Pewarta Nusantara
Menu Menu
Pahlawan Tanpa Nyata

Pahlawan Tanpa Nyata

PAHLAWAN TANPA NYATA

Kehidupan adalah sebuah pilihan, dimana seseorang bisa menentukan takdir ditangannya dengan melihat, mempertimbangkan dan memutuskan yang terbaik untuk masa depannya. Dalam pilihan ada tantangan dan rintangan, sehingga string motivation dari luar sangat diperlukan untuk memperkuat keputusannya.

Pengetahuan merupakan pondasi menganalisis meminimalisir kesalalahan yang akan diperbuat manusia. Dan pengetahuan yang cukup adalah dalang utama penentuan takdir. Di era moderniasi, akses pengetahuan dimudahkan oleh teknologi, sehingga keterampilan manusia menjadi peranan utama kejahatan dunia. Kejahatan tidak terlepas dengan nilai budaya manusia oleh karenanya perjuangan membela jati diri bangsa adalah gerakan utama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak, sedangkan gerakan sosial adalah tindakan terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat yang ada.

Pada tahun 2016 di Indonesia muncul gerakan social yang berdiri untuk memberikan pengetahuan kebhinekaan Indonesia dengan menuliskan berbagai artikel tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia yang bernama “pewartanusatara.com”. sebuah blog yang peduli terhadap generasi muda penerus bangsa Indonesia. (lihat : http:pewartanusantara.com) Generasi muda merupakan tabungan, karena maju atau mundur suatu bangsa ada di tangan pemuda. Seperti perjuangan para pahlawan kita yang gugur di medan perang untuk kemerdekaan Indonesia yang sejatinya berperang untuk generasi muda.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia terlahir menjadi Negara merdeka, kemerdekaan direbut oleh pahlawan yang setia mengorbankan jiwa dan raganya untuk Indonesia. merdeka berarti bebas dari kolonialis dan imperialis, sehingga benih-benih yang akan menimbulkan malapetaka harus dimusnahkan. Peristiwa pemusnahan terjadi pada 10 November 1945 di Hotel Yamako Surabaya.

Peristiwa heroic penurunan bendera Belanda dari atas gedung Yamako merupakan bentuk cinta masyarakat terhadap tanah air Indonesia. Sifat nasionalisme dan patriotisme mengalir dalam peristiwa tersebut. Saluran cinta yang mendarah daging (internalized) salah satu unsur untuk mencapai sebuah kekuasaan. (Soerjono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”. Hal. 233). Menurut Talcott Parsons kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu system organisasi kolektif. (Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Hal. 63)

Kewajiban yang mengikat pada masyarakat yang berjuang itu karena darah, dan untuk perjuangannya selalu dikenang dan diamalkan oleh pemuda, Indonesia memperingatinya dalam moment ‘Hari Pahlawan’ yang jatuh pada setiap 10 November. Pengamalan karakter bangsa yang tidak putus atas jasa pahlawan, pewartanusantara.com hadir di tengah-tengah rakyat untuk berjuang mempertahankan ikatan darah sebagai anak Indonesia yang ingin melanjutkan perjuangan untuk pembangunan Indonesia walapun tanpa wujud yang nyata, karena pewarta adalah pahlawan tanpa nyata.

#AnniversaryPewarta

#Lombamenulis

#contest