Peru Pecahkan Rekor: Pertanian Daun Koka Tembus 95.000 Hektar, Tantangan Global dalam Perang Melawan Narkoba Semakin Mendesak
Pewarta Nusantara, Internasional - Rekor Tertembus! Pertanian Daun Koka di Peru Mencapai 95.000 Hektar. Pertanian daun koka di Peru mencapai rekor baru dengan mencapai 95.000 hektar, menunjukkan peningkatan sebesar 18 persen antara tahun 2021 dan 2022.
Meskipun penggunaan daun koka secara legal terbatas untuk tujuan tradisional di negara Andes, sebagian besar hasil panen saat ini digunakan dalam perdagangan narkoba ilegal.
Lahan-lahan pertanian ini terletak di daerah yang dilindungi dan desa-desa pribumi di Amazon yang berdekatan dengan perbatasan Brasil dan Kolombia.
Carlos Figueroa, Presiden Komisi Anti-Narkoba DEVIDA Peru, mengungkapkan kekhawatiran akan dampak negatif Pertanian Daun Koka ilegal pada lingkungan dan komunitas pribumi.
Dia juga memperhatikan perluasan yang memprihatinkan di sepanjang perbatasan dengan Kolombia dan Brasil, tempat kelompok penyelundup narkoba internasional beroperasi.
Peru dan Kolombia merupakan produsen daun koka dan kokain terbesar di dunia. DEVIDA berharap bahwa upaya mereka dalam menghadapi masalah narkoba global ini, dengan prinsip tanggung jawab bersama dan berbagi, dapat memperoleh dukungan dari komunitas internasional.
Meskipun ada tantangan yang dihadapi, Peru menyatakan dirinya sebagai sekutu yang kuat dalam perang melawan masalah narkoba dunia.
Tingginya produksi daun koka dan kokain terutama terpusat di wilayah VRAEM, yang merupakan lembah sungai ApurÃmac, Ene, dan Mantaro.
Daerah pegunungan dan hutan ini menjadi tempat kerja penyelundup narkoba yang berkolaborasi dengan kelompok pemberontak Shining Path.
Wilayah perbatasan Amazon Ucayali dan Loreto juga melaporkan peningkatan signifikan dalam pertanian daun koka, yang terkait dengan pemberontak FARC dari Kolombia dan organisasi kriminal Red Command dari Brasil.
Meskipun upaya penegakan hukum, keberadaan landasan pacu rahasia untuk pesawat narkoba semakin meningkat. Jalur udara menjadi rute penting bagi operasi penyelundupan dan pengiriman kokain ke berbagai negara, termasuk Eropa dan Oseania.
Peru berupaya untuk mendapatkan dukungan internasional, terutama dari Amerika Serikat, untuk mengatasi masalah ini dan mengintersep pesawat yang membawa narkoba ilegal.
Meskipun telah terjadi penundaan dalam dukungan tersebut sejak tahun 2001, Peru berharap dapat melanjutkan kerja sama dengan Amerika Serikat dalam upaya mereka melawan perdagangan narkoba yang merusak.
Penyebab dari peningkatan luas pertanian daun koka di Peru ini menjadi perhatian utama pemerintah dan komunitas internasional.
Organisasi-organisasi seperti DEVIDA dan PBB telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai cara. Pemerintah Peru telah melakukan tindakan yang tegas dan kuat, termasuk upaya penegakan hukum yang intensif dan peningkatan kerjasama dengan negara-negara mitra dalam rangka menghadapi wabah narkoba global.
Namun, tantangan yang dihadapi dalam memerangi perdagangan narkoba tetaplah kompleks dan membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak.
Perlindungan lingkungan dan kesejahteraan komunitas pribumi juga harus menjadi fokus dalam penanganan masalah ini. Diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif untuk mengurangi permintaan kokain secara global serta mendorong diversifikasi ekonomi di daerah-daerah terdampak.
Peru memainkan peran penting dalam produksi daun koka dan kokain, dan dengan meningkatnya luas pertanian daun koka, masalah ini semakin mendesak untuk ditangani.
Dukungan internasional, termasuk kolaborasi dengan negara-negara mitra, bantuan teknis, dan pendanaan yang memadai, sangat diperlukan dalam upaya memberantas perdagangan narkoba ilegal dan mencegah dampak negatifnya terhadap masyarakat, lingkungan, dan stabilitas sosial di Peru dan di seluruh dunia. (*Ibs)