Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Diogenes dan Sinisme Athena

Diogenes Filsuf

Pewartanusantara.com - Diogenes, seorang filsuf yunani kuno yang cukup terkenal dalam dunia filsafat karena pemikirannya tentang kesenangan duniawi. Pemikiran yang dibawanya menimbulkan budaya baru dalam dasar pengendalian diri. Biografi Diogenes menorehkan cerita menarik yang didalami seorang penekun filsafat.

Dasar pemikiran diogenes yang sederhana, mampu menimbulkan model berpikir yang luar biasa. Hal ini terbukti dari semasa hidupnya, tidak ada karya yang terdokumentasi dengan baik, namun mampu membawa kebudayaan yang dapat mengilhami banyak orang seiring perkembangan zaman.

Riwayat Diogenes

Diogenes dilahirkan di Kota Sinope pada 454 SM. Dalam biografi Diogenes tercatat, beliau meninggal pada 323 SM. Semasa hidupnya banyak sekali hal yang beliau tekuni untuk menemukan kebenaran versinya. Dalam perjalanan hidupnya menjadi seorang filsuf, Diogenes sempat diusir dari Kota Sinope akibat menurunkan nilai mata uang di kota tersebut. Selanjutnya Diogenes pindah ke Athena.

Diogenes

Diogenes Ilustrasi

Berpindahnya Diogenes ke Athena memberikan perubahan besar dalam pola berpikirnya. Ia mencoba mencari ilmu baru dengan menjadi murid filsuf besar di kota Athena pada zaman itu.

Guru filsufnya itu adalah Anthishthes yang merupakan salah satu murid filsuf besar yunani kuno, yakni Socrates. Hal ini membuat Diogenes memiliki konsep berpikir tentang kejujuran dan pengendalian diri yang sangat bijak.

Tidak ada hal mewah yang berkesan dalam hidupnya. Kehidupannya di tengah masyarakat Athena yang cukup apatis dengan lingkungan sosial membuatnya enggan mencari kemewahan dunia. Diogenes dikenal sebagai filsuf yang eksentrik pada zaman Yunani Kuno. Sebagai pemikir besar dan bijak, Diogenes tetap bersikeras untuk bertahan tanpa derajat status sosial yang tinggi dengan kemewahan.

Aliran Pemikiran Diogenes

Teori yang dicetuskan Diogenes menunjukkan aliran pemikirannya berdasarkan pada sinisme. Paham sinisme merupakan ajaran yang menujukkan penolakan atas kenikmatan duniawi berupa tingginya status sosial, kemewahan, serta kekayaan. Pemikiran ini menjadi dasar dari prinsip teguhnya selama berada di Athena.

Ilustrasi Diogenes

Ilustrasi Diogenes

Terkenal sebagai orang bijak, tidak lantas membuat Diogenes menginginkan kekayaan dari pengetahuan yang dimilikinya. Gaya hidup Diogenes dinilai asketis. Diogenes tinggal di sebuah tong bekas anggur di pinggir jalan dalam keramaian kota Athena. Pemikiran yang dimilikinya menjadikannya berprinsip bahwa kekayaan jiwa lebih penting dari kekayaan materi.

Diogenes cukup terkenal dengan pemikirannya terkait pengendalian diri. Salah satu teorinya menyatakan bahwa rasa lapar dan sakit merupakan bentuk upaya pengendalian moral pada diri manusia. Menurutnya, manusia satu sama lain dapat memberikan simpati dan empati dengan menekan hawa nafsu, kesenangan, dan kemewahan yang merusak moral masyarakat.

Jejak Diogenes Dalam Dunia Filsafat

Bila filsuf lainnya memiliki risalah maupun buku berjilid sebagai bentuk tuangan pemikirannya, namun ini tidak berlaku bagi Diogenes. Tanpa karyanya terdokumentasikan, biografi Diogenes tetap eksis di dunia filsafat karena pemikirannya yang dijadikan dasar pikir filsuf sesudahnya. Filsuf yang cukup terkenal dengan menggunakan mahzab Diogenes adalag Zeno dari Citium.

Selain teori yang diilhami oleh masyarakat Athena di semasa hidupnya, Diogenes juga mengamalkan pemikirannya dengan mengembangkan cara pendidikan yang disebut epigram moral. Bentuk pendidikan yang dimaksud dikemas Diogenes dalam bentuk sarkas yang cukup menarik kala itu.

Karya yang terkenal dari semasa hidupnya ditunjukkan dengan perilaku kehidupannya di tengah masyarakat Athena. Hal ini dinilai sebagai bentuk epigram moral yang diungkapkan dalam cara pendidikan baru yang dikembangkannya.

Suatu ketika, Diogenes diceritakan membawa lentera di waktu siang hari di tengah keramaian pasar Athena. Beliau berkata sedang mencari orang yang jujur ketika membawa lentera tersebut. Hal ini merupakan wujud pemikiran Diogenes yang tidak dibukukan, namun dapat memberikan pengaruh besar terhadap tatanan berpikir masyarakat Athena pada masa itu, dan sesudahnya.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

1006