Plotinus Pemikiran dan Karya Tokoh filsuf Metafisikawan Sekaligus Mistikus
Pewartanusantara.com - Plotinus merupakan seorang filsuf pada abad pertengahan yang mendirikan Mazhab Neo- platonisme. Dalam biografinya, ia merupakan seorang metafisikawan yang memberikan pengaruh besar terhadap masa renaissance dan teologi kristen. Ia juga dikenal sebagai filosof pertama yang mengajukan teori penciptaan alam semesta berupa teori emanasi.
Riwayat Hidup Plotinus
Pada tahun 204, Plotinus lahir di Mesir, Lycopolis. Ia pergi ke Alexandria pada tahun 232 M untuk belajar filsafat selama 11 tahun. Pada saat itu ia belajar pada seorang guru yang bernama Amonius Saccas. Di dalam biografinya, ia tidak hanya belajar pada Amonius Saccas tetapi juga belajar pada karya-karya Alexander, Numenius dan Aristoteles.
Selanjutnya, ia mengikuti Raja Gordianus III untuk berperang melawan Persia pada tahun 243 M. Plotinus ini tidak hanya seorang filsuf tetapi juga seorang mistikus yang mengacu kepada kembali pada asal, sumber dari segala sesuatu yang tidak ada pada ajaran plato.
Plotinus yang akhirnya menjadi mistikus ini disebabkan oleh pengaruh dari kristen atau filsafat timur. Saat usianya mencapai 40 tahun ia pergi ke Roma dan menjadi pemikir yang terkenal. Pada tahun 270 M, Plotinus meninggal dunia di Miturnea, Campania, Italia.
“Being is desirable because it is identical with Beauty, and Beauty is loved because it is Being. We ourselves possess Beauty when we are true to our own being; ugliness is in going over to another order; knowing ourselves, we are beautiful; in self-ignorance, we are ugly.”
Plotinus
Pemikiran Plotinus
Plotinus percaya terhadap tiga hal, yaitu Yang Esa, intelektual, dan jiwa. Dalam pemikirannya, ia mengombinasikan cara praktis dan ajaran mistis yang berpengaruh pada teologi kristen. Tujuan dari filsafatnya yaitu untuk membantu para siswanya menyatu pada Yang Esa dengan cara kontemplasi.
Menurut plotinus, Yang Esa merupakan cahaya di tengah kegelapan. Yang Esa ada dari sebelum semuanya ada dan sumber realitas. Selain itu, Yang Esa ini berhubungan dengan pengetahuan intuitif.
Selanjutnya adalah intelektual yang menjadi sumber dan landasan materi dunia yang disebut form. Dalam intelektual terdapat pikiran dan objek yang menyatu, sehingga tidak akan terpisah antara subjek dan objeknya.
Yang terakhir, ada jiwa yang berhubungan dengan pikiran dan rasionalitas. Dalam jiwa manusia terdapat 2 level. Pertama, level atas jiwa yang menghadap ke dalam dan melihat hal surgawi dengan intelektualitas. Kedua, level bawah yang menghadap ke luar seperti alam.
Setiap manusia berhak memilih untuk berkonsentrasi ke dalam untuk melihat hal surgawi atau keluar alam materi. Level kentemplasi atau perkembangan level logika menjadi salah satu kunci dalam memahami konsep filsafat plontinus.
“The stars are like letters that inscribe themselves at every moment in the sky. Everything in the world is full of signs. All events are coordinated. All things depend on each other. Everything breathes together.”
Plotinus
Baca juga: Lucius Annaeus Seneca (4-65M) Sang Penulis Produktif dan Penasehat Imperial
Karya-karya Plotinus
Plotinus membuat beberapa karya yang didasarkan pada pemikiran plato dan menggabungkannya dengan aliran filsafat lainnya, sehingga pemikirannya disebut dengan platonisme. Ia memiliki 54 karangan yang dikelompokkan muridnya yang bernama Porphory menjadi 6 bagian yang disebut ennead, dan berikut bagian-bagiannya.
- Ennead yang pertama berisi seputar kebaikan, kebahagiaan, kejahatan, etika, dan masalah kehidupan.
- Pada ennead kedua berisi tentang sirkulasi gerakan, bintang-bintang, fisik alam semesta, aktualitas dan potensialitas, kualitas dan bentuk, dan kritik terhadap gnotisisme.
- Pada ennead yang ketiga berisikan implikasi filsafat tentang dunia, seperti kuasa Tuhan, kekekalan, masalah iman, waktu, dan tatanan alam.
- Pada ennead keempat berisi tentang fungsi jiwa dan sifat.
- Pada ennead kelima berisi tentang roh ketuhanan.
- Pada ennead keenam berisi tentang free will dan ada yang menjadi realitas.
Informasi mengenasi biografi Plotinus ini sangat bermanfaat bukan? Anda bisa mengenal lebih dalam salah satu tokoh filsuf yang terkenal di abad pertengahan. Selain itu, Anda juga bisa memahami perjalanan dan perjuangan hidupnya. Mengingat bahwa ilmu filsafat tidak akan pernah ada habisnya, maka mengenal tokoh yang satu ini sangat penting dalam dunia intelektual.
Baca juga: Marcus Aurelius Perjalanan Hidup Sang Kaisar Romawi
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida