News
Bali, Badan Narkotika Nasional (BNN), melalui Irjen Pol Drs Dunan Ismail Isja, MM. mengapresiasi Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. Terkait komitmen Kemenpora dalam upaya turut serta memberantas narkoba.
Hal itu sebagaimana disampaikan Dinan dalam sambutan pelantikan 200 peserta Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba, Selasa 24 September 2018, di Grand Mega Hotel Bali.
"Kemenpora adalah leading sector dalam pemberantasan narkoba, sesuai Instruksi Presiden (Inpres) No. 6 tahun 2018 tentang Penguatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) Tahun 2018-2019. Ia menjadi penggerak utama dan pertama dalam merespon bahaya narkoba, utamanya melalu para pemuda" ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dunan juga berpesan kepada peserta untuk teguhkan hati melawan narkoba.
"Tantangan besar di depan mata tidak boleh menjadi pemarah semangat. Tetapi teguhkanlah hati, bahwa dalam melawan narkoba kita tidak sendiri, ada pemerintah, BNN, aktivis dan masyarakat. Yakinkan pada kami bahwa kalian mampu," pesannya, memberi semangat pada peserta pelatihan.
Karena sudah ada instruksi pemerintah lewat Inpres, Dunan berharap acara semacam ini dapat digiatkan oleh lembaga pemerintah yang lain. Ia meminta kepada Kemenko PMK untuk segera melakukan kordinasi ke semua lembaga agar terlaksana kegiatan sejenis yang lebih masif.
Bali, Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, lantik 200 Kader Inti Pemuda Anti Narkoba, Selasa (25/9/18). Acara tersebut adalah puncak kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari, 24-26 September 2018, besok.
Bertempat di Grand Mega Hotel Bali, acara dihadiri oleh Prof. Faisal Ismail, Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora RI, yang bertindak sebagai mandataris pelantik peserta kegiatan.
Dalam pidato sambutannya, ia berharap para peserta dapat berjejaring membuat gerakan anti narkoba. Jaringan itu menurutnya bisa melalui keluarga, lingkungan sosial dan pergaulan serta pendidikan.
"Tidak hanya terikat janji untuk tidak menggunakan narkoba, setiap peserta berkewajiban melakukan kaderisasi kepada 25 orang untuk menjadi bagian gerakan anti narkoba," katanya.
Nantinya rencana tindak lanjut kegiatan di masing-masing daerah, akan dikawal langsung oleh Pemerintah Daerah, Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pemangku kebijakan lainnya. Hal itu sesuai Intruksi President (Inpres) No. 6 tahun 2018 tentang Penguatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) Tahun 2018-2019.
"Untuk kegiatan selanjutnya di masing-masing daerah akan melibatkan peserta dan dikawal pemerintah, sesuai Inpres No. 6 tahun 2018. Di Bali masih menyisakan PR, ada empat kabupaten dan kota yang pemudanya belum di fasilitasi pelatihan semacam ini" tambahnya.
Sementara itu, Arifin, Asisten Deputi Peningkatan Wawasan Pemuda mewakili panitia bersyukur acara berjalan lancar. Para peserta dapat difasilitasi secara maksimal dan para pembicara yang diundang dapat hadir mengisi acara.
"Alhamdulillah para peserta dapat menimba ilmu dari orang-orang yang kompeten di bidangnya. Mereka yang kami undang sebagain besar dapat hadir mengisi acara, cuma ada satu yang berhalangan dan diwakilkan," terangnya.
Bali, Badan Narkotika Nasional (BNN) merilis hasil survey yang di lakukan oleh Universitas Indonesia (UI) tentang jumlah pengguna narkoba di Indonesia. Hasilnya sekitar 3.376 juta atau 1,71 % penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba.
Data tersebut sebagaimana disampaikan oleh Irjen Drs. Dunan Ismail, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN RI. Dalam acara Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba 2018 yang diselenggarakan Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, di Grand Mega Hotel Bali, Senin 25 September.
"Jumlah tersebut terbagi ke dalam empat katagori. Sekitar 979 ribu jiwa pengguna coba pakai, 776 ribu jiwa pengguna teratur pakai, 1.519 juta jiwa adalah pecandu dan 33 ribu jiwa pengguna suntik, belum lagi kalau dilihat dengan teori gunung es, tentu ada lebih banyak jumlahnya ketimbang data yang ada. Artinya benar, kita sedang darurat narkoba," paparnya, dalam penyampaian materi tentang pengenalan dan dampak narkoba.
Sementara itu, menurut Dunan, jumlah pengedar dan gembong narkoba yang ditangkap oleh BNN dan Kepolisian masih sedikit.
"Dari banyaknya jumlah pengedar dan gembong narkoba dengan barang bukti ribuan kilo. Hanya 20% saja yang baru kami tangkap," tambahnya.
Pemerintah melalui BNN, bekerjasama dengan lembaga negara lain seperti Kemenpora, terus bekerja keras memberantas narkoba. Karena selain merugikan negara sekitar 30 triliun setiap tahunnya, narkoba juga menyebabkan kerusakan; kriminalitas, seks bebas dan penyakit.
"Dampak narkoba ini begitu parah. Ia mendorong orang-orang untuk bertindak kejahatan, seperti di Depok beberapa pekan lalu, seorang anak tega membunuh ibunya lantaran tidak dikasih uang untuk membeli narkoba. Rata-rata ada sekitar 30 orang meninggal setiap hari karena narkoba," tutupnya.
Bali, Indonesia sedang mengalami darurat narkoba. Hal itulah yang membuat pemerintah, melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI, mengadakan Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba, 24-26 September 2018, di Grand Mega Hotel Bali.
"Peredaran narkoba semakin menggila, tidak hanya di kota saja tetapi telah masuk ke desa-desa, bahkan menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) peredaran narkoba sudah masuk ke pelosok-pelosok hutan di Kalimantan, Sumatra dan lainnya" kata Alfredo, Kemenko PMK, dalam sambutan pembukaan acara.
Di Bali sendiri, menurut Brigjen Pol Drs I Putu Gede Suastawa, Kepala BNN Bali ada sekitar 50.000 pengguna narkoba. Sekarang pemerintah telah berupaya sekuat tenaga dalam pembetantasannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan desa adat.
"Ada sekitar 50.000 pengguna narkoba di Bali. Kami sedang melakukan upaya pemberantasan. Dimulai dari aparatur pemerintah dengan program test urine dan akan ditindak tegas pagi yang positif," ungkapnya dalam materi diskus tentang 'Pengetahuan Adiksi, Konseling dan Rehabilitasi' di pelatihan (25/9/18).
"Selain itu kami juga melakukan kerjasama dengan desa adat di seluruh Bali untuk melakukan pengawalan dan pendampingan korban penyalagunaan narkoba. Regulasinya sudah diatur oleh perda, dimana setiap desa diwajibkan membentuk relawan," tambahnya menerangkan tentang program kerjasama dengan desa adat di Bali.
Relawan dari desa adat tersebut, diberi wewenang untuk memberi sangsi bagi pengguna penyalahgunaan narkoba. Tetapi bagi pengguna narkoba yang sukarela melaporkan diri akan difasilitasi oleh BNN untuk mendapat fasilitas rehabilitasi gratis, bebas hukum dan dijaga kerahasiaannya.
Pelatihan yang ditujukan bagi kaum muda ini, telah diselenggarakan selama tiga tahun. Pada tahun 2018 ini, ada tiga pelatihan yang dicanangkan Kemenpora, yaitu di Aceh (telah terselenggara), di Bali (sedang berlangsung) dan di Jakarta (bulan depan).
Satuan pesantren yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM) menyayangkan RUU Pesantren yang tidak mewadahi FKPM.
"muadalah itu juga termasuk pendidikan di pesantren, dan formal, kenapa tidak masuk didalamnya?" Ujar Kyai Subhan.
Kementerian Agama melalui Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, menggelar pertemuan khusus dengan para kiai perwakilan pondok pesantren membahas tentang draft RUU Pesantren dan Pendidikan keagamaan.
"Melalui pertemuan ini, harapannya dapat menghasilkan sebuah usulan terbaik yang bisa mewadahi semua asosiasi" ujar Kasubdit pendidikan diniyah dan mahad aly kemenag, Ainur Rofiq
Pertemuan tersebut menghadirkan dua perwakilan asosiasi yaitu Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM), dan asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif). Pertemuan tersebut akan menanggapi draft RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan yang dianggap tidak mewadahi satuan Muadalah.
Kiai Subhan menambahkan "kami terkejut, sebelumnya kami sudah memberikan masukan dan revisi terhadap RUU Pesantren ini. Kami bahkan sudah beraudiensi dengan pimpinan baleg di DPR”
Menurutnya, satuan FKPM sedang memperjuangkan agar aspirasi pesantren-pesantren yang tergabung dalam FKPM dapat terakomodir dalam RUU ini nantinya.
Untuk diketahui, RUU Pesantren dan Pendidikan keagamaan sudah selesai pada pembahasan tingkat Baleg, yang saat ini menunggu pengesahan paripurna untuk disahkan sebagai RUU inisiasi DPR.
Rois
Bali, Bahaya narkoba menjadi ancaman semua kalangan, termasuk para seniman. Hal itulah yang dirasakan The Blangkon, musisi musik asal Solo, Jawa Tengah.
Band yang anggotanya adalah mantan orang-orang yang pernah bersinggungan dengan narkoba ini, merasakan betul dampak dan bahaya narkoba.
"Saya dulu adalah menejer diskotik. Disana, saya pernah menjadi bagian dari peredaran dan penggunaan narkoba. Tetapi kemudian saya sadar bahwa apa yang saya lakukan itu salah. Saya tahu betul, mereka yang bersinggungan dengan narkoba akan rusak hidupnya. Saya berdosa, karenanyalah untuk menebus kesalahan itu kini melalui cara apapun, termasuk musik, saya berjanji melawan narkoba", ungkap Agus Danur, Vokalis The Blangkon dan aktivis gerakan melawan narkoba.
Sementara itu, Denny, Gitaris The Blankong, menceritakan dirinya adalah seorang mantan pengguna dan narapina narkoba. Ia merasa bahwa narkoba telah menghambat karir, merusak diri dan keluarga.
"Kita harus mencintai diri sendiri. Saya berharap para peserta dapat menjadi kader yang berperan aktif melawan narkoba. Soal caranya bisa disediakan dengan hobi, kalau saya kebetulan lewat musik," pesan Deny.
Kesadaran itulah yang membuat mereka kini aktif mengkampanyekan bahaya narkoba. Sebagaimana terlihat dalam acara Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba, Selasa 25 September 2018.
Dalam acara tersebut, selain menghibur para peserta lewat musik, mereka juga memberikan motivasi dan memaparkan strategi mengkampanyekan gerakan anti narkoba.
"Banyak cara sebetulnya untuk melawan narkoba, selain lewat media (termasuk media sosial) kita juga bisa melakukannya lewat gerakan sosial, masuk ke lembaga-lembaga pendidikan, masyarakat dan anak-anak, pencegahan sejak dini juga penting. Biasanya kami buat event, menyesuaikan sasaran sosialisasi, kalau anak-anak kami menggunakan pendekan mendongen setiap akhir pekan di acara car freeday", tambah Agus.
Pada kesempatan pelatihan ini, hanya dua anggota The Blangkon yang bisa hadir, satu anggota lainnya berhalangan. Dari enam anggota, kini hanya tersisa tiga saja yang bertahan, satu anggota meninggal karena narkoba, satunya gila karena narkoba dan yang satu masih menjadi pemakai dan peredar narkoba.
Di akhir sesi, The Blangkon meminta kepada peserta untuk mendiskusikan dan membuat konsep dan strategi kampanye melawan narkoba. Peserta yang mengikuti diskusi The Blangkon terlihat antusias. Mereka bersemangat membuat kegiatan dan membangun gerakan sosial melawan narkoba.
Bali, Perkembangan media masa menjadi salah satu perhatian Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. Hal itu terlihat dari salah satu materi yang disampaikan dalam Pelatihan Kader Inti Pemuda Anti Narkoba tentang teknik komunikasi media, Selasa, 25 September 2018, di Grand Mega Hotel Bali.
"Di era sekarang ini, dimana akses informasi mudah dijangkau oleh masyarakat, penting memiliki ketrampilan komunikasi media masa, utama tentang penyampaian bahaya penggunaan narkoba," ungkap Wilson Lalengke, pemateri diskusi teknik komunikasi sekaligus ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI).
Sementara itu, Arifin, Asisten Deputi Peningkatan Wawasan Pemuda, berharap dengan adanya materi ini dapat tercipta suasana literasi media masa yang kondusif.
"Semoga nantinya lebih banyak ajakan menjauhi narkoba di media masa dan dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat tentang bahaya narkoba," tuturnya
Tidak hanya penyampaian materi, diskusi ini dikuatkan dengan adanya season praktek menulis berita. Peserta yang hadir terlihat antusias. Mereka semangat membacakan hasil tulisannya.
"Ini merupakan pengalaman baru bagi saya dan sangat bermanfaat. Saya berharap dengan ketrampilan komunikasi media dapat menjadi kader yang baik dalam kampanye anti narkoba, terutama di media masa lewat tulisan," ungkap Andika, peserta Pelatihan.
Satuan pesantren yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM) menyayangkan RUU Pesantren yang tidak mewadahi FKPM.
"muadalah itu juga termasuk pendidikan di pesantren, dan formal, kenapa tidak masuk didalamnya?" Ujar Kyai Subhan.
Kementerian Agama melalui Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, menggelar pertemuan khusus dengan para kiai perwakilan pondok pesantren membahas tentang draft RUU Pesantren dan Pendidikan keagamaan.
Pertemuan tersebut rencananya akan menghadirkan tiga perwakilan asosiasi yaitu Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM), Asosiasi Pendidikan Diniyah Formal (Aspendif), serta Asosiasi Ma'had Aly Indonesia (Amali). Pertemuan tersebut akan menanggapi draft RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan yang dianggap tidak mewadahi satuan Muadalah.
Kiai Subhan menambahkan "kami terkejut, sebelumnya kami sudah memberikan masukan dan revisi terhadap RUU Pesantren ini. Kami bahkan sudah beraudiensi dengan pimpinan baleg di DPR”
Menurutnya, satuan FKPM sedang memperjuangkan agar aspirasi pesantren-pesantren yang tergabung dalam FKPM dapat terakomodir dalam RUU ini nantinya.
Untuk diketahui, RUU Pesantren dan Pendidikan keagamaan sudah selesai pada pembahasan tingkat Baleg, yang saat ini menunggu pengesahan paripurna untuk disahkan sebagai RUU inisiasi DPR.
Rois
Sebelum meninggal almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyisihkan waktu sekitar 90 menit untuk mendokumentasikan video candaannya bersama Maman Imanul Haq. Presiden RI ke-4 itu yakin hanya dengan canda-lah khotbah penuh kebencian dapat ditandingi.
Pertemuan itu sangat berarti bagi Maman yang kini duduk sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKB. Gus Dur duduk bersila mengenakan sarung. Beberapa isi candaan itu sangat sensitif dengan peristiwa sosial, misalnya saja soal bencana alam. Gus Dur pernah ditanya mengenai penyebab gempa di Yogyakarta pada 2006 oleh salah satu stasiun televisi.
Mantan Ketua Umum PBNU itu sempat kebingunan karena merasa bukan ahli ilmu bumi. Tapi Gus Dur tetap menjawab dengan guyonan. Kata dia kemungkinan gempa Yogyakarta disebabkan Nyai Roro Kidul penguasa laut selatan Jawa, murka karena dipaksa pakai jilbab. Candaan ini berhasil memecah ketegangan nasional karena bencana tersebut dikait-kaitkan dengan pembahasan RUU Pornografi yang kala itu cukup kontroversial.
"Candaan ini tidak hanya mengendurkan syaraf yang tegang. Tetapi juga agar suasana cair. Itulah Gus Dur, guru tapi enggak menggurui," ucap Maman. Menurutnya cara bercanda seperti ini tetap kontekstual. Apalagi ketika terjadi gempa di sekitar kawasan selatan Pulau Jawa beberapa hari lalu sempat juga dikait-kaitkan dengan azab Tuhan karena Mahkamah Konstitusi menolak mengkriminalisasi LGBT dan zina. Pesan ini cukup massif di media sosial,
Menurut Maman, jika terlalu serius melawan opini semacam ini justu kelihatan konyol. Jadi lebih baik dijawab dengan canda ala Gus Dur saja. Apalagi jika meladeni berbagai ceramah yang menebar kebencian, meladeni dengan serius justru menambah musuh, bukan jemaah.
Maman sendiri mengaku inspirasi Gus Dur tak pernah habis. Ia pernah menulis buku Fatwa dan Canda Gus Dur pada 2010. Buku ini berisi canda bersama Gus Dur sepanjang pertemuannya dari 2006 sampai 2009. "Saya masih akan menerbitkan satu buku lagi tentang Gus Dur," kata Maman.
Dengan sedikit cerita diatas bagaimana bisa sorang ratu lelembut nyi Rorokidul di suruh berhijab? Ini adalah suatu pemaksaan yang sangat tidak pada tempatnya namun jika di pasangkan dengan kejadian akhir-akhir ini memang bisa menjadi contoh yang sangat sebanding. Kiasan yang GusDur ambil ini selain memang mempunyai unsur kocak yang tinggi juga mengandung makna yang mendalam.
GusDur memang memilliki selera humor yang tinggi, wajar saja jika terbersit imajinasi yang seringkali membuat orang tertawa. Candaan memerintahkan Nyi Rorro Kidul berhijab juga pernah membuat Cak Nun terdiam dengan sedikit gemes atas jawaban Gus Dur.
“Gus, sampeyan niku presiden Indonesia sekarang. Sampeyan juga tau, kalau menjadi presiden Indonesia sebagai mana presiden-presiden sebelumnya, selalu memiliki hubungan dengan ratu pantai selatan. Kulo pesen sama sampeyan Gus” kata Cak Nun.
“Opo?”
“Tolong sampeyan hati-hati” pesan CakNun.
“Kalem, sudah saya urus” jawab GusDur santai.
“Lho diurus gimana maksudnya Gus?” tanya CakNun
“Nyi Roro Kidul sudah saya suruh jilbab-ban” Jawab GusDur.
Mendengar jawaban itu, CakNun kaget dan merasa sangat emosi sebenarnya. Bagaimana tidak, dia sangat serius dan peduli pada GusDur dari hal-hal yang tidak baik dengan mengingatkan-nya. Namun, GusDur hanya menjawabnya dengan guyon dan seolah tidak mau ambil pusing, atau seperti yang serig dia ucapkan “Gitu aja kok repot.
Sebut saja dengan pengandaian jikalau nyi roro kidul disuruh berhijab, sama halnya menyindir para pejabat dan penguasa untuk segera bertobat. Dari perbuatan atau keputusan yang mereka buat, sebagai pemeran hukum tertinggi protes seperti ini akan lebih efektif daripada menggunakan orasi.
Sebut saja Achilles, Pejuang tangguh dalam mitologi Yunani yang tidak pernah terkalahkan dalam setiap pertarungan. Dia bukanlah Hamzah, Khalid bin walid atau Umar bin Khatab. Membunuh bukanlah sesuatu yang asing ditangan Achilles.
Tak terkalahkan, ego yang tinggi, dingin dan tidak mengenal rasa takut akan kematian. Tangannya bak izrail yang dengan mudah mencabut nyawa seseorang yang diinginkannya. Ucapannya adalah fatwa kebenaran bagi pasukannya dan lagu kematian bagi lawannya.
Oke, saya tidak bercerita banyak tentang bagaimana sosok petarung brutal dalam legenda yunani tersebut, tapi sosok Achilles yang dingin dan terkesan “slanker” tersebut luluh lantak oleh sesuatu yang dibenci para petarung, “Cinta”. Sebagai sosok petarung jalanan yang selalu mengirim lawannya diakhirat, wajar pula semua merinding mendengar nama Achilles dengan segala reputasinya.
Tapi dihadapan Briseis, sosok angker Achilles tak ubahnya rumput yang mudah tercerabut oleh satu jari kelingking sekalipun. Lihat saja ketika briseis menaruh belati dileher Achilles ketika berbaring diranjang, dia hanya berkata “Just Kill Me”. Dasar briseis yang kesepian yang tengah jatuh cinta, niat membunuh Achilles justru “membunuh” kekerasan hati lawannya. Dan akhirnya, mereka terbuai dalam dekapan cinta yang “terlarang”.
Mengapa cinta mereka adalah cinta “terlarang”? Seperti kita ketahui, Achilles yang berhati keras, “sak penake udele dhewe” (seenaknya sendiri) dan tidak mengenal belas kasih terhadap lawannya, “dipaksa” rela dan ikhlas melepaskan semua reputasinya demi mendapatkan briseis yang sang pujaan. Sedangkan briseis yang mengimani dan mengabdi pada dewi Apollo, dengan ketegaran dan keberanian juga melepas segala atribut yang melekat pada dirinya sebagai pengabdi yang baik.
Demi Achilles, dia menanggalkan serta meninggalkan janji untuk tidak akan pernah disentuh para pria. Keduanya meninggalkan suatu yang diyakini, janji dan kehormatan untuk sesuatu yang lebih abadi, yaitu cinta. Mereka meninggalkan kehidupan absurd untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki yaitu cinta.
“Kau bukanlah tawananku, tapi tamuku dan setelah malam ini, kamu bebas mau kemana kamu mau pergi”. Sepenggal ungkapan dari mulut Achilles membuat saya merinding disko. Betapa agungnya sang Achilles ketika mengucapkan kata-kata tersebut.
Cinta bukanlah kata benda yang hanya bisa dibicarakan dan disebut. Cinta adalah kata sifat yang menerangkan suatu keadaan yang sangat besar dalam diri manusia. Cinta juga kata kerja yang menunjukkan seberapa besar perbuatan dan perjuangan secara tulus, gak butuh "mahar" pelicin bermilyar-milyar untuk mendapatkan pengakuan
Sejarah mencatat, Perjuangan mendapatkan cinta akan membawa manusia dalam suatu bentuk keagungan dan kebahagiaan yang nyata . Bagaimana kisah cinta Adam dengan Hawa yang membuat mereka “terbuang” disurga, dipisahkan didunia dan dipertemukan kembali. Ada juga kisah cinta terlarang penuh intrik dari Zulaikha terhadap Yusuf sang lelananging jagad, walaupun dalam ending storynya berakhir dengan pernikahan dan kebahagiaan bagi keduanya.
Tidak kalah serunya, cerita rahasia cinta Sayyidina Ali dan Siti Fatimah yang tersembunyi, bahkan konon setanpun tidak tahu jika keduanya saling mencinta. Selain kisah cinta yang berakhir dengan happy ending, tapi banyak juga akhir kisah cinta yang tragis walaupun dibungkus dengan kisah yang terkadang romantis. Kita mendengar cerita keluarga nabi Nuh kehilangan putra yang dicintainya karena ditelan banjir.
Tertulis juga, kisah nabi luth yang kehilangan keluarga tercinta dan tidak kalah hebohnya, kisah cinta romeo dan Juliet yang harus berakhir dengan bunuh diri “berjamaah” meminum racun.
Kisah cinta Achilles juga tidak kalah tragisnya. Achilles mencintai briseis dengan penuh hormat dan penghargaan layaknya menjamu tamu yang baik. Cinta Achilles tidak menjadikan pasangan bersikap halnya tawanan perang tapi cinta yang membebaskan. Dan hal yang tidak diinginkan mereka berdua akhirnya terjadi, yaitu Briseis secara tidak langsung dijemput sang ayah “Priam” yang juga menjabat raja Troya.
Setelah sempat bermesra-mesraan ditenda tempat mereka dimabuk asmara, mereka harus berpisah karena sesuatu hal yang tidak mereka inginkan. Achilles yang menganggap Briseis bukanlah tawanan tapi tamu dengan cepat memulihkan status kewarganegaraannya tanpa birokrasi yang rumit dan berbelit, agar kedepannya tidak timbul gonjang ganjing dwikenegaraan seperti negara tetangga.
Achilles memberikan kebebasan sepenuhnya untuk Briseis kembali kekerajaan troya dan memberikan dispensasi tidak menyerang kerajaan troya kepada “Priam” sang raja selama 12 hari.
Akhirnya peperangan itu terjadi. Yunani menyerang troya dengan segala strategi “liciknya”. Achillespun ikut berperang karena hanya ingin menjemput briseis cintanya. Setelah berhasil menyelamatkan si jantung hati dari kejaran pasukan yunani, justru Achilles menerima hunjaman beberapa busur panah oleh Paris saudara sepupu briseis.
Walaupun Briseis melarang Paris menghunjamkan panah, tapi paris sudah terlanjur dendam terhadap achiles, gara-gara sang kakak “hector” dibunuh oleh Achilles. Paris terus memberikan kado perpisahan “indah” dan menjadikan Achilles sebagai pahlawan yang ringkih karena cinta. Briseis menangis dan memeluk tubuh Achilles yang mulai tidak kuat menahan beban rindu.
Keduanya saling memeluk dengan erat, seakan ini adalah pelukan terakhir para pemabuk cinta, dan Achilles mengucapkan “It’s Allright” kepada Briseis seolah-olah kematiannya tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan briseis dikemudian hari. The show must go on, mungkin itu yang diinginkan Achilles terhadap sang pujaan hatinya dan berharap kelak bisa bertemu kembali, bersama dalam pernikahan sejati dikehidupan hakiki.
Sungguh kematian Achilles "Sang Jihadis" cinta yang tragis dari sosok petarung legendaris dalam mitologi yunani seolah-olah menegaskan sabda Rumi, "Dengan hidup yang hanya sepanjang tarikan nafas, jangan tanam apa-apa kecuali cinta".
Saya melihat kisah cinta Achilles dan briseis seperti mengulang kisah cinta Jack dan Rose di film titanic. Betapa cinta itu menyenangkan juga menyakitkan. Cinta seperti ketika bermain judi, ada yang menang dan ada yang kalah, tertawa dan cemberut. Cinta itu ambigu dan paradok, malah ada yang bilang cinta itu absurd. Kehidupan cinta manusia terkadang juga tidak terlepas dengan sesuatu yang berulang- ulang, semacam dejavu.
Entah sampai kapan, tapi saya merasakan hal yang sama. Bagaimana kita mencintai orang tua kita dan orang tua kitapun mengalami hal yang sama. Ketika kita mencintai seseorang yang kita cintai, seolah-olah juga merasakan perasaan yang sama ketika dengan mantan. Ketika merasa disakiti oleh yang kita cintai, sekan kita pernah mengalami ketika disakiti mantan.
Cinta dan kehidupan seperti ketika membuka lembaran kertas kosong berwarna putih, selalu mendapatkan sesuatu yang sama dan seolah-olah berulang. Seperti Nietzsche bilang “Obat yang paling baik untuk menyembuhkan cinta adalah obat yang telah diketahui sepanjang zaman, membalas cinta”.