara adat. Di sekeliling ruang utama terdapat tangga yang menghubungkan ke lantai atas tempat penyimpanan hasil bumi.
  4. Material Pembuatan Baileo Material pembuatan Baileo berasal dari alam sekitar. Kayu yang digunakan untuk pembuatan Baileo diambil dari hutan sekitar. Atap rumah terbuat dari daun rumbia yang diikat dengan tali rami.
  5. Fungsi Baileo Baileo memiliki fungsi yang penting bagi masyarakat Maluku. Rumah ini digunakan untuk tempat pertemuan masyarakat dan upacara adat. Selain itu, Baileo juga digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil bumi seperti padi, jagung, dan ubi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Baileo memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dari rumah adat lainnya. Bentuk yang sederhana namun kokoh serta ukuran yang besar menjadikan Baileo sebagai ikon dari kebudayaan dan tradisi masyarakat Maluku.

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (1)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (1)

Material pembuatan yang berasal dari alam sekitar dan fungsi yang penting bagi masyarakat juga menjadikan Baileo sebagai penanda dari kearifan lokal yang harus dilestarikan dan dijaga keberadaannya.

Rumah ini memiliki struktur panggung dengan lantai yang sangat luas. Dibuat dari papan kayu dan sama sekali tidak menggunakan alat perekat seperti paku.

Meski demikian, rumah ini sangatlah kokoh. Di dalamnya juga terdapat tiang berbentuk balok yang menopang atap. Kerangka atap rumah Baileo disusun atas daun kelapa dan daun sagu.

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (2)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (2)

Dengan bentuk prisma yang menjadi sebuah ciri khas rumah adat Maluku, Mempunyai 3 buah anak tangga di bagian depan, serta kanan dan kirinya sebagai jalan memasuki rumah.

Tepat di tangga depan, bisa dilihat ada batu sebagai alas untuk pujakan menuju tangga. Batu dengan bentuk datar tempat sesaji yang disebut dengan Pamali. Bukan hanya itu saja, rumah Baileo juga mempunyai ciri dengan makna filosofis di dalamnya. diantaranya ;

  • Sama sekali tidak mempunyai dinding penyekat. Menunjukan symbol keterbukaan dalam masyarakat serta dipercaya bisa memberikan keleluasaan bagi roh nenek moyang untuk keluar masuk.
  • Terdapat ornament yang berupa ukiran. Misalnya ukiran dengan motif 2 ekor ayam dan anjing atau ada juga ukiran bulan matahari atau bintang di bagian atap. Sebuah symbol tentang hukum adat dan ketuhanan.
  • Bila dilihat dari tiang penyangganya, maka jumlahnya ada 14 buah. 9 tiang di bagian depan belakang, dan samping kanan kiri rumah terdapat 5 tiang. Jumlah tersebut merupakan lambang dari persekutuan antar kelompok masyarakat Maluku.
Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (3)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (3)

Bagaimana unik bukan? Bila tertarik untuk melihat secara langsung, silahkan datang ke Maluku. Melihat rumah Baileo yang menjadi jati diri dari penduduk asli Maluku.

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (6)

Rumah Adat Provinsi Maluku (Baileo) (6)

Lihat juga: Rumah Adat Maluku Utara

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Maluku utara merupakan provinsi yang baru diresmikan tahun 1999 silam. Meskipun demikian, budaya dari Maluku Utara sudah terbentuk sejak lama dan tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan masyarkat. Hal ini bisa dilihat dari bagunan Rumah Adat asli Maluku utara yakni Rumah Sasadu.

Rumah ini merupakan rumah adat Maluku utara dengan desain khas dari penduduk suku Sahu. Rumah yang menggambarkan bentuk falsafah hidup yang dianut suku Sahu. Seperti rumah adat Maluku, Sasadu merupakan rumah dengan bangunan yang begitu luas dan tidak memiliki dinding. Dikarenakan fungsi utama rumah ini ialah tempat pertemuan.

Bila dilihat dari struktur bangunannya, rumah Sasadu tidak sama dengan rumah adat lainnya. Dimana bukan merupakan rumah panggung. Jadi tiang yang terdapat didalamnya bukan penopang lantai karena hamparan tanahlah yang dijadikan sebagai lantainya. Namun, keseluruhan bahan yang dipakai dalam membuat rumah ini diambil dari hasil alam. Terdiri dari balok kayu yang direkatkan dengan pasak kayu.

Pada bagian atap rumah, digunakan dari bahan bambu dan ijuk. Serta dibuat dengan memakai anyaman daun sagu atau kelapa. Meskipun terbuat dari bahan alam dan tanpa tambahan apapun, rumah Sasadu ini sangatlah kokoh dan tahan lama sampai bertahun-tahun. Selain itu, rumah ini terdapat 6 jalan untuk masuk. Dibagi menjadi 3 jalan, yakni untuk keluar masuk wanita, lelaki dan ada jalan khusus untuk tamu. Beberapa keunikan lain dari rumah Sasadu ini diantaranya ;

  • Desain rumah yang tanpa dinding tetapi punya banyak pintu. Mengandung nilai khusus yang menunjukan keterbukaan dari masyarakat asli Maluku Utara.
  • Di dalam rangkanya ada kain merah putih digantung. Ternyata ini untuk menunjukan lambang rasa cinta masyarakat terhadap Indonesia serta untuk menunjukan kerukunan antar umat beragama.
  • Terdapat bola dengan dibungkus ijuk yang itu adalah symbol kearifan dan kestabilan dalam kehidupan masyarakat.
  • Pada bagian ujung atapnya dibuat pendek untuk selalu merunduk ketika memasuki ruma Sasadu. Simbol untuk selalu hormat dan patuh terhadap aturan yang berlaku.
  • Ornamen yang diletakkan di bagian ujung atap dengan bentuk perahu adalah sebuah lambang. Masyarakat asli suku Sahu adalah masyarakat pelaut (bahari).

Beberapa keunikan tadi hanya bisa ditemukan di rumah adat Sasadu. Sebuah identitas dari Maluku Utara yang tercermin dari desain dan struktur bangunan rumah Sasadu. Ini menjadi identitas dan jati diri Maluku Utara yang mesti terus dilestarikan.

Lihat juga: Rumah Adat Gorontalo

Erniyati Khalida Erniyati Khalida
1 tahun yang lalu

Pewartanusantara.com - Rumah adat dari Papua disebut dengan Rumah Honai. Rumah ini dibangun dengan bentuk kerucut dan seluruhnya terbuat dari bahan asli tanah Papua.

Terdapat beragam suku asli di tanah Papua ini. Mulai dari suku Damal, Dani, Arfak, Asmat, dan masih banyak lainnya. Hampir semuanya memiliki Rumah Adat yang berbeda jenisnya. Akan tetapi, yang dijadikan sebagai ikon budaya Papua ialah rumah Honai. Seluruh desain dari rumah adat di Papua ini tidak berbeda antara satu suku dengan suku lain.
Keunikan Rumah Adat Papua
Rumah adat Provinsi Papua yang disebut honai memiliki keunikan dalam arsitektur dan budayanya. Berikut adalah beberapa keunikan dari Rumah Adat Provinsi Papua honai:
Bentuk rumah
Rumah adat Papua honai memiliki bentuk yang unik dan menarik. Bangunan honai memiliki bentuk seperti sebuah kubah atau setengah bola, dengan bagian atas yang menonjol ke atas. Bagian dalamnya juga didesain sedemikian rupa sehingga dapat menahan beban yang cukup besar.
Bahan bangunan
Honai terbuat dari bahan alamiah seperti kayu, bambu, dan daun rumbia yang disusun secara bersusun. Selain itu, bagian atap honai dibuat dari daun sagu yang dianyam dengan teknik khusus.
Fungsi
Honai digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga atau komunitas, dan juga digunakan sebagai tempat berkumpul untuk kegiatan sosial dan keagamaan.
Simbolisme
Honai memiliki makna simbolis yang dalam bagi masyarakat Papua. Bentuk kubahnya melambangkan bumi dan alam semesta, sedangkan bagian atap yang menonjol melambangkan kepala manusia. Selain itu, honai juga dianggap sebagai lambang kebersamaan dan persatuan dalam masyarakat Papua.
Filosofi
Honai juga memiliki filosofi yang dalam. Masyarakat Papua meyakini bahwa honai harus dibangun dengan tepat dan sesuai dengan aturan adat yang telah ditetapkan. Selain itu, honai juga harus ditempatkan di lokasi yang tepat agar dapat berfungsi dengan baik.
Keunikan lainnya
Selain itu, honai juga memiliki keunikan dalam hal dekorasi. Dinding dan atap honai sering dihiasi dengan ukiran dan lukisan yang menggambarkan simbol-simbol adat Papua. Selain itu, di dalam honai terdapat tempat tidur yang terbuat dari bambu yang disusun secara khusus dan menarik.

Dengan keunikan-keunikan di atas, rumah adat Provinsi Papua honai menjadi salah satu bagian penting dari budaya dan sejarah Papua. Rumah adat honai juga menjadi daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Papua.
3 Type Rumah Honai
Rumah Honai ini bukan rumah panggung, karena atapnya langsung dari tanah. Namun, juga terdapat lantai papan. Rumah ini memang terdiri dari dua tipe lantai.

Lantai tanah biasa dipakai untuk berkumpul, musyarawah dan aktivitas lainnya. Sedangkan yang berlantai papan dijadikan sebagai tempat tidur saja. Keduanya dihubungkan dengan tangga kayu yang ditengahnya ada tempat untuk api unggun.

Rumah Honai sendiri terbagi atas 3 tipe, yakni ;

  • Untuk lelaki (honai), tempat yang dijadikan kaum hawa untuk berdiskuusi, debat ataupun berdialog mengenai kehidupan dan merumuskan kegiatan adat.
  • Untuk wanita (ebei), tempat tinggal untuk para wanita yang sudah mau beranjak dewasa. Belajar dan saling mengajarkan. Bisanya bagi wanita ebei merupakan tempat tinggal sementara.
  • Kandang babi (wamai)., tempat hewan ternak berupa bagi yang menjadi peliharaan suku asli Papua.

Berdasarkan ulasan tadi, bisa dikatakan bahwa rumah Honai ini mempunyai banyak fungsi. Tidak hanya sebagai tempat tinggal saja, tetapi dipakai sebagai tempat penyimpanan, belajar, meramu strategi dan aktivitas adat lainnya. Rumah adat dari suku Dani ini memang mengandung banyak nilai filosofis di dalamnya.

Sebagai penduduk Indonesia seharunya memahai akan hal ini. Rumah Honai adalah sebuah alat pemersatu dan lambang dari persatuan di tanah Papua. Begitu juga sebagai warga Indonesia yang harus selalu bersatu untuk menjunjung tinggi martabat dan harga dini bangsa.

Baca Juga : Rumah Adat Papua Barat