Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Pesan untuk Bung Karno dari Sang Kakak ( Ki Hadjar Dewantara )

Ki Hadjar Dewantara dan Bung Karno

Ki Hadjar Dewantoro adalah tokoh Nasional dalam bidang pendidikan. Melalui yayasan pendidikan Taman Siswa yang dikembangkan di tengah hegemoni sekolah kolonial, ia menjadi pelopor lembaga pendidikan pribumi bercita rasa nasionalisme yang tinggi. Sekolah Taman Siswa inilah yang kemudian dijadikan sebagai rujukan sekolah berkepribadian Nasional oleh Bung Karno.

Konsep pendidikan yang begitu melekat "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani" kini menjadi slogan pendidikan Nasional. "Ing Ngarsa Sung Tulodho" artinya "di depan sebagai contoh atau panutan", "Ing Madyo Mangun Karso" artinya "di tengah sebagai pelopor atau pemrakarsa", dan "Tut Wuri Handayani" artinya "dari belakang berupaya penuh memberi dorongan dan arahan". Konsep tersebut menjadi spirit pendidikan Nasonal khususnya dalam aspek kepemimpinan seorang pendidik.

Sebagai seorang pangeran dari Kadipaten Paku Alam Yogyakarta, Ki Hadjar dikenal supel dalam bergaul dan dekat dengan masyarakat. Sebagai tokoh Nasional Ki Hadjar juga dekat dengan Bung Karno. Kedekatannya Bung Karno tersirat dari sapaan mereka satu sama lain. Ki Hadjar memanggil Bung Karno dengan Panggilan "Dimas" (Istilah Jawa: Panggilan seorang kakak kepada adik dengan penuh kepedulian dan kasih sayang), dan Bung Karno Memanggil Ki Hadjar dengan panggilan "Kangmas" (Istilah Jawa: Panggilan seorang adik kepada kakak dengan penuh penghormatan dan kasih sayang).

Menjelang Rapat Raksasa Lapangan Ikada yang dilaksanakan pada 19 September 1945, saat Soekarno memberikan pidato singkat dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan, Ki Hadjar berpesan kepad A.G. Pringgodigdo supaya menyerahkan jimat dari eyangnya kepada Bung Karno. Jimat tersebut merupakan cendera mata yang menjadi satu ungkapan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.

Pada Tahun 1959, Ki Hadjar sakit keras. Bung Karno yang menganggapnya bak seorang kakak, menyempatkan diri menjenguknya. Tergambar betapa sang kakak merasa sangat bahagia ditemui oleh Dimas Karno. Airmata yang berlinang adalah bukti kebahagiaan tengah tertuang kala itu. Sebagai kakak yang begitu peduli kepada adiknya, dan sebagai guru bangsa yang mengemban cita-cita pendidikan Nasional, seolah tersirat pesan dan amanat besar dalam tatapannya. "Jaga dirimu baik-baik, Aku titipkan bangsa ini padamu." Begitu juga denga Bung Karno yang enggan melepaskan genggaman tangan Ki Hadjar dan seolah berkata "Terima kasih untuk semuanya, Aku dan rakyatku tidak akan pernah melupakan jasamu".

Penulis:

Editor: Erniyati Khalida

602