Baitul Kilmah
Pewartanusantara.com, Yogyakarta - Pondok Pesantren Baitul Kilmah mengadakan Halaqah Pendidikan Politik Santri dengan tema Revitalisasi Fiqih Siyasi-Turost untuk Membangun Ideologi politik Praktis 2024.
KH Muhammad Yusuf Chudlori atau lebih sering dikenal dengan sapaan Gus Yusuf, turut hadir dalam acara tersebut sebagai salah satu narasumber.
Gus Yusuf mengatakan bahwa suatu hal yang paling dasar yang terdapat dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah SWT tidak menjadikan manusia kecuali hanya untuk ibadah, ibadah dan ibadah.
"Ketika kita bisa beribadah dengan baik, benar, khusyuk, dan tenang, kita membutuhkan suatu perangkat," ungkap Gua Yusuf, di Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, Sendangsari, Pajangan, Bantul, DIY, Sabtu (15/07)
Gus Yusuf mengungkapkan bahwa tujuan Santri-santri ketika mengaji adalah untuk beribadah. Dapat disimpulkan bahwa mengaji dapat menjadi penyempurna ibadah. Selain itu, ibadah juga membutuhkan asupan makanan.
"Jika tidak makan, maka kita akan menjadi lemas, tidak bisa untuk beribadah. Makan dan mencari makanan, bisa menjadi penyempurna ibadah. Ketika beribadah, kita membutuhkan situasi dan kondisi tenang, aman," kata pengasuh Asrama Perguruan Islam Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo, Magelang itu.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah itu menyatakan bahwa menciptakan pemerintahan yang mampu menjamin pelaksanaan ibadah dengan tenang dan mendukung proses ibadah akan menjadi penyempurna dalam beribadah.
Maka dari itu, kata Gus Yusuf, melibatkan diri dalam proses pemerintahan, sesuai dengan konstitusi Republik Indonesia yang telah disepakati bersama, dapat dilakukan melalui jalur politik. Proses politik yang konstitusional dapat diwujudkan melalui Pemilihan Umum (Pemilu).
“Ikut hadir dan mencoblos di pemilu hukumnya wajib,” kata Gus Yusuf.
Menurut Gus Yusuf, dari segi hukum, berpolitik bagi santri merupakan kewajiban Fardhu Kifayah. Fardhu Kifayah dalam konteks ini dapat diartikan bahwa cukup satu santri yang menjadi Bupati dalam suatu daerah, karena tidak mungkin ada 2-3 Bupati di daerah yang sama.
Namun, dalam proses pencalonan, berpolitik menjadi kewajiban Fardhu 'Ain. Penting untuk tidak salah memahami bahwa Fardhu Kifayah yang dimaksud berlaku setelah seseorang menjadi Bupati, bukan saat masih menjadi calon Bupati.
Menurut Gus Yusuf, kegiatan Halaqah Pendidikan Politik Santri harus diadakan pula oleh beberapa pesantren yang ada di Indonesia, agar santri bisa melek politik.
Gus Yusuf memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, karena menurutnya pesantren ini luar biasa dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencerdaskan santri-santrinya dalam berbagai aspek, tidak hanya terbatas pada pemahaman agama dan budaya.
Hal ini, menurut Gus Yusuf terbukti dengan adanya upaya dari Baitul Kilmah untuk memberikan kesadaran dan pencerahan di bidang politik melalui kegiatan Halaqah Pendidikan Politik dan Santri.
“Saya sungguh sangat mengapresiasi Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah karena menurut saya, pesantren ini luar biasa dan memiliki kesadaran penuh untuk mencerdaskan santri-santrinya di semua lini, tidak hanya dari sisi pemahaman agama, dan budaya," katanya.
"Semoga pesantren lain bisa mengikuti jejak kegiatan ini yang diadakan oleh Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah,” sambung Gus Yusuf. (Riz)
Pewartanusantara.com, Bantul - Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Imin) didampingi Ketua DPW PKB Agus Sulis, Sekjen PKB Umarudin Masdar, dan Ketua Fraksi PKB DPRD DIY Aslam Ridho beserta rombongan, silaturrahmi ke Pengasuh Pesantren Kreatif Baitul Kilmah dan Mensuport Kesiapan Acara Halaqah Pendidikan Politik Santri yang akan dilaksanakan hari Sabtu, 15 Juli 2023 di Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Bantul D.I. Yogyakarta. Selasa (11/7).
Dalam silaturrahim tersebut Gus Imin menyampaikan perlunya berpolitik dengan jujur dan santun. Kenapa ber PKB? Karena ini warisan ulama NU, berdirinya di PBNU. Itu yang membedakan dengan partai lainnya. Posisi politik PKB dengan warisan politik ahlussunah waljamaah wal jamaah (Aswaja) bisa menjadi kekuatan yang solutif bagi berbagai tantangan bangsa. Menurut Cak Imin, Politik Aswaja selama ini menjadi energi bangsa, tidak dalam hanya mengatasi krisis yang sedang terjadi tetapi juga membawa kemajuan yang lebih cepat.
“Politik Islam Aswaja merupakan modal besar bagi Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, termasuk ancaman Krisis global.” Kata Gus Imin di hadapan para panitia Halaqah Pendidikan Politik Santri dan santri Baitul Kilmah, Selasa (11/7)
Gus Imin meyakini ideologi dan nilai Islam Aswaja serta komitmen kuat perjuangan para kader PKB. Mengingatkan tensi politik Indonesia saat ini mulai menghangat. Aroma kompetisi menjelang Pemilu 2024 begitu terasa. Kendati demikian, dia meminta agar para kader PKB tidak hanya bekerja untuk sekadar memenangkan Pemilu, tetapi harus menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi bangsa sehari-hari.
Dalam postingan Instagram Pribadinya, Gus Imin menyebut beberapa Ulama yang mewarnai hidupnya, yang mengarahkan, menyemangati dan membimbingnya. Tokoh Ulama itu menurut Gus Imin sebagai sumber ilmu yang kedalamanya bak dasar samudra; Kyai Ahmad Shidiq: Pancasila Azas Tunggal l, Kyai Sahal Mahfudz: Fiqih Sosial, Jalan Baru Pengabdian Kepada Tuhan, dan Gus Dur : Demokrasi, Pilihan Terbaik untuk Memuliakan Kemanusiaan.
Pengasuh Pesantren Kreatif Baitul Kilmah Dr. KH. Aguk Irawan, Lc,. MA juga menyampaikan prihatin atas santi yang terjun ke politik tidak berbekal Ideologi dari Fiqih Siyasah-Turots. Dalam doktrin Aswaja, merebut kekuasaan hukumnya fardu kifayah, karena dengan kekuasaan itulah maslahah ammah dan maqosidhu syariah akan efektif terealisasi.
Yai Aguk Irawan MN mengutip dawuh Imam Ghazali; terpuruk dan bangkitnya sebuah bangsa tergantung pada pundak penguasa. “Karena itu santri harus menyadari sepenuhnya betapa pentingnya kekuasaan. Kitab-kitab Turots Fiqih Siyasah amat berlimpah untuk dijadikan pijakan ideologi.” Kata yai Aguk.