Pewarta Nusantara
Menu Menu
Hidupmu Adalah Jati Dirimu

Hidupmu Adalah Jati Dirimu

Panasnya suhu hari ini tidak menyurutkan semangat dan energi semua orang untuk beraktifitas. Iya, dari mulai pelajar hingga pekerja kantoran maupun pedagang sudah memenuhi padatnya jalanan di Ibukota pagi ini. Seperti biasa aku dengan tas ransel berisi laptop dan kamera serta keperluan kuliah, sudah berada dipinggiran peron stasiun menunggu comutterline datang. Suasana pagi yang penuh dengan polusi dan harus siap berdesak-desakan dengan banyak orang, untuk berebut tempat duduk di kereta sudah menjadi rutinitas pagiku setiap hari. Perasaan emosi, kesal, jengkel semua itu sudah biasa terjadi di pagi hariku.

Ya, aku seorang mahasiswi disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Aku harus menggunakan transportasi kereta menuju kampus karena rumahku berada jauh dari kampus. Aku lebih memilih untuk pulang-pergi, daripada menyewa kos-kosan meski segala resiko seperti telat, kesiangan, ketingalan kereta dan resiko lainnya harus aku tanggung karena uang sewa kos lebih baik aku gunakan untuk keperluan yang lainnya. Kenapa aku memilih jasa kereta api karena transportasi yang paling mudah aku jangkau dan transportasi yang lebih praktis dari pada jasa transportasi lainnya.

Kini, aku duduk ditahun ke 4 yang artinya tahun ini adalah tahun terakhirku di kampus. Aku sedang menyelesaikan skripsiku yang istimewa ini, kenapa?, karena skripsi ku adalah penentu kelulusanku selama aku kuliah 4 tahun disini. Aku harus bekerja keras dan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyelesaikan skripsi ini. Jujur beberapa akhir ini aku sering memikirkan akan kemana nantinya aku setelah lulus. Pikiran yang menurutku lumrah untuk seorang mahasiswi tingkat akhir. Banyaknya pengangguran dan angka kelulusan yang tinggi, membuatku agak frustasi.

Hidup memang selalu dipenuhi dengan berbagai ujian, dari mulai masalah skripsi yang tak kunjung usai, hingga setelahnya saat aku lulus nanti aku akan kemana. Aku pernah mendengar bahwa hidup memang pilihan bahkan ketika kita tidak ingin memilih pun hidup pasti akan memaksa kita untuk melakukan itu. Ya, sekarang aku paham tentang artinya hidup itu pilihan. Aku berada di kampus ini dengan jurusan yang telah aku pilih memang suatu pilihan hidup yang telah aku jalani. Dahulu, saat SMA aku tidak pernah memikirkan bagaimana alur hidupku, bahkan diawal-awal semester saat kuliah pun aku masih menggantung, apakah jurusan yang sudah aku pilih itu tepat atau tidak. Kehidupanku yang dulu benar-benar hanya memikirkan bagaimana caranya agar aku bahagia, aku hanya berhura-hura, kumpul dengan teman-teman, ikut-ikut organisasi tanpa punya alasan yang jelas.

Tetapi semenjak aku naik tahun ke tiga, aku mulai merenungi bagaimana alur cerita kehidupanku setelah ini. Aku teringat dengan pesan Bapak “Hidup di Ibu Kota itu keras, bahkan jika kamu tidak memiliki skill apa yang ada didalam didirimu kamu bukan apa-apa dikota ini. Kamu harus tahu apa dan siapa kamu, bagaiaman kamu, dan kamu hidup untuk melakukan apa” Dari pesan Bapak itu aku jadi berpikir 1000 kali, aku ini siapa dan apa. Apa yang sudah aku lakukan untuk diriku dan untuk orang-orang disekitarku. Selama ini aku tidak pernah memikirkan tentang siapa diriku dan apa jati diriku yang sebenarnya.

Hingga suatu ketika bertubi-tubi masalah datang dikehidupanku. Semua bermula ketika aku terpilih menjadi ketua disebuah event yang akan diadakan organisasiku. Saat itu, pengalaman pertamaku menjadi seorang ketua, aku tidak pernah tahu apa yang harus aku lakukan terlebih lagi semua anggota didalam kepanitian susah diatur, keras kepala. Dari situ aku belajar memutar otakku bagaimana caranya mengatur dan menyatukan pemikiran dari berbagai macam pemikiran yang isinya tidak akan sama anatara satu dengan yang lainnya. Diawal memang semuanya berantakan, bahkan aku pun merasa aku tidak bisa menjadi ketua yang tegas.

Namun, salah satu seniorku datang menghampiri aku. Dia memberiku beberapa nasehat dalam berorganisasi, tapi ada satu nasehat yang paling membekas dihati dan otakku hingga saat ini, beliau pernah berkata “Ketika seseorang ditunjuk untuk menjalankan sebuah tanggung jawab yang besar dan diamanahkan ke diri kita, itu berarti orang-orang disekitar kita percaya dengan kemampuan diri kita sendiri, dan hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapat amanah besar. Mungkin saat ini diri kita merasa aku bukan sosok pemimpin yang baik, tapi percayalah apa yang sudah terjadi itu adalah takdir. Tuhan pasti sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada hidup kita, dan ketika kita sudah menjalaninnya percayalah bahwa Tuhan pasti selalu membantu dan tahu bahwa kita bisa menjalakan amanah yang sudah diberikan. Kita diminta bagaimana caranya menjalankan tanggungjawab ini dengan baik, dan yang bisa melakukan semua itu adalah diri kita sendiri. Karena ketika kamu percaya pada diri kamu sendiri, maka semua pasti akan berjalan dengan baik. Tapi ketika kamu sudah tidak percaya dengan diri kamu sendiri itu berarti kamu meremehkan apa yang sudah Tuhan takdirkan untuk kamu.”.

Nasehat itu menjadi salah satu motivasiku untuk mengubah alur cerita hidupku, aku yang tidak pernah merencanakan kehidupanku dimasa depan, tapi sekarang aku selalu memikirkan bagaimana kehidupanku dimasa depan. Ya, sudah ada banyak rencana yang aku list dalam buku catatanku. Memang rasa takut dan pesimis itu pasti selalu ada ketika aku merasa bahwa diriku ini belum bisa menyelesaikan suatu masalah, tapi aku yakin aku tidak sendiri ada Tuhan dan orang-orang yang mencintaiku. Mereka adalah motivasi terbesar. Hidup memang harus dimulai dari diri sendiri, seperti keinginan bangsa ini untuk lepas dari penjajahan.

Bangsa Indonesia yang dulu dijajah, selalu berada dibalik langit hitam yang gelap. Lalu tiba-tiba datang seorang penggerak yang memudarkan langit hitam itu menjadi sepercik cahaya, bahkan seperti api yang berkobar panas. Ya, para pahlawan terdahulu yang berhasil membuat semangat serta ambisi untuk merdeka melepas bangsa Indonesia dari penjajahan. Semua pasti berawal dari diri sendiri, keinginan untuk lepas dari keterpurukan selama berabad-abad, keinginan untuk lepas dan tidak lagi menjadi seorang budak. Mereka menemukan apa dan siapa diri mereka, apa yang mereka lakukan untuk membuat bangsa ini maju dan merdeka.

Kehidupan pahlawan terdahulu lebih berat karena harus melawan para penjajah. Sedangkan kehidupan saat ini hanya melawan diri sendiri pun seperti sangat sulit. Ya, kenapa sulit, karena mengendalikan diri kita untuk melawan diri dari rasa keegoisan, malas, dan ambisius yang tinggi itu tidak mudah jika diri ini masih terus-terusan mengulangi perbuatan tersebut. Sejatinya aku tersadar hidupmu adalah jati dirimu. Hidupmu berjalan baik atau tidak itu dirimu sendiri yang menentukkannya, bukan orang lain. Orang-orang disekeliling kita hanya tempat untuk berbagi cerita, motivasi atau bahkan penyemangat.

Be Your Self, jangan ingin seperti siapa atau apa, tapi jadi diri sendiri yang mampu memberi perubahan dalam hidup yang positif untuk orang-orang disekitar bahkan untuk bangsa ini. Mungkin saat ini itu yang selalu aku pikirkan untuk menjalani kehidupanku. Menjadi seorang penulis dimedia terkenal seperti pewarta nusantara misalnya, hmm itu menjadi salah satu daftar list kegiatan yang ingin aku lakukan setelah ini. Hidup memang pahit tapi belajar untuk menjadi pemanis dalam hidup agar lambat laun rasa pahit itu bisa hilang dengan sendirinya.

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida