KKB
Pewarta Nusantara - Panglima TNI, Laksamana TNI Yudo Margono, mengonfirmasi bahwa negosiasi tetap menjadi opsi utama dalam upaya membebaskan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, yang diculik oleh kelompok separatis di Papua.
Menurut Panglima TNI, negosiasi tersebut melibatkan peran penting masyarakat sipil, seperti tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Yudo menyampaikan bahwa pihak TNI telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, melalui Panglima Daerah Militer (Pangdam) Cendrawasih dan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III, untuk melaksanakan negosiasi dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Ia menjelaskan bahwa pilihan kekerasan atau kontak senjata bukanlah jalan terbaik dalam upaya membebaskan pilot Susi Air tersebut, karena akan berdampak buruk bagi masyarakat di sekitarnya.
Panglima TNI meminta kesabaran dari masyarakat dan menunggu hasil dari proses negosiasi yang sedang berlangsung.
Ia menegaskan bahwa negosiasi tersebut akan terus dilakukan dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat, yang saat ini dipimpin oleh Pejabat Bupati Nduga.
Panglima TNI berharap hasil negosiasi tersebut dapat membawa kebebasan bagi pilot Susi Air. Kelompok separatis terafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), yang juga dikenal sebagai kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau kelompok separatis teroris (KST) di bawah pimpinan Egianus Kogoya.
Secara terang-terangan mengancam akan membunuh Philip Marhtens jika pemerintah tidak segera berunding dengan OPM hingga tanggal 1 Juli 2023.
Philip telah diculik dan disandera oleh kelompok separatis tersebut sejak tanggal 7 Februari 2023, ketika ia mendaratkan pesawatnya di Lapangan Terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan. Satuan tugas gabungan TNI/Polri terus melakukan pencarian, terutama di daerah Nduga, Papua Pegunungan.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius D Fakhiri, pada tanggal 16 Juni 2023 mengungkapkan bahwa Philip dan kelompok yang menyandera dirinya diperkirakan berada di perbatasan antara Nduga dan Lanny Jaya di Papua Pegunungan. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Papua - Polda Papua menyatakan kesiapannya untuk memenuhi permintaan uang yang diajukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terkait sandera Pilot Susi Air, Philip Mehrtens, jika memang ada permintaan semacam itu.
Namun, polisi menegaskan bahwa mereka tidak akan memenuhi tuntutan jika yang diminta adalah senjata atau status merdeka.
Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri, menekankan bahwa yang terutama saat ini adalah pembebasan sandera, yang merupakan warga negara Selandia Baru.
Menurutnya, permintaan uang dapat dipertimbangkan, tetapi tidak dengan permintaan senjata atau status merdeka.
"Dua permintaan itu (merdeka dan senjata) tidak mungkin kami penuhi. Namun, untuk permintaan uang yang juga diajukan, akan disiapkan dan diserahkan kepada Egianus Kogoya, sandera asal Selandia Baru itu, setelah dibebaskan dan diserahkan ke aparat keamanan," ujar Mathius Fakhiri di Jayapura, Kamis (29/6), seperti yang dilaporkan oleh Antara.
Mathius menjelaskan bahwa negosiasi masih berlangsung dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga Egianus Kogoya.
Melibatkan keluarga tersebut diharapkan dapat membujuk pemimpin KKB untuk melepaskan tawanan yang telah disandera sejak tanggal 7 Februari.
Kapolda Papua berharap agar KKB Papua tidak benar-benar menggenapkan ancamannya, yaitu menembak Philip jika permintaan mereka tidak dipenuhi dalam batas waktu tertentu.
"Kami berharap Egianus tidak menjalankan ancamannya, yaitu menembak pilot Susi Air pada tanggal 1 Juli mendatang," tambahnya.
Mathius juga berharap agar keluarga dapat membantu meyakinkan Egianus untuk tidak mengeksekusi Philip. Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau KKB membantah bahwa mereka meminta senjata dan uang sebagai syarat pembebasan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, yang telah disandera sejak 7 Februari.
Menurut juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, mereka tidak pernah meminta uang dan senjata untuk membebaskan Philip Mark Mehrtens.
Mereka menyatakan bahwa hal tersebut hanyalah propaganda dari aparat keamanan. KKB Papua melihat ini sebagai masalah politik, dan pilot asal Selandia Baru dianggap sebagai jaminan dalam negosiasi politik.
Namun, pada akhir Mei, KKB Papua mengancam untuk menembak Philip. Dalam video yang tersebar dan terkonfirmasi, Philip Mehrtens berada dalam penjagaan KKB dan membacakan pernyataan bahwa ia akan ditembak jika negosiasi tidak terjadi dalam waktu dua bulan.
Dalam video tersebut, Philip Mehrtens terlihat kurus sambil memegang bendera Bintang Kejora, simbol kemerdekaan Papua Barat, di tengah para anggota KKB yang mengacungkan senapan. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Jakarta - Polda Papua menyatakan kesiapannya untuk mempertimbangkan permintaan uang dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua terkait pembebasan sandera pilot Susi Air, Philip Mehrtens.
Namun, polisi dengan tegas menolak untuk memenuhi tuntutan jika yang diminta adalah senjata atau status merdeka.
Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri, menegaskan bahwa yang terutama adalah pembebasan sandera, yang merupakan warga negara Selandia Baru.
Dan hanya permintaan uang yang akan dipertimbangkan setelah Egianus Kogoya, sandera tersebut, berhasil dibebaskan dan diserahkan kepada aparat keamanan.
Dalam upaya penyelesaian kasus sandera, negosiasi masih berlangsung melibatkan berbagai pihak, termasuk keluarga Egianus Kogoya.
Mathius berharap melibatkan keluarga tersebut dapat membantu meyakinkan pemimpin KKB agar bersedia melepaskan tawanan yang telah disandera sejak Februari.
Sebelumnya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau KKB membantah bahwa mereka meminta senjata dan uang sebagai syarat pembebasan pilot Susi Air. Mereka menyatakan bahwa tuntutan uang hanya propaganda dari aparat keamanan.
KKB melihat kasus ini sebagai masalah politik, dan pilot Selandia Baru tersebut dianggap sebagai jaminan dalam negosiasi politik.
Meski demikian, pada akhir Mei, KKB mengancam akan menembak Philip Mehrtens jika negosiasi tidak berhasil dalam dua bulan.
Dalam video yang tersebar, Philip terlihat kurus sambil memegang bendera Bintang Kejora, simbol kemerdekaan Papua Barat, dan dikelilingi oleh anggota KKB yang mengacungkan senapan.
Kapolda Papua berharap ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan dan menegaskan bahwa keamanan dan keselamatan warga negara harus menjadi prioritas dalam menangani situasi ini. (*Ibs)
Baca Juga: Dana Desa Tahun 2023 Meningkat Tajam: Perubahan Paradigma Menuju Pemerataan Pembangunan di Desa
Pewarta Nusantara - Empat orang pekerja BTS yang sebelumnya disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, berhasil dibebaskan berkat pendekatan yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
Kapolda Papua, Irjen Mathius Fakhiri, mengungkapkan bahwa melalui pendekatan tersebut, para sandera berhasil dilepaskan.
Keempat sandera yang berhasil dibebaskan adalah Asmar dan Fery, karyawan PT Inti Bangun Sejahtera (IBS), Peas Kulka, staf Distrik Okbab, dan Senus Lepitalem, warga Distrik Borme.
Dalam upaya pembebasan tersebut, dua dari empat sandera, yaitu Asmar dan Fery, mengalami luka dan langsung dibawa ke puskesmas Okbab untuk mendapatkan perawatan medis.
Baca juga: Empat Pekerja BTS Disandera KKB di Papua, TNI-Polri dan Pemda Bersiap untuk Pembebasan
Awalnya, pekerja BTS beserta beberapa individu lainnya berangkat menggunakan pesawat Elang Air untuk pembangunan tower BTS, namun mereka tiba-tiba diserang oleh anggota KKB ketika sampai di Lapangan Terbang Okbab.
Keberhasilan pendekatan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat dalam membebaskan para sandera merupakan berita yang menggembirakan meskipun beberapa dari mereka mengalami luka-luka.
Hal ini menekankan pentingnya partisipasi seluruh elemen masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah mereka masing-masing.
Kejadian ini juga menunjukkan perlunya upaya kolaboratif dan koordinasi yang kuat antara pihak berwenang dan masyarakat untuk mengatasi ancaman keamanan di daerah tersebut.
Pewarta Nusantara - Empat pekerja proyek tower BTS di Distrik Okbab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan telah disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Menanggapi situasi tersebut, TNI/Polri dan pemerintah daerah menggelar rapat untuk membahas upaya pembebasan para sandera.
Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz 2023, Kombes Donny Charles Go, menyampaikan bahwa semua unsur terkait aparat keamanan, TNI, Polda, dan Pemda telah melakukan rapat untuk merencanakan upaya pembebasan.
Identitas KKB yang bertanggung jawab atas penyanderaan masih dalam penyelidikan, dan saat ini ada perkuatan personel dari Satgas Damai Cartenz yang akan dikirim ke Distrik Oksibil.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady, menjelaskan bahwa penyanderaan terjadi saat enam pekerja tower yang dipimpin oleh Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Pegunungan Bintang, Alverus Sanuari, sedang dalam perjalanan dari Oksibil menuju Distrik Okbab menggunakan pesawat.
Baca juga: Ajakan Ketua MPR kepada Delegasi ASPAC: Jelajahi Keindahan Destinasi Wisata Indonesia
Mereka dihadang oleh lima orang yang mengaku sebagai anggota KKB dan melakukan kekerasan fisik terhadap tiga pekerja. Saat ini, empat pekerja masih disandera, dan KKB telah mengajukan tuntutan tebusan sebagai syarat pembebasan.
Situasi ini menjadi perhatian serius bagi pihak berwenang, dan langkah-langkah sedang diambil untuk menangani situasi ini dengan cepat dan memastikan keselamatan para sandera.