Pewarta Nusantara
Menu CV Maker Menu

AC Milan

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Surabaya - Setelah Maldini, Kini Tonali, Fan AC Milan Sudah Jatuh Tertimpa Tangga. Gelombang kejutan terus menghantam AC Milan.

Setelah Paolo Maldini dipecat dari posisinya sebagai direktur, kini giliran Sandro Tonali yang akan dilepas. Sang gelandang sedang dalam perjalanan menuju Newcastle United, dengan The Magpies bersedia membayar klausul pelepasan sebesar 70 juta euro.

Keputusan ini semakin melukai hati para Milanisti yang sebelumnya terkejut dengan pemecatan Maldini. Manajemen I Rossoneri sudah menerima tawaran yang masuk, namun Tonali sendiri masih belum mengambil keputusan akhir.

Fernando Orsi, mantan pelatih Torino, melihat situasi ini sebagai beban yang berat, terutama bagi para penggemar. "Tonali seharusnya menjadi pemain inti utama AC Milan untuk beberapa tahun ke depan," ujar Orsi kepada Sky Sport Italia.

"Para penggemar AC Milan tidak akan menerima penjualan ini. Setelah kepergian Maldini, ini akan menjadi pukulan berat kedua bagi para Milanisti," tambahnya.

AC Milan dan Sandro Tonali Untung Besar. Dari segi ekonomi, transfer Sandro Tonali ke Newcastle United memberikan keuntungan bagi semua pihak terutama AC Milan yang akan mendapatkan dana segar sebesar 70 juta euro.

Ini akan menjadi penjualan terbesar dalam satu dekade terakhir bagi klub tersebut, sementara Tonali juga akan mendapatkan keuntungan pribadi.

Tidak hanya itu, Tonali juga akan mendapatkan peningkatan penghasilan yang signifikan. Menurut laporan Fabrizio Romano, ia akan menerima gaji sebesar 8 juta euro per musim, ditambah dengan bonus 2 juta euro.

Baca juga: Rafael Benitez Kembali Ke Spanyol, Menggebrak LaLiga dengan Teknologi Canggih dan Ekspektasi Tinggi

Angka ini jauh lebih besar dari yang ia terima di AC Milan. Selain itu, Tonali juga akan dikontrak dalam jangka waktu yang panjang, hingga tahun 2029, dengan opsi perpanjangan satu tahun tambahan. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Masa kelam yang dihadapi Filippo Inzaghi setelah pensiun mencerminkan perjalanan yang tidak mudah bagi seorang atlet yang telah meninggalkan dunia sepak bola.

Meskipun pensiun seharusnya menjadi waktu untuk menikmati ketenangan dan bersama keluarga, Inzaghi justru merasakan kesengsaraan dalam dirinya. Setelah dua dekade terbiasa dengan rutinitas latihan dan pertandingan, tiba-tiba ia merasa kehilangan arah.

Dalam bukunya yang berjudul "The Right Moment", Inzaghi mengungkapkan bagaimana ia merasa kehilangan semangat dan tidak lagi merasakan kegembiraan yang dulu ia dapatkan di lapangan.

Ia menghabiskan waktunya di lapangan, tetapi tanpa semangat yang sama. Kunjungannya ke lapangan hanya untuk mengisi hari dan menghindari kebosanan serta keputusasaan.

Pensiun bukanlah momen yang membawa kedamaian baginya, melainkan membawa kecemasan dan rasa takut. Sebagai seorang striker yang sukses, Inzaghi telah mencetak banyak gol dan meraih berbagai trofi bergengsi.

Namun, setelah pensiun, ia merasa takut. Ketakutan tersebut mungkin dipicu oleh perasaan tidak memiliki tujuan yang jelas dan kehilangan identitas sebagai seorang atlet.

Inzaghi mengakui dengan jujur bahwa masa pensiun adalah masa yang sulit baginya. Ia bahkan menjalani berbagai pemeriksaan kesehatan yang tidak menyenangkan karena rasa takut mengalami masalah serius.

Ketidakpastian dan kecemasan menjadi bagian dari hidupnya setelah meninggalkan lapangan hijau. Cerita tentang Filippo Inzaghi menggambarkan tantangan psikologis yang dihadapi oleh banyak atlet setelah pensiun.

Baca juga: Revolusi Transfer: Havertz Menuju Arsenal, Chelsea Perkenalkan Pengganti Superstar Baru!

Perubahan yang drastis dalam rutinitas dan identitas mereka dapat menyebabkan ketidakstabilan emosional dan perasaan kehilangan.

Meskipun meraih kesuksesan di dunia olahraga, penting bagi para atlet untuk mempersiapkan diri secara mental untuk masa pensiun dan menemukan makna baru dalam kehidupan mereka setelah karier profesional berakhir. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Silvio Berlusconi, Presiden Klub Tersukses Italia, Meninggal Dunia: Legasi Peraih Banyak Trofi.

Berita duka menyelimuti dunia sepak bola Italia dengan meninggalnya Silvio Berlusconi, mantan presiden AC Milan dan Presiden Monza.

Berlusconi, yang sebelumnya telah lama berjuang melawan penyakit, tutup usia di rumah sakit San Raffaele di Milan setelah kondisinya yang semakin memburuk.

Berlusconi, yang meninggal pada usia 86 tahun, dikenal sebagai salah satu tokoh yang berjasa dalam dunia sepak bola Italia.

Selama kepemimpinannya yang panjang di AC Milan dari tahun 1986 hingga 2017, klub meraih kesuksesan yang luar biasa dengan total 28 trofi.

Prestasinya tak terbatas pada tingkat domestik, tetapi juga mencakup gelar-gelar bergengsi seperti delapan Scudetto dan lima Liga Champions.

Baca juga: Claudio Ranieri Mengantar Cagliari Kembali ke Serie A dalam Drama Play-Off

Keberhasilan Berlusconi tidak hanya terkait dengan AC Milan, tetapi juga meluas ke klub Monza yang baru ia akuisisi pada tahun 2018. Monza berhasil meraih promosi ke Serie A untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.

Musim perdana Monza di Serie A tidak hanya berjalan sebagai peserta yang sekadar menghiasi kompetisi, melainkan mereka berhasil menempati posisi ke-11 di klasemen dan menunjukkan performa yang stabil.

Bahkan, mereka mampu mengalahkan tim-tim kuat seperti Juventus, Inter Milan, dan sang juara Napoli, membuktikan potensi tim yang dimiliki.

Meninggalnya Silvio Berlusconi meninggalkan kekosongan yang tak akan pernah terisi dalam dunia sepak bola Italia. Legasinya sebagai presiden klub tersukses akan selalu dikenang, dan pengaruhnya terhadap perjalanan AC Milan dan Monza tetap menjadi cerita inspiratif dalam sejarah sepak bola Italia. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Alessandro Nesta Protes Pemecatan Paolo Maldini: Keputusan yang Tidak Masuk Akal dan Tidak Menghormati Prestasi Milan.

Keputusan AC Milan untuk memecat Paolo Maldini dari posisi direktur klub mendapat kritik keras dari Alessandro Nesta. Menurut Nesta, pemecatan ini tidak masuk akal mengingat Maldini merupakan sosok berpengaruh di balik kesuksesan Milan dalam meraih scudetto musim lalu.

Nesta juga menyoroti bahwa manajemen tidak memberikan alasan yang jelas untuk mengambil langkah tersebut.

Nesta menganggap Maldini sebagai orang yang membawa klub kembali ke puncak dengan meraih gelar scudetto dan mencapai semifinal Liga Champions.

Menurutnya, tindakan memecat Maldini tidak berdasar dan tidak adil. Ia mengungkapkan ketidaksetujuannya atas keputusan tersebut kepada Sky Sport Italia.

Di balik pemecatan Maldini, terdapat perubahan strategi transfer yang diinginkan oleh RedBird, pemilik baru AC Milan. Namun, Nesta merasa bahwa pemilik asing harus memahami dengan lebih baik sejarah klub, menghormati prestasi yang telah diraih, serta memperhatikan keinginan para suporter.

Ia berpendapat bahwa keputusan seperti ini tidak sesuai dengan nilai-nilai dan karakter klub yang seharusnya dijunjung tinggi.

Baca juga: Simone Inzaghi Ungkap Strategi Terobosan Inter Milan Hadapi Manchester City dalam Final Liga Champions

Kritik Nesta terhadap pemecatan Maldini mencerminkan kekecewaan banyak pihak terhadap keputusan manajemen AC Milan. Para penggemar dan mantan rekan setim Maldini merasa bahwa kepergian sang legenda adalah sebuah kerugian besar bagi klub.

Kini, Milan harus menemukan cara untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Maldini dalam struktur kepemimpinan klub tersebut. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - Presiden AC Milan, Paolo Scaroni, mengungkapkan bahwa jasa Paolo Maldini tidak lagi dibutuhkan oleh klub.

Maldini telah diceraikan oleh Milan pada tanggal 6 Juni karena hubungannya dengan pemilik klub, Gerry Cardinale, yang memburuk.

Kepergian Maldini diikuti oleh pengumuman tentang kepergian direktur olahraga, Ricky Massara, keesokan harinya.

Scaroni mengakui bahwa Maldini memiliki dampak yang sangat besar dalam setiap proses negosiasi dan ia merasa senang dengan kehadiran Maldini di klub tersebut.

Namun, Scaroni menegaskan bahwa saat ini Milan merasa tidak lagi membutuhkan jasa Maldini.

Selain itu, Scaroni juga menyatakan keyakinannya bahwa Milan tidak akan kesulitan lagi dalam mendatangkan pemain-pemain bintang tanpa bantuan Maldini.

Ia mengatakan bahwa Maldini bergabung dengan klub pada saat Milan baru saja mengakhiri era kepemimpinan Yonghong Li dan mengalami kesulitan dalam mendatangkan pemain-pemain berbakat.

Namun, kini Milan telah meraih gelar juara Italia dan berhasil melangkah hingga semifinal Liga Champions. Dengan pencapaian tersebut, Scaroni yakin bahwa klub tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam mencari pemain-pemain bintang.

Dalam upaya mencari pengganti Maldini dan Massara, manajemen AC Milan sedang melakukan penelusuran. Salah satu calon pengganti yang dipertimbangkan adalah Zlatan Ibrahimovic, yang juga merupakan pemain dalam tim tersebut.

Ibrahimovic dianggap sebagai kandidat yang potensial untuk mengisi posisi Maldini dan Massara.

Keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan Maldini dan Massara merupakan langkah strategis bagi AC Milan dalam menjalankan operasional klub.

Meskipun Maldini telah memberikan kontribusi yang signifikan selama berada di klub, keputusan ini menunjukkan bahwa manajemen percaya bahwa mereka mampu melanjutkan perjalanan mereka menuju kesuksesan tanpa keterlibatan langsung dari Maldini.

Diharapkan bahwa dengan mencari pengganti yang tepat, Milan dapat terus mengembangkan timnya dan menghadirkan pemain-pemain bintang yang akan membantu klub meraih prestasi lebih tinggi di masa depan. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - AC Milan mengumumkan kepergian Ricky Massara sebagai direktur olahraga mereka, hanya satu hari setelah Paolo Maldini juga didepak dari klub.

Keduanya memutuskan untuk pergi karena hubungan yang tidak harmonis dengan pemilik klub, Gerry Cardinale. Massara meninggalkan Milan setelah kontraknya berakhir, sehingga pengumuman resmi tentang kepergiannya baru bisa dilakukan setelah Maldini dipecat.

Dalam pernyataan resmi AC Milan, klub berterima kasih kepada Massara atas kontribusinya selama ini. Kepergian Maldini dan Massara tidak hanya berdampak pada struktur manajemen klub, tetapi juga mengejutkan para pemain Milan.

Maldini dan Massara memiliki hubungan baik dengan para pemain dan kepergian mereka memberikan pukulan telak bagi tim.

Salah satu pemain yang sangat terpukul adalah Ismael Bennacer, yang merasa berutang budi besar kepada Maldini dan Massara. Melalui akun Instagram pribadinya, Bennacer mengucapkan terima kasih kepada keduanya atas kontribusi yang mereka berikan kepada klub dan dirinya pribadi.

Ia juga mengakui bahwa Maldini dan Massara telah memberinya kesempatan untuk berkembang dan menunjukkan kemampuannya.

Kepergian Maldini dan Massara menjadi peristiwa yang mengejutkan dan meninggalkan dampak emosional bagi para pemain AC Milan.

Mereka akan harus beradaptasi dengan perubahan struktur manajemen klub dan membangun hubungan baru dengan orang-orang yang akan menggantikan posisi kedua tokoh penting tersebut.

Bagaimanapun, keberangkatan Maldini dan Massara juga membuka peluang bagi perubahan dan pembaruan di klub, serta memberikan kesempatan bagi individu-individu baru untuk membawa Milan ke masa depan yang lebih baik. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara - Keputusan terakhir Paolo Maldini dan Frederic Massara di AC Milan telah diambil setelah pertemuan yang digelar pada Senin malam waktu setempat, menurut laporan Tuttosport.

Pertemuan tersebut awalnya bertujuan untuk menjembatani perbedaan yang ada, namun sayangnya berakhir dengan pemecatan Maldini dan Massara.

Kabar ini tentu saja mengejutkan di Italia. Gerry Cardinale, pemilik AC Milan yang mengambil alih klub pada Agustus 2022 melalui perusahaan RedBird Capital, memutuskan untuk memecat Direktur Teknik Paolo Maldini dan Direktur Sepak Bola Frederic Massara.

Cardinale merasa bahwa ada kebutuhan akan perubahan besar di klub, termasuk menghilangkan pengaruh-pengaruh lama.

Dalam pandangan Cardinale, Maldini dan Massara bukanlah sosok yang tepat untuk meneruskan proyek yang diusungnya di AC Milan.

Ini menjadi kejutan karena keduanya telah berperan penting dalam kebangkitan klub I Rossoneri belakangan ini. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari AC Milan mengenai pemecatan ini, berbagai media di Italia telah merilis kabar tersebut dan pengumuman resmi diyakini hanya tinggal menunggu waktu.

Tuttosport bahkan telah memberitakan bahwa Cardinale sudah memiliki solusi untuk mengisi dua posisi yang kosong tersebut.

Giorgio Furlani, CEO klub, dan Geoffrey Moncada, kepala pemandu bakat saat ini, kemungkinan akan mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Maldini dan Massara.

Baca juga: Olok-olok Zlatan Ibrahimovic oleh Bastian Schweinsteiger: Pujian Terbalut dengan Tertawaan

Salah satu alasan yang dikaitkan dengan pemecatan Maldini adalah kegagalan dalam dua transfer, yaitu Charles De Ketelaere dan Divock Origi.

Kabarnya, AC Milan mengalami kerugian sebesar 35 juta euro dari transfer De Ketelaere. Selain itu, meskipun berhasil mencapai semifinal Liga Champions, performa Milan di Serie A tidak memuaskan.

Mereka hanya finis di posisi empat besar dan mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan berkat pengurangan poin yang dialami oleh Juventus.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa perubahan besar sedang terjadi di AC Milan dengan pemecatan Maldini dan Massara. Tunggu informasi lebih lanjut mengenai keputusan ini dan bagaimana klub akan mengisi kekosongan posisi tersebut. (Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara - Zlatan Ibrahimovic menjadi sasaran olok-olok Bastian Schweinsteiger. Seperti banyak orang lainnya, Schweinsteiger juga memberikan pujian dan kekagumannya terhadap Ibrahimovic.

Wajar saja, mengingat prestasi cemerlang yang dimiliki oleh pemain asal Swedia tersebut. Namun, dalam pujian tersebut, dia juga tidak bisa menahan diri untuk menyisipkan ejekan kecil.

Keputusan Zlatan Ibrahimovic untuk pensiun mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak, termasuk mantan gelandang timnas Jerman, Bastian Schweinsteiger. Keduanya terakhir kali bertemu ketika bermain di MLS.

"Andai saja Anda pernah bermain untuk Bayern Munich, tentu Anda sudah memenangkan Liga Champions setidaknya sekali," ungkap Schweinsteiger, seperti yang dikutip dari akun Instagram-nya.

Trofi Liga Champions memang merupakan satu-satunya gelar yang tidak pernah didapatkan oleh Ibrahimovic sepanjang karirnya yang gemilang. Ironisnya, dalam beberapa kesempatan, klub yang ditinggalkannya justru keluar sebagai juara di kompetisi ini.

Meski diolok-olok, Bastian Schweinsteiger tetap memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada Zlatan Ibrahimovic. Dia bahkan dengan yakin menyebutkan bahwa Ibrahimovic termasuk dalam daftar pemain terbaik yang pernah dia hadapi.

"Visi Anda di atas lapangan sungguh luar biasa dan Anda berada di tiga besar pemain terbaik yang pernah saya lawan. Gaya bermain Anda tidak hanya unik, tetapi juga berhasil. Hal ini terbukti dari banyaknya gelar yang telah Anda raih," ujar Schweinsteiger.

Baca juga: Zlatan Ibrahimovic Mengucapkan Selamat Tinggal untuk Kedua Kalinya: Ke Mana Akan Berlabuh Musim Depan?

Selain itu, mantan kapten timnas Jerman juga mengungkapkan keunikan lain dari Ibrahimovic. "Yang juga sangat penting adalah kemampuan Anda untuk menghibur orang lain. Anda akan sangat dirindukan di lapangan," kata Schweinsteiger.

Setelah melewati musim yang penuh dengan cedera bersama AC Milan, Ibrahimovic akhirnya mengumumkan pensiunnya setelah pertandingan terakhir Serie A musim 2022-2023.

Selama karirnya, ia berhasil memenangkan gelar-gelar seperti Eredivisie, Serie A, LaLiga, dan Ligue 1. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara - Zlatan Ibrahimovic telah resmi meninggalkan AC Milan untuk kedua kalinya setelah berakhirnya kontraknya musim ini.

Manajemen klub memutuskan untuk tidak memperpanjang masa baktinya. Kepindahan Ibrahimovic pada musim depan menandai akhir dari cerita panjangnya di AC Milan.

Pada musim ini, peran Ibrahimovic dalam tim memang cukup terbatas. Ia mengalami cedera yang panjang, dan ketika ia pulih, pelatih Stefano Pioli tidak lagi memasukkannya ke dalam starting 11.

Hal ini membuat penampilannya dalam beberapa pertandingan menjadi minim. Pada laga pamungkas melawan Verona di Giuseppe Meazza, AC Milan telah mempersiapkan upacara perpisahan untuk menghormati bomber berusia 41 tahun tersebut.

Perlu diketahui bahwa ini bukanlah kali pertama Zlatan Ibrahimovic meninggalkan AC Milan. Pada tahun 2012, ia juga meninggalkan klub tersebut untuk bergabung dengan Paris Saint-Germain.

Meskipun demikian, Ibrahimovic belum berencana untuk pensiun. Meski musim ini tidak berjalan dengan baik karena cedera, kehadirannya dalam tiga musim terakhir telah memberikan kontribusi besar bagi kebangkitan AC Milan. Puncaknya adalah ketika klub meraih gelar scudetto musim lalu.

Namun, tujuan selanjutnya bagi Ibrahimovic masih belum diketahui. Meskipun dia tidak ingin segera pensiun, belum ada informasi mengenai klub atau liga mana yang akan menjadi tempat berlabuhnya di musim depan.

Spekulasi mengenai kembalinya ke Swedia atau mencoba peruntungan di Asia masih belum terjawab. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara - Zlatan Ibrahimovic: Belum Mau Pensiun, Tapi Masih Mencari Keseimbangan. Pemain AC Milan yang saat ini berusia 41 tahun, mengungkapkan bahwa meskipun belum mau pensiun, ia sedang mencari keseimbangan dalam kariernya.

Dalam musim ini, Zlatan hanya tampil dalam 4 pertandingan di semua kompetisi karena sering mengalami cedera. "Saya tidak menemukan keseimbangan. Suatu saat semuanya berjalan dengan kecepatan penuh dan kemudian, bam, segera tidak ada apa-apa," ungkap Zlatan seperti yang dilaporkan oleh Football Italia.

Dia merasa bahwa pemikiran ini terus menghantuinya, namun ia sadar bahwa kepala dan semangatnya terlalu kuat sehingga ia merasa seperti Superman setiap kali ia pulih dari cederanya.

Meski demikian, ia menyadari pentingnya memiliki keseimbangan dalam hidupnya. "Saya tidak akan berhenti," tegasnya.

"Tapi saya harus menemukan keseimbangan, karena jika Anda tidak memiliki ketenangan dan stabilitas dalam hidup, Anda adalah bom dan bom akan meledak." Zlatan yakin bahwa ia masih memiliki banyak hal yang bisa diberikan dalam karier sepak bola.

Selain itu, Zlatan juga mengomentari performa AC Milan musim ini. Meskipun Milan gagal mempertahankan gelar Scudetto dan tidak meraih trofi dalam setiap kompetisi yang mereka ikuti, Zlatan tidak menganggapnya sebagai kegagalan besar.

"Tahun ini kami bermain untuk 4 trofi dan pada akhirnya pulang dengan nol. Kami tidak berbicara tentang kegagalan total, tetapi tidak berjalan seperti yang saya inginkan," katanya.

Bagi Zlatan, penting untuk terus belajar dan tumbuh dari pengalaman tersebut. Meski begitu, ia tetap menginginkan hadiah dalam bentuk trofi sebagai hasil dari kerja kerasnya. Baginya, piala adalah hadiah yang diinginkan, bukan sekadar gaji.

Baca juga: Lucas Ocampos: Penebusan Gemilang dalam Perjalanan Menuju Gelar Liga Europa Bersama Sevilla

Dengan pernyataan-pernyataan ini, Zlatan Ibrahimovic menunjukkan keteguhan dan semangatnya yang masih berkobar dalam dunia sepak bola.

Meskipun usianya telah menginjak 41 tahun dan cedera menjadi tantangan yang harus dihadapinya, ia tetap bersemangat untuk terus bermain dan mencari keseimbangan dalam karier profesionalnya. (*Ibs)