Donald Trump Cederai Proses Perdamaian Palestina dan Israel
PEWARTANUSANTARA - Tindakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dituding oleh Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Lukmanul Khakim, bahwasanya hal tersebut dapat berpotensi memicu terjadinya perang besar.
“Tindakan tersebut akan menimbulkan ketegangan di kawasan Timur Tengah, bahkan di seluruh belahan dunia,” Ungkap Sekretaris LPTNU tersebut.
Dia juga menambahkan, langkah Donald Trump tersebut telah mencederai proses perdamaian antara Palestina dengan Israel.
“Dengan mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel, maka Amerika telah merobek perjanjian damai antara Palestina dan Israel. Dan ini saya rasa sebuah sikap yang fatal,” tuturnya.
Berbagai kecaman dan kritik dari berbagai penjuru dunia juga membidas Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel tersebut.
Negara pertama di dunia yang secara resmi menjadikan serta mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah Amerika.
Langkah tersebut tentunya berpotensi menimbulkan kekerasan bahkan pertumpahan darah. Para pemimpin dari dunia Muslim dan masyarakat internasional lain melontarkan kemarahan dan mengecam keputusan Trump.
Bukan hanya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, namun Trump juga mengumumkan rencana pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Kapasitas Yerusalem merupakan jantung konflik panjang antara Israel dan Palestina, sebab Israel mencaplok Yerusalem Timur dimana bagi Palestina wilayah tersebut nantinya akan menjadi ibu kota negara mereka.