Op-ed  

MENGUBAH POSISI GARUDA

Google News

“MENGUBAH POSISI GARUDA”

Oleh Rahmat Novian Saputra

 

“besok pagi jam 5 vian dijemput, karena jam 7:30 sudah harus kumpul di Stadion Kota. Persiapkan semuanya jangan sampai ada yang ketinggalan, malam ini usahakan tidur lebih awal ya. Selamat malam.” Coach Riskan menutup telpon.

Reaksi suntikan dokter beberapa jam yang lalu masih sangat terasa untukku, rasa pahit obat yang ku telan pun juga masih terasa dilangit-langit mulut, sendi-sendi masih belum begitu kuat untuk menopang ketika aku berdiri dari tempat tidur yang seprainya seperti sudah berubah menjadi bau keringatku. Karena sudah hampir dua minggu aku hanya terbaring  disini. Malaria tipes dan darah rendahla penyebab semuanya. Sontak saja, mendengar pesan Coach tadi air mata tak lagi menunggu persetujuanku untuk mengalir deras. Karena menggunakan seragam merah-putih dengan lambang Garuda didada dan bertuliskan namaku diatas nomor 14 dipunggung adalah mimpiku dari kecil. Setiap hari ketika matahari belum meninggi saat fajar, aku sudah berkeringat dalam latihan individu. Tiga kali dalam seminggu ketika matahari sudah menepi hilang, keringatku masih belum kering dalam latihan bersama tim di lapangan. Dan besok adalah jalan untuk mimpiku.

Seleksi tim nasional sepak bola Indonesia dibawah usia 19 tahun besok sudah masuk ke daerahku diProvinsi Bengkulu, tepatnya di Stadion Semarak Kota Bengkulu berjarak dua jam dari tempat tinggalku sekarang di Kabupaten Kepahiang. Dan sekarang aku masih terbaring sakit. “kenapa dek kok nangis, ada apa?” ibuku sudah berdiri dipintu kamar, mencari tahu apa yang sedang terjadi denganku. Sulit sekali rasanya untuk menjawab pertanyaan ibu. Kuperlihatkan log panggilan masuk dari Coach Riskan di handphone. “ada apa dengan Coach Riskan?” ibu semakin penasaran. Menahan tangis aku coba menjelaskan “besok jam 5 dijemput, ada seleksi timnas di Kota”.
Ibu memberikanku pelukan yang aku paham betul dia ingin aku lebih tenang. Mengusap air mataku, dengan lembut ia berpesan “ikutin aja, ibu yakin kok kalau kamu pasti kuat. Apa aja yang mau disiapin buat besok? Biar ibu bantu siapin sekarang”

Aku hanya diam belum tau ingin membalas pertanyaan ibu, dan sekarang kakak juga sudah berada didekat kami. Kehadirannya adalah buah dari menguping pembicaraan aku dengan ibu. Dia datang dengan sebuah tawaran “sepatumu kemarin udah rusak kan. Yaudah ayok sekarang cuci muka terus kita kepasar cari toko sepatu yang masih buka”. Melihat dukungan dari ibu dan kakak membuat air mataku makin menjadi-jadi. Tapi satu hal, ini semua melebihi khasiat dari obat dokter. Tidak hanya semangat yang sekarang mengalir padaku, tapi juga sakit yang sepertinya paham dengan situasi ini. Dia berkemas pergi.

***

Rahmat Novian Saputra, nomor urut 580 dari Kepahiang !

“siap hadir” lantang aku menjawab panggilan absensi dari Panitia seleksi pagi ini. Ada sekitar tujuh ratus lebih orang yang datang hari ini untuk mengikuti seleksi.

Dan dengan semangat juga motivasi tinggi, aku adalah salah satu diantara ratusan pemimpi itu.

Seleksi tahap pertama adalah fisik. Dan aku menyadari jika belum terlalu fokus dan sering membuat kesalahan. Namun aku bayar pada tahap kedua yaitu teknik dasar. Hasilnya aku masuk dalam daftar lima puluh orang tersisa untuk lanjut pada tahap ketiga yaitu bermain tim strategi, dan yang lain sudah tersisih. Bukan hanya itu saja, semangat yang membuatku lupa jika tadi malam aku masih terbaring. Namun sekarang namaku dipanggil untuk masuk ke dua puluh dua orang tersisa untuk dibagi menjadi dua tim dan melakukan uji coba pertandingan selama 1 kali 45 menit. Dari hasil seleksi seharian penuh ini, hanya akan ada empat nama yang akan dipilih untuk berangkat ke Bandung, Jawa Barat melakukan Training Camp bersama anak-anak terpilih dari semua Provinsi yang ada di Indonesia. Dan untuk Provinsi Bengkulu, sore ini nama yang diberikan pada 14 November tujuh belas tahun lalu Rahmat Novian Saputra adalah peserta pertama yang dinyatakan lolos seleksi, lalu menyusul tiga nama lainnya.

Setelah melengkapi data diri di ruang staff, kami berempat dipesankan untuk tetap menjaga kesehatan dan menunggu kabar dari pengurus asosiasi pusat mengenai kepastian waktu kapan kami akan berangkat.

Tiba di rumah, aku tidak bisa menyembunyikan kegembiraanku. Ibu dan saudara-saudaraku juga sudah bisa menebak hasil dari seleksiku hari ini lewat senyumanku. Suka cita sangat terasa malam ini di rumah. Keberhasilanku melewati semuanya, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami sekeluarga.

Sudah lebih dari satu bulan menunggu, tapi belum juga ada kabar dari pihak panitia terkait keberangkatan peserta dari Bengkulu. Aku dan tiga peserta lainnya yang lolos juga sudah berulang kali menghubungi panita untuk menanyakan perihal keberangkatan kami. Namun jawaban semuanya sama, belum ada kejelasan. Dan setelah hampir masuk dua bulan setelah seleksi, kami mendapat kabar bahwa peserta dari Bengkulu semuanya gagal diberangkatkan dengan alasan yang tidak jelas. Sedikitpun tidak ada pihak panitia yang menjelaskan mengenai alasan itu. Hanya menegaskan bahwa Provinsi Bengkulu tidak mengirimkan pesertanya.

Hancur sekali memang rasanya. Tapi seperti kata pepatah biasa karena terbiasa, mendengar kabar kali ini aku sudah sangat tegar dan kuat. Tidak ada air mata yang mengiringi kekecewaan seperti sebelum-sebelumnya. Hanya keluargaku saja yang tampak jelas kecewa dengan pihak asosiasi. Dan dengan dewasa, sekarang aku mulai berpikir bahwa sepertinya Allah SWT punya rencana yang lebih baik dari ini.

***

Seperti biasanya setiap selesai upacara hari senin di sekolah, siswa yang baru saja berhasil menjadi juara pada berbagai macam perlombaan akan diumumkan dan dipanggil kedepan untuk mendapatkan reward dari Kepala Sekolah. Pagi ini diumumkan bahwa tim Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI sekolahku mendapat juara 2 tingkat kabupaten.

“itu loh mat ekskul yang aku bilang kemaren, gimana mau gak kamu kalo kita ikutan?” cetus Agus sahabatku. Memang di sekolahku, Cerdas cermat dijadikan sebuah ekstrakulikuler agar siswa yang mewakili sekolah adalah peserta pilihan yang telah mempersiapkan diri secara matang. Dan setelah gagal untuk membela tanah air dengan Garuda didada, sepertinya aku tertarik untuk beralih membela negara dengan posisi Garuda yang berbeda  “oke gus, ayok kita daftar”.

Seminggu tiga kali kami latihan bersama belasan orang lainnya. Iya, ekskul yang satu ini berbeda dengan ekskul kebanyakan dengan anggota yang jumlahnya adalah puluhan bahkan ada yang menyentuh angka seratus seperti Paskibra. Kalau kata pembina, hanya orang-orang kuat yang siap bertahan di ekskul Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI ini. Karena yang dilakukan adalah menghafal dan memahami pembukaan dan pasal-pasal UUD NRI 1945 beserta penjelasannya, Tap MPR dan MPRS, nilai-nilai dan sejarah Pancasila, serta pengetahuan umum tentang NKRI.

Sempat berpikir tidak mungkin, tapi setelah dijalani aku sangat nyaman dengan kegiatanku kali ini. Tidak ada lagi latihan individu setiap pagi, bahkan latihan tim di lapangan pun tidak pernah lagi aku ikuti. Sekarang disekolah aku lebih suka bermain dan mencari lebih banyak teman, bercerita dan tertawa bersama para sahabat,dan ketika di rumah ibu dan saudara-saudaraku sendiri masih bingung melihat aku sering mengurung diri di kamar dan sesekali berbicara sendiri sampai larut malam. Aku mulai senang untuk menghafal dan mempelajari materi ekskul baruku ini.

Tak terasa sudah satu semester aku menekuni ekskul Cerdas Cermat 4 Pilar NKRI. Berkatnya, perubahan begitu drastis untuk diriku secara pribadi. Di kelas aku menjadi lebih kritis dalam diskusi kelompok maupun materi yang disampaikan oleh guru, tak jarang aku juga suka dimintai oleh guru untuk membantu menjelaskan jika ada teman kelas yang kurang paham, setiap upacara senin aku juga selalu diminta oleh kepala sekolah membacakan pembukaan UUD NRI 1945 tanpa teks di depan panggung upacara, keluarga di rumah pun ikut senang dengan perubahanku. Tidak masalah soal kegagalan di sepak bola kemarin, apa lagi sekarang rankingku ikut membaik. Dari ranking 24 se-sekolah menjadi juara umum kedua.

Puncaknya adalah setelah aku terpilih menjadi bagian dari sepuluh orang tim Cerdas cermat 4 Pilar NKRI sekolahku sekaligus menjadi ketuanya sebagai pembicara utama nantinnya dalam perlombaan tingkat kabupaten yang akan diadakan tiga bulan kedepan. Ditambah lagi, seminggu setelah itu karena aku yang sudah berubah menjadi siswa yang kritis, pada pelaksanaan pemilihan Ketua Osis sekolah aku menang telak dengan perolehan suara lebih dari 70% suara mengungguli dua pasangan lainnya yang dicalonkan. Dengan kondisi ini tekatku makin bulat untuk mengubah alur dalam membela negara.

Tidak perduli panas dan hujan, mendekati waktu perlombaan aku dan teman-teman tim Cerdas cermat 4 Pilar NKRI melakukan latihan ekstra. Setiap hari setelah pulang sekolah kami selalu melakukan latihan bersama. Setoran hafalan, latihan menyampaikan pendapat, dan coba menjawab soal rebutan. Tak jarang kami juga sampai shalat maghrib berjamaah di mushola sekolah. Bahkan jika ada beberapa dari kami yang mendapat jam kosong karena ada guru yang dinas keluar kota, kami memilih  berkumpul di ruang osis untuk berlatih. Hari minggu pun kami tidak libur, datang kesekolah kami latihan di taman sekolah. Tapi khusus hari minggu, setelah makan siang selalu kami isi dengan bermain game agar ada senggang waktu untuk bercanda ria bersama dan membangun kekompakan pada tim ini.

Diruangan aula hotel ini sudah ada 12 tim dari seluruh sekolah menengah yang ada di kabupaten Kepahiang, termasuk tim dari sekolahku SMAN 4 Kepahiang. Dalam perlombaan hari ini, dibagi menjadi tiga babak. Yaitu penyisihan,semifinal,dan final. Ada empat babak penyisihan yang terdiri dari tiga tim sekolah dan akan diambil satu tim dengan perolehan nilai tertinggi untuk maju ke babak semifinal. Pada babak semifinal, akan ada empat tim yang bertanding untuk memperebutkan dua nilai tertinggi agar bisa masuk ke babak final.

Kami sangat bersyukur, memperoleh nilai tertinggi dari mulai babak penyisihan sampai dengan babak semifinal. Difinal kami akan berhadapan dengan SMAN 1 yang merupakan juara bertahan dan rival sekolah kami dari sejak dulu. Istirahat shalat dan makan, memberikan kami waktu untuk lebih menguasai materi dan saling memotivasi sesama. Terlebih meminta ridho dari YME.

Dipapan skor tercatat nilai yang sama untuk tim kami dan tim lawan. Tersisa dua soal terakhir untuk kami perebutkan. Siapa yang lebih cepat menekan bel maka ialah yang diperbolehkan menjawab pertanyaan. Jika benar maka akan ditambah nilai 50, jika tidak maka nilai akan dikurangi 25. Para penonton yang sedari tadi berteriak pun disisa soal terakhir ini sudah mulai sunyi dan ikut tegang, hanya mengepalkan tangan didepan wajah saja, dengan doa-doa yang meminta Tuhan memberikan kesempatan untuk timnya masing-masing. Soal dibacakan, SMAN 1 dengan cepat mendahului kami dalam menekan bel. Secara pribadi aku merasa bersalah karena terlalu lama menekan bel padahal aku juga tahu betul jawaban dari soal yang dibacakan Dewan juri.

“pasal 22” jawab pembicara SMAN 1, dalam hati sebelum juri menyatakan benar atau salah aku sudah memberi isyarat kepada teman-temanku bahwa jawaban mereka salah. Benar saja, tak lama Dewan juri menegaskan “jawaban salah nilai min 25, soal dilemparkan ke regu SMAN 4”.

Tanpa ragu “pasal 24” tegasku. Dewan juri membenarkan jawabanku atas pertanyaan pasal yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman. Terlihat beberapa guru dan teman-teman sekolahku teriak gembira mendengar bahwa tim kami bertambah nilai dan artinya kemenangan sudah didepan mata. Hanya sedikit kemungkinan yang akan membuat nilai kami kembali sama. Soal terakhir sekarang, “sebutkan Tap MPR RI No.XI tahun 1998” teeeeetttt… bel yang aku tekan berbunyi lebih kencang, karena dari tim lawan tidak menekan bel sama sekali. Dengan penuh keyakinan aku menjawab “tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas kkn” aku melihat diujung sana pembina kami sudah tersenyum lebar, tampak seperti ada kepuasaan dari rautnya setelah selama ini membina kami. Dan “iyak, tepat sekali nilai 50” penjelasan dewan juri, membuat suasana ruangan semakin riuh gembira terkhusus dari pendukung sekolah kami.

Tangisan bahagia tampak jelas sekarang diraut pembina kami, bahkan beberapa guru yang hadir pun ikut menangis. Karena mereka tahu bagaimana perjuangan kami untuk hasil dihari ini. Begitupun kami, sujud syukur langsung kami lakukan. Tak meyangka, Allah SWT memberikan kami rezeki yang begitu nikmat hari ini. Tahun ini, sekolah kamilah yang akan melaju ke tingkat Provinsi dan berjuang lagi untuk bisa berhasil menjadi wakil dari Provinsi Bengkulu ke Jakarta.

***

Panggilan untuk Rahmat Novian Saputra, harap ke ruang kepala sekolah sekarang !

“aku? Ada masalah apa aku dipanggil ke ruang kepsek” benakku. Ditambah lagi teman-teman dikantin yang menambah-nambahkan opini. Ah sudalah, aku juga merasa tidak ada salah kok, kenapa harus takut pikirku.

“assalamualaikum” salamku,

“walaikumsallam, masuk mat duduk sini” jawab kepala sekolah. Aku semakin bingung ada masalah apa ini. Karena diruangan ini ternyata juga sudah ada dua orang pembina ekskul Cerdas cermat sekolah kami. Entah kenapa perasaanku tidak enak. Karena aku melihat sepertinya kedua pembinaku terlihat baru saja menangis, bahkan kepala sekolahku juga malah ada genangan air di pelupuk matanya. Benar saja, dengan lembut kepala sekolah menjelaskan kepadaku. Berharap aku bisa menerima kabar ini dengan baik dan dapat menjelaskan dengan baik kepada teman-teman satu timku bahwa dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi tidak ada anggaran untuk melaksanakan seleksi provinsi untuk memilih tim dari sekolah mana yang akan mewakili Provinsi Bengkulu di Nasional nanti. Oleh karena itu Dinas memutuskan untuk menunjuk tim dari sekolah yang tahun lalu menjadi juara kedua pada seleksi tahun itu.

Dengan tangisan yang sekarang menjadi deras, kedua pembinaku memelukku. Kepala sekolah pun sekarang sudah mengambil tisu karena air di pelupuk matanya sudah melebihi dari yang tergenang tadi. Sedangkan aku, diam saja. Batinku memang ikut menangis seperti mereka bertiga. Tapi sepertinya untuk ikut meneteskan air mata, benar-benar sudah tak mau lagi keluar untuk hal seperti ini. Layaknya karang yang tetap kuat dan kokoh diterjang ombak. Sekali lagi, hari ini aku menabung kegagalan untuk keberhasilan yang tampaknya sudah Allah SWT siapkan begitu besar.

***

“gimana besok mau pakai joki atau gak mat?” tanya pengajar di tempat aku bimbel untuk mengikuti SBMPTN 2016. Setelah tidak mendapatkan SNMPTN, aku tetap ingin mencoba kesempatan lain agar bisa masuk ke Prodi Kriminologi Universitas Indonesia. Pengalaman mengikuti ekskul Cerdas cermat 4 Pilar NKRI aku memutuskan untuk memperdalam ilmu di jurusan ini setelah lulus sekolah menengah beberapa bulan lalu.

Pagi ini semuanya sudah kupersiapkan, usaha dan doa akan ku perjuangkan hari ini. Perlahan tapi pasti aku jawab soal-soal dengan mendahulukan soal yang mudah baru setelah itu soal dengan tingkat yang lebih sulit. Untuk hasil, semuanya akan kuserahkan kepada YME.

Keluar dari gerbang tempat pelaksanaan tes, ternyata ada yang dari tadi keliling mencari keberadaanku. Melihat handphone, benar saja sudah ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab karena memang saat tes, handphone aku setting mode silent dan sama sekali tidak melihat atau membukanya. Padahal ternyata ada kunci jawaban soal yang sudah dipersiapkan untukku agar bisa menjawab soal dengan benar. Jujur saja aku sedikit kesal, karena kenapa dadakan sekali dan akhirnya baru bertemu setelah pulang. Karena memang ternyata selama tes tadi ada beberapa peserta memang yang aku lihat menggunakan kunci jawaban.

Akhirnya aku diminta  ikut ke tempat bimbel untuk diperiksa soal yang aku kerjakan tadi yang memang aku bawa pulang dengan kunci jawaban yang sebenarnya sudah disiapkan untukku tadi. Passing great dari Prodi Kriminologi Universitas Indonesia adalah 34% dan setelah diperiksa jawabanku pada soal yang sudah aku tandai ini dengan kunci jawaban dari tempat aku bimbel, jawaban benarku sebenarnya cukup banyak. Tapi setelah dihitung passing greatnya adalah 32%. Melihat hasil ini, aku sudah tersugesti dan jadi pesimis. Meskipun pengumuman resmi baru akan diumumkan satu bulan lagi.

Rasa pesimisku menjadi benar, setelah berhasil login portal peserta SBMPTN tertera kalimat “maaf anda tidak diterima di PTN yang dituju, tetap semangat !”. lagi lagi dan sekali lagi, aku memperbanyak tabungan kegagalan hari ini. Tapi tak apa, masih ada SIMAK UI pikirku. Meskipun memutuskan untuk keluar dari bimbel dan belajar individu, aku tetap yakin untuk mengikuti pertarungan selanjutnya. Demi bisa masuk di Kriminologi UI. Hampir setiap hari aku menghabiskan waktu untuk menyendiri belajar mempersiapkan senjata dalam pertempuran dimedan SIMAK UI.

Pelaksanaan tes berjalan dengan lancar. Tidak seperti hasil tes SBMPTN yang harus menunggu lama, kali ini di SIMAK UI pengumumannya lebih cepat. Dan hasilnya, celenganku sudah membengkak untuk menampung kegagalan. Aku tidak lolos.

***

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :

Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :

Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan

Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :

Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan

 

Sempat berpikir untuk istirahat sejenak menunggu tes tahun depan lagi di Kriminolog UI, akhirnya hari ini aku resmi menjadi mahasiswa. Tak masalah Universitas mana, akreditasi apa, peringkat berapa,dan berapa biayanya. Semua sama saja jika niat kita menambah ilmu maka akan baik jadinya, toh nanti akan sama-sama punya gelar. Benakku.

Aku memutuskan untuk mendaftar di salah satu Universitas swasta di Bengkulu menjelang satu hari lagi penutupan pendaftaran. Universitas negeri sudah tutup semuanya, swasta pun hanya Universitas ini saja yang masih buka. Aku mengambil Program studi Hukum di Universitas swasta terbaik di Bengkulu atau nomor dua setelah Universitas negeri di Bengkulu ini. Dengan niat belajar yang baik semua proses disini aku jalani dengan baik. Mulai dari ospek, aku terpilih menjadi peserta terbaik, Kemudian di kelas aku terpilih menjadi komti, dan setelah masuk satu bulan perkuliahan entah legal atau tidak entah benar atau tidak dekan dan ketua prodi serta himpunan mahasiswa fakultas hukum memintaku untuk menjadi Gubernur BEM Fakultas padahal aku merupakan mahasiswa baru. Tentu untuk dilantik menjadi gubernur, persyaratannya di Universitas ini aku harus mengikuti pengkaderan ikatan mahasiswa yayasan dan dengan rezeki yang berturut-turut aku menjadi peserta pengkaderan terbaik. Sehingga semenjak itu aku berubah menjadi seorang aktivis mahasiswa. Jabatan dan penghargaan menjadi tuntutan hal itu. Pun dengan perlombaan tingkat Universitas se-Bengkulu, seringkali aku menjadi perwakilan dari Universitasku baik individu maupun kelompok. Jika Allah SWT meridhoi tak jarang kami pulang dengan gelar juara, begitupun sebaliknya.

Puncaknya adalah ketika ajang penganugerahaan mahasiswa yayasan terbaik. Aku masuk dalam nominasi bersama lima mahasiswa lainnya. Sangat tidak disangka, ketika diumumkan ternyata namaku adalah orangnya. Bahkan karena tidak percaya atas penganugerahaan ini ketika menyampaikan kata sambutan atas penganuhgerahaan ini aku hanya mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan langsung menutupnya dengan salam.

Namun dengan kondisi aku yang seperti sekarang ini malah membuat keadaan tidak baik. Mulai dari organisasi mahasiswa di kampus yang sering mendesakku untuk sering melakukan aksi di jalanan,dosen yang tidak suka dengan aktivis sehingga memberikan nilai buruk,mahasiswa lain yang iri sehingga seringkali menebar fitnah,pihak fakultas yang memintaku melakukan hearing ke DPR untuk kepentingan fakultas, bahkan sempat ada Dewan Pimpinan Daerah salah satu Partai yang menawarkanku untuk menjadi kadernya dengan gratis dan iming-iming dicalonkan menjadi calon anggota legislatif jika sudah sarjana nanti dengan dibiayai Partai.

Kondisi ini membuatku semakin tidak nyaman lagi di kampus. Jujur aku memang senang dan cukup bangga dengan apa yang sudah aku dapatkan sekarang, namun aku juga tidak ingin diintervensi,aku tidak ingin berkoalisi yang sebenarnya adalah untuk menguntungkan pihak tertentu saja, aku ingin bebas berkreasi dengan ide-ide dan prinsipku sendiri selama itu tidak melenceng dan bernilai baik. Aku harus keluar dari kondisi ini, benakku.

***

“ya Allah mat, kok sampe segitunya ya. Yaudah mending kamu pindah kesini aja, apa lagi kamu suka travelling kan? Nah Jogja itu indah banget tau.” Saran Devada. Ia adalah sahabatku di SMA kemarin, dia asli Jogja dan waktu itu orang tuanya pindah tugas ke Kepahiang dan sekarang sudah pulang lagi ke Jogja. Sekarang ia merupakan mahasiswa ilmu komunikasi di salah satu Universitas di sana. Sesekali kami masih sering video call. Aku sempat berpikir serius dengan saran Devada. Kenapa tidak aku pindah saja ke Jogja, melanjutkan semester tigaku disana. Lagian aku juga ingin melihat dunia lebih luas, tidak disini saja, aku tidak ingin menjadi katak dalam tempurung, iya aku ingin pindah saja. Terlebih dahulu aku coba membicarakan rencanaku ini dengan keluarga. “yaudah kalo memang kamu yakin dan bisa pindah universitasnya gak rumit, pindah aja dek. Siapa tau kamu sukses disana” pesan Ibuku. Saudara-saudaraku juga menanggapi rencanaku dengan baik dan sangat mendukung.

Akan tetapi aku mendapat kesulitan dari pihak Universitas, beberapa pihak seperti Wakil Rektor, kepala bagian kemahasiswaan, dekan fakultas,dan teman-teman anggota di organisasi mahasiswa tidak ingin aku pindah. Mereka ingin aku masih tetap berkarya disini. Terlebih wakil rektor, bulan depan ada perlombaan debat nasional dan dia ingin aku mewakili Universitas diajang itu. Namun dengan keputusan yang sudah bulat aku tetap ingin pindah, meskipun merasa tidak enak dengan beberapa pihak di kampus. Aku tetap menyodorkan berkas untuk kepindahanku ke salah satu Universitas di Jogja. Alhasil berkasku dipersulit. Dengan alasan blangko habis, staff pergi keluar, opor sana opor sini. Sampai akhirnya ketika waktu pengiriman berkas pindah di Universitas tujuanku tinggal menyisahkan waktu satu hari lagi, dari enam syarat yang harus aku penuhi disana. Aku baru menyelesaikan dua berkas saja.

Waktu penerimaan berkas mahasiswa pindahan sudah habis. Dan aku tetap dengan dua berkas ini saja. Kesempatanku untuk melanjutkan semesterku disana hilang. Namun melihat kondisi yang sudah semakin kacau ini, aku tetap nekad untuk pindah dari sini bagaimanapun caranya. Jika ingin melanjutkan semester rasanya sudah tidak mungkin. Kucoba menjadi pembukaan pendaftaraan mahasiswa baru di Universitas yang ada di Jogja lewat internet. Akan tetapi hasilnya nihil, ada juga yang masih buka tetapi tidak ada jurusan hukum. Akhirnya dengan tujuan untuk mencari jati diri yang lebih baik daripada yang sebelumnya dan mencoba memulai semuanya dari awal lagi, aku memutuskan untuk jeda dari perkuliahan. Terpaksa aku juga harus membohongi keluargaku. Aku tetap pergi ke Jogja, tapi bukan untuk melanjutkan kuliah tapi memulai semua yang baru nantinya disana, apapun itu.

***

“kamu tu gila bener toh mat, srius. Terus kamu mau ngapain disini kalo gak kuliah?” Devada terkejut mendengar pengakuanku setelah kami sudah mencari kostan untuk tempat tinggalku di Jogja. “ya apa aja dev, pokoknya selama disini tu aku pengen lebih survive lagi ama potensiku, cari pengalaman lagi, ya pokonya gitu deh liat aja nanti”.

Selama disini waktu kosong aku gunakan untuk mengunjugi tempat-tempat wisata yang ada di tanah Jogja, membenarkan pernyataan Devada bahwa Jogja itu indah aku setuju sekarang. Melihat awan menari layaknya lautan ombak dari Gunung Merbabu, indahnya taburan bintang dari bukit bintang, megahnya borobudur dan prambanan yang masih berdiri kokoh, lirihnya suara ombak di pantai drini, dan lembutnya sentuhan angin dari puncak becici, indah sekali lukisan Allah SWT ditanah ini. Orang-orang disini juga ramah sekali, tidak perduli siapa pendatang dan siapa penunggu asli. Damai sekali rasanya. Aku juga tidak ingin tumpul dengan pengetahuan dan kompetensiku. Sesekali ditemani oleh angin dan bintang, duduk diatas hammock yang kuikat ditiang rooftop kostan diterangi cahaya rembulan, aku suka membaca buku-buku yang berkaitan dengan hukum dan menulis beberapa artikel.

Melihat kondisi ini, aku berpikir tentang peluang bisnis. Kenapa tidak aku coba menyusun paket wisata yang ada disini untuk kemudian aku tawarkan kepada adik-adik kelasku di SMA dulu bahkan ke sekolah lain yang ada di sana. Aku hanya perlu gambar tempat wisata yang akan dikunjungi,mencari hotel dengan harga yang cocok dan nyaman,tiket pesawat,dan sewa mobil. Setelah itu tinggal aku sesuaikan berapa biaya pengeluaran dan berapa untung yang bisa aku dapatkan dari setiap paket wisatanya. Masalah perizinan dan yang lainnya, tidak usalah pikirku. Toh, ini nantinya lebih seperti open trip biasa saja dan aku langsung yang akan menjadi guidenya.

Hampir satu bulan aku keliling ke tempat-tempat wisata disini. Mengambil gambar yang semenarik mungkin,mendata berapa biaya yang harus dikeluarkan,jam buka dan tutup,waktu tempuh menuju tempat wisata,rumah makan,hotel,dan yang lainnya. Setelah itu aku mulai menyusun paket wisata yang akan ditawarkan. Sebisa mungkin aku susun dengan harga yang sangat murah namun tetap menguntungkan. Karena targetku adalah anak-anak SMA. Aku juga menawarkan program angsuran dari paket yang ditawarkan. Jadi mereka bisa booking paket dari minimal satu bulan sebelum keberangkatan dan mencicil biaya paket dengan transfer ke rekeningku satu kali dalam seminggu sampai dengan waktu keberangkatan yang telah disepakati. Lewat online aku memasarkan bisnisku kepada adik-adik kelasku di SMA, mereka juga membantuku memasarkan kepada siswa di sekolah lain disana. Hasilnya sangat baik, tak butuh waktu lama setelah pemasaran paketku sudah banyak yang booking. Hampir setiap bulan aku menerima pelanggan, terhitung sampai dengan sekarang sudah lima bulan aku menjalankan bisnis ini dan sudah tujuh paket aku mendapatkan pelanggan yang disetiap paketnya ada sekitar 10-15 orang pelanggan. Dengan ini, tabunganku juga mulai banyak.

Tidak baik juga jika aku tidak membagikan rezeki  ini dengan orang lain yang membutuhkan disekitarku. Tapi aku punya cara lain untuk menyalurkannya. Bersama dengan Devada dan teman kampusnya ,dimas dan ulan, dua kali dalam seminggu kami bergerak. Mulai dari mengajar anak-anak yang kadang masih terdapat dibeberapa pinggir jalan, meskipun hanya ada satu atau dua orang anak saja kami tetap mengajarkan kepada mereka tentang ilmu dari pendidikan dasar. Setelah itu kami berikan kepada anak-anak itu sedikit sembako dan uang jajan. Hal yang lainnya adalah kami mencari orang-orang disekitar tempat tinggal baik kostanku maupun rumah devada dan teman-temannya yang kurang mampu lalu kami berikan semampu kami apa yang sedang mereka butuhkan. Dari semua yang kami berikan pun tidak semuanya dariku, ternyata devada dan teman-temannya juga tertarik untuk membagikan sebagian dari rezeki mereka untuk orang lain yang mebutuhkan. Meskipun tidak besar tapi bermanfaat, itu prinsip kami.

Ternyata apa yang dijanjikan Allah SWT jika kita berbuat baik itu memang nyata. Saat kami sedang mengajar di jalanan, ada bapak-bapak bertubuh besar dan berpakaian rapi berjalan mendekati kami. “permisi dek. sudah dua kali saya melihat kalian mengajar seperti ini, siapa ketuanya?”  cetus bapak ini. “udah sering sih pak, ini ketuanya rahmat pak” saut Dimas menunjuk kearahku. Lalu bapak ini mengajakku duduk berbicara di angkringan dekat lokasi kami mengajar. “saya markus, ketua dari LSM nasional yang ada di Jakarta. Saya Cuma mau nanya, apa alasan kamu melakukan kegiatanmu dengan teman-temanmu itu dan kenapa harus dengan seperti itu?” pak Markus membukan perbincangan. “jelas pak, dalam agama saya diajarkan untuk saling membantu satu sama lain. Akan menjadi pahala besar dari situ. Dan saya bangga menjadi orang Indonesia. Lewat konstitusi saya sebagai generasi ditugaskan oleh para pahlawan untuk mewujudkan cita-cita bangsa” jawabku.

Ada banyak lagi yang kami perbincangkan, sampai pada akhirnya pak Markus mengakatakan bahwa di Lembaga Swada Masyarakatnya yang sudah terkenal di Indonesia ini  sedang mencari anak bangsa yang akan di berikan beasiswa kuliah ke Universitas di luar negeri. Sontak saja aku terkejut mendengarnya. Apa lagi ketika ia  mengatakan jika aku,devada,dimas,dan ulan lah orang yang dirasa tepat menerima beasiswa itu.

***

Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Aku tidak ingin berlama-lama di Negeri orang. Tiga setengah tahun di Universität Berlin, LMU München dengan gelar sarjana hukum aku rasa sudah cukup untuk sementara ini pulang dulu ke Indonesia dan mengabdi untuk negara. Dan hari ini setelah melewati Pemilihan calon anggota legislatif, aku terpilih untuk menjadi anggota DPR-RI lima tahun kedepan. Mimpiku untuk membela negara dengan lambang Garuda terwujud, tidak didada melainkan di sisi atas peci hitam yang sekarang aku kenakan. Keberhasilanku hari ini adalah buah dari tabungan kegagalan yang sudah aku pecahkan. Dan perjalananku kedepan adalah motivasi dari para pahlawan yang telah rela memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk Indonesia sekarang ini. Dengan cinta kepada tanah air yang sudah hidup dan berkembang dalam diri ini sudah saatnya kita yang bersumpah memelihara kemerdekaan hasil dari perjuangan pendahulu bangsa. Aku hanya ingin membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia memang layak untuk merdeka,perjuangan pahlawan tidak akan sia-sia,dan masih ada harapan untuk Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sehingga aku bangga mengakatakan “saya adalah Indonesia, saya adalah bagian dari Indonesia”.

Pewarta: rahmat novian saputraEditor: Nurul
rahmat novian saputra
Mau tulisan kamu dimuat di Pewarta Nusantara seperti ? Kirim Tulisan Kamu