Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Pemerintah Italia Mengeluarkan Larangan Penggunaan Nomor Punggung 88 dalam Sepak Bola

Pemerintah Italia Mengeluarkan Larangan Penggunaan Nomor Punggung 88 dalam Sepak Bola

Pewarta Nusantara, Solo - Pemerintah Italia Mengeluarkan Larangan Penggunaan Nomor Punggung 88 oleh Pemain Sepak Bola.

Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) dan pemerintah Italia telah resmi melarang pemain sepak bola yang bermain di Italia untuk menggunakan Nomor Punggung 88. Keputusan ini diambil sebagai tindakan untuk melawan antisemitisme yang semakin marak.

Nomor 88 telah menjadi simbol yang sering digunakan oleh kelompok neo-nazi untuk menyampaikan pesan "heil Hitler," karena huruf "h" merupakan huruf kedelapan dalam alfabet.

Baca Juga; Gianluca Scamacca Lebih Memilih Kembali ke AS Roma

Keputusan ini diumumkan setelah insiden kontroversial di mana seorang suporter Lazio mengenakan seragam tim dengan nomor 88 dan nama "Hitlerson" di atasnya. Insiden tersebut mendapat kecaman luas, termasuk dari Lazio sendiri, dan pelakunya kemudian dilarang masuk ke stadion.

Presiden FIGC, Gabriele Gravina, bekerja sama dengan Menteri Dalam Negeri, Matteo Piantedosi, Menteri Olahraga, Andrea Abodi, dan Koordinator Nasional Perjuangan melawan antisemitisme, Giuseppe Pecoraro, mengkonfirmasi keputusan tersebut.

Dampak dari larangan ini adalah pemain yang saat ini menggunakan nomor punggung 88 di Italia harus menggantinya musim depan. Salah satu pemain yang terkenal dengan nomor tersebut adalah gelandang Atalanta, Mario Pasalic, serta pemain Lazio, Toma Basic.

Pemain lain yang pernah menggunakan nomor 88 adalah Gianluigi Buffon ketika masih bermain untuk Parma, namun dia kemudian mengubahnya menjadi nomor 77 menyadari kontroversi yang terkait dengan nomor tersebut.

Baca Juga; Diego Milito Belum Bisa Move On dari Kekalahan Inter di Final Liga Champions melawan Man City

Keputusan ini diharapkan dapat menjadi langkah positif dalam memerangi tindakan antisemitisme dalam dunia sepak bola dan mengedukasi para pemain serta penggemar tentang pentingnya menghormati nilai-nilai universal seperti persatuan, keberagaman, dan toleransi. (*Ibs)

353