Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

Kereta Cepat

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, telah mencoba integrasi dua moda transportasi yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, yaitu LRT Jabodetabek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB)

Pengalaman tersebut dibagikan oleh Luhut melalui akun Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan, pada Kamis (22/6). Luhut dan seluruh jajaran Kementerian/Lembaga terkait serta Gubernur terlibat dalam uji coba tersebut, yang dimulai dari Stasiun LRT Dukuh Atas dengan rute Dukuh Atas-Halim-Padalarang hingga Stasiun KCJB Tegalluar.

Menurut Luhut, kereta berjalan dengan baik dan ia merasakan sensasi kenyamanan serta kecepatan yang luar biasa. Dalam waktu hanya 25 menit, ia berhasil menempuh jarak Halim-Padalarang yang mencapai 125 kilometer.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan menggunakan kereta feeder menuju pusat kota Bandung yang memakan waktu 20 menit, sehingga total waktu tempuh dari Jakarta ke Bandung dengan menggunakan KCJB hanya 45 menit.

Luhut menilai pengalamannya tersebut membuktikan bahwa Kereta Cepat adalah pilihan transportasi yang nyaman dan efisien untuk perjalanan dari Jakarta menuju pusat kota Bandung.

Luhut menjelaskan bahwa saat ini Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai tahap test and commissioning dengan kecepatan 350 km/jam, yang akan menjadi kecepatan operasional nantinya.

Ia menegaskan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan salah satu dari hanya dua negara di dunia yang memiliki kecepatan transportasi secepat ini, yaitu Tiongkok dan Indonesia.

Untuk menjaga kelancaran proses test and commissioning serta mencapai target peresmian yang direncanakan pada tanggal 18 Agustus oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Luhut menekankan pentingnya koordinasi dan kerjasama antara seluruh Kementerian/Lembaga dan instansi terkait.

Terutama dalam hal pengamanan yang akan dilakukan oleh sinergi TNI/Polri, mengingat uji coba KCJB dilakukan dengan kecepatan tinggi dan menggunakan arus listrik tegangan tinggi.

Baca juga: KPK Berkomitmen Tegas dalam Menindak Ekspor Ore Nikel Ilegal ke China dengan Syarat Ada Unsur Korupsi

Luhut mengungkapkan bahwa ia berharap tidak akan ada insiden atau kecelakaan dalam bentuk apa pun, baik selama masa uji coba maupun saat KCJB beroperasi secara penuh. Tujuan utamanya adalah agar Proyek Strategis Nasional ini memberikan dampak positif yang besar bagi masyarakat Indonesia. (*Ibs)

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - Dalam upaya menguji kelayakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dilakukan uji coba dengan mencapai kecepatan 300 kilometer per jam.

Septian Hario Seto, Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, mengungkapkan bahwa dengan kecepatan tersebut, perjalanan dari Jakarta ke Bandung, terutama dari Stasiun Halim ke Padalarang, hanya membutuhkan waktu 20 menit.

Dalam video yang dibagikan, uji coba kereta supercepat dilakukan di tengah hujan deras. Seto juga memperlihatkan suasana di ruang kemudi kereta, di mana penunjuk kecepatan menunjukkan angka 300 km/jam.

"Hari ini saya berkesempatan mencoba Kereta Cepat dengan kecepatan 300 km/jam dalam kondisi hujan deras. Dari Stasiun Halim ke Stasiun Padalarang hanya memakan waktu 20 menit," ungkap Seto seperti dikutip dari detikcom, Jumat (16/6/2023).

Menurut Seto, meskipun kereta bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, perjalanan terasa stabil tanpa goncangan yang berarti. "Kecepatan kereta sangat stabil dan hampir tanpa goncangan," tambahnya.

Target yang ditetapkan adalah agar pada tanggal 18 Agustus 2023, masyarakat dapat menikmati fasilitas Kereta Supercepat Jakarta-Bandung. Untuk uji coba ini, masyarakat dapat mencobanya secara gratis dengan melakukan pendaftaran terlebih dahulu.

Baca juga: Terobosan Revolusioner OJK: Aturan Baru untuk Membasmi Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme!

"Target kita adalah tanggal 18 Agustus, kereta supercepat ini dapat dinikmati oleh masyarakat dengan mendaftar tanpa dikenakan biaya," kata Seto. (*Ibs)