KPU RI
Pewarta Nusantara, Nasional - Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru-baru ini mengumumkan perubahan signifikan dalam mekanisme "pindah memilih" pada pemilu 2024.
Pindah memilih merupakan proses yang memungkinkan pemilih yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di sebuah Tempat Pemungutan Suara (TPS) tertentu untuk mencoblos di TPS lainnya, biasanya karena alasan khusus.
Namun, dengan perubahan ini, pemilih yang ingin menggunakan hak pindah memilih harus mengikuti prosedur manual yang ditetapkan oleh KPU.
"Sebelumnya, pemilih hanya perlu membawa formulir A5 untuk bisa memilih di TPS mana saja. Namun, sekarang hal tersebut tidak lagi diperbolehkan," ungkap Betty Epsilon Idroos, Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU RI, seperti yang dikutip dari Kompas.com pada Rabu (5/7/2023).
Perubahan ini menunjukkan bahwa KPU sedang berupaya untuk meningkatkan ketertiban dan akurasi dalam proses pemilihan.
Sebelumnya, pemilih hanya perlu membawa formulir A5 yang memuat data mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk memilih di TPS mana pun yang mereka inginkan.
Namun, dengan perubahan ini, prosedur manual akan menjadi kewajiban yang harus diikuti oleh pemilih yang ingin pindah memilih.
Berikut adalah perubahan terbaru dalam ketentuan pendaftaran pindah memilih pada Pemilu 2024:
1. Pendaftaran Manual di TPS
Proses pendaftaran pindah memilih harus dilakukan secara manual di TPS asal atau tujuan. Jika seseorang ingin menggunakan hak pindah memilih, mereka perlu mengurus proses tersebut dengan mendatangi petugas KPU di Panitia Pemungutan Suara (PPS) tingkat kelurahan, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), atau kantor KPU di kabupaten/kota/provinsi asal maupun tujuan.
Sebagai contoh, jika seseorang terdaftar sebagai pemilih di Jakarta dan ingin pindah memilih ke Yogyakarta karena alasan studi pada tanggal 14 Februari 2024, proses pindah memilih dapat dilakukan di Jakarta maupun Yogyakarta.
2. Melampirkan Dokumen Pendukung
Pemohon harus menyertakan dokumen atau bukti otentik dan valid mengenai alasan pindah memilih, seperti surat tugas atau keterangan studi.
Dokumen tersebut akan diverifikasi oleh petugas KPU untuk memastikan keasliannya. Pendaftaran pindah memilih tidak dapat dilakukan secara online guna mencegah klaim palsu atau pemalsuan data menggunakan teknologi dan kecerdasan buatan.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyalahgunaan data pemilih oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
3. Batas Waktu hingga 7 Februari 2024
Koordinator Divisi Data dan Informasi KPU RI, Betty Epsilon Idroos, mengingatkan pemilih agar tidak mengurus pindah memilih pada hari pemungutan suara karena hal tersebut tidak memungkinkan.
Pemilih diberikan batas waktu hingga 7 Februari 2024 atau H-7 sebelum pemungutan suara untuk mengurus pindah memilih. Hal ini dikarenakan KPU perlu menghitung distribusi surat suara di setiap TPS.
4. Menentukan TPS
Pemilih tidak dapat sembarangan memilih TPS tujuan untuk pindah memilih, karena KPU akan melakukan perhitungan presisi mengenai ketersediaan surat suara di setiap TPS melalui Sistem Informasi Daftar Pemilih (Sidalih).
KPU akan memetakan TPS yang masih dapat menampung pemilih pindahan di satu kelurahan. Pada formulir A Pindah Memilih yang diberikan oleh petugas KPU, terdapat informasi mengenai TPS mana pemilih terdaftar untuk mencoblos.
"Pemilih harus bersedia ditempatkan di TPS mana pun di kelurahan tersebut, yang terpenting adalah tidak mengganggu pelaksanaan hak pilih," tambah Betty.
Dengan adanya perubahan mekanisme pindah memilih ini, diharapkan pemilu dapat berjalan dengan lebih teratur dan terjamin keabsahan serta keakuratan data pemilih yang menggunakan fasilitas pindah memilih.
Semua pemilih dihimbau untuk mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU guna menjaga integritas proses pemilihan umum. (*Ibs)
Baca Juga: KPU Tetapkan Jumlah TPS untuk Pemilu 2024: 823.220 TPS Siap Sambut Pemilih!
Pewarta Nusantara, Nasional - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI mengumumkan bahwa generasi milenial akan mendominasi jumlah pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, dengan jumlah mencapai 68.822.389 orang atau 33,60 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Angka ini menempatkan mereka sebagai kelompok terbesar yang berhak memberikan suara dalam pemilihan tersebut.
Komisioner KPU, Betty Epsilon Idroos, mengungkapkan data ini saat rapat pleno terbuka rekapitulasi DPT tingkat nasional untuk pemilu 2024.
Selain itu, data yang dirilis juga menunjukkan bahwa kelompok Gen X berada di posisi kedua dengan jumlah 57.486.482 orang atau 28,07 persen dari DPT.
Sedangkan kelompok baby boomer, pre-boomer, dan Gen Z masing-masing memiliki persentase pemilih yang lebih rendah.
Jumlah pemilih Gen Z mencapai 22,85 persen dari DPT atau sekitar 46.800.161 orang, sedangkan baby boomer dan pre-boomer memiliki persentase masing-masing sebesar 13,73 persen dan 1,74 persen.
Lebih lanjut, Betty juga memaparkan data DPT berdasarkan rentang usia. Pemilih dengan usia 40 tahun ke atas menjadi kelompok terbanyak untuk Pemilu 2024, mencapai 48,07 persen dari total DPT atau sekitar 98.448.775 orang.
Pemilih usia 17 hingga 30 tahun berada di posisi kedua dengan jumlah 63.953.031 orang atau 31,23 persen, diikuti oleh pemilih usia 31 hingga 40 tahun sebanyak 42.398.719 orang atau 20,70 persen.
Sementara itu, pemilih berusia di bawah 17 tahun memiliki jumlah paling sedikit. Total rekapitulasi DPT Pemilu 2024 yang diumumkan oleh KPU mencapai 204.807.222 pemilih.
Angka ini terdiri dari 203.056.748 pemilih di dalam negeri dan 1.750.474 pemilih di luar negeri. Lebih lanjut, data menunjukkan bahwa jumlah pemilih laki-laki, baik di dalam maupun di luar negeri, mencapai 102.218.503 orang, sedangkan pemilih perempuan berjumlah 102.588.719 orang.
Data yang dirilis ini memberikan gambaran tentang profil pemilih yang akan berpartisipasi dalam Pemilu 2024.
Generasi milenial sebagai kelompok yang paling besar diharapkan dapat memberikan pengaruh signifikan dalam menentukan arah politik di masa mendatang. (*Ibs)
Baca Juga: KPU Tetapkan Jumlah TPS untuk Pemilu 2024: