Rekor Suhu Hari Terpanas Global Terpecahkan: Tanda Perubahan Iklim yang Mencemaskan
Pewarta Nusantara, Internasional - Rekor suhu hari terpanas global terpecahkan, mengindikasikan dampak Perubahan Iklim.
Data dari US National Centers for Environmental Prediction menunjukkan bahwa hari Senin (3/7) menjadi hari dengan suhu rata-rata tertinggi secara global sejak dimulainya pengumpulan data ini 44 tahun yang lalu.
Suhu rata-rata global mencapai 17,01°C, melampaui rekor sebelumnya pada Agustus 2016. Gelombang panas yang melanda bagian selatan Amerika Serikat menyebabkan Suhu Ekstrem di berbagai kota di seluruh negara, sedangkan di Beijing, suhu melebihi 35°C selama seminggu terakhir.
Bahkan di Antartika yang sedang memasuki musim dingin, suhu yang tidak normal tinggi tercatat. Rekor ini mengindikasikan bahwa perubahan iklim sedang mencapai wilayah yang belum pernah terjamah sebelumnya.
Meskipun data ini masih sementara dan perlu persetujuan dari lembaga pengukuran iklim yang terpercaya, seperti National Oceanic and Atmospheric Association (NOAA), hal ini menunjukkan pemanasan global yang luas dan menjadi bukti bahwa perubahan iklim telah mencapai tahap yang signifikan.
Ilmuwan mengungkapkan bahwa fenomena ini terjadi akibat kombinasi perubahan iklim dan pola El Nino. Namun, para ilmuwan juga menekankan bahwa ini hanya rekor pertama dari serangkaian rekor baru yang mungkin tercipta di tahun-tahun mendatang, karena emisi gas rumah kaca yang terus meningkat.
Hal ini menunjukkan urgensi untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap manusia dan ekosistem.
Baca Juga: Tarif Listrik Tinggi dan Tidak Stabil di Musim Dingin Menanti Swedia
Ilmuwan dan institusi riset iklim terus memonitor situasi ini dengan menggunakan pengukuran yang lebih panjang dan luas dalam rentang waktu bulan, tahun, atau dekade untuk memahami tren perubahan iklim secara keseluruhan.
Penting bagi kita untuk mengambil tindakan konkret dan berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memitigasi dampak perubahan iklim.
Kepedulian terhadap krisis iklim harus menjadi prioritas global, karena dampaknya yang merusak tidak hanya pada tingkat global tetapi juga pada kehidupan kita sehari-hari. (*Ibs)
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida