Lokananta
Pewarta Nusantara - Erick Thohir Resmikan Lokananta Usai Direvitalisasi. Studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta, telah resmi diresmikan setelah selesai direvitalisasi oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.
Lokananta terletak di Kota Solo, Jawa Tengah, dan proses revitalisasi telah berlangsung sejak November 2022. Menteri Erick menyampaikan bahwa Lokananta adalah tempat di mana kolaborasi dan karya seni musik dapat berkembang.
"Kami, sebagai BUMN, pemerintah kota, dan pemerintah pusat, mengabdikan Lokananta ini untuk komunitas musik Indonesia dan juga untuk generasi muda Solo dan Jawa Tengah," ujar Menteri Erick saat peresmian Lokananta di Kota Solo pada hari Sabtu (3/6).
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya menjaga budaya kita sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas bangsa. "Agar kita bisa terus berkarya dan memaksimalkan kebudayaan kita, karena kami tidak ingin menjadi negara maju yang kehilangan identitas budaya kita. Hal ini dapat membahayakan kita, oleh karena itu kita harus menjaga budaya kita," tambahnya.
Sebelum direvitalisasi, Kementerian BUMN bekerja sama dengan PT Danareksa (Persero)-PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), dengan dukungan dari Pemerintah Kota Solo, untuk menghidupkan kembali aset yang dimiliki oleh Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) dan melakukan optimalisasi aset Lokananta.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan bahwa revitalisasi Lokananta merupakan bagian dari upaya Kementerian BUMN untuk memaksimalkan aset-aset yang dimiliki.
"BUMN terus berupaya memaksimalkan aset-aset yang kami miliki dan tentunya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengelolaan aset ini," ungkapnya.
Ia juga menambahkan, "Kami tidak hanya membangun, tetapi juga memastikan kelangsungan ini seperti yang telah kamu lakukan di Sarinah, Jakarta, yang hingga saat ini masih sangat populer."
Erick Thohir mengungkapkan bahwa Lokananta adalah salah satu aset BUMN yang memiliki sejarah panjang, namun terbengkalai.
"Inilah tempat lahirnya musik Indonesia ketika Presiden pertama kita, waktu itu Pak Soekarno, mendorong musik Indonesia untuk berkembang dan mengurangi dominasi musik Barat," jelasnya.
Menteri Erick juga membagikan pengalamannya saat mengunjungi Lokananta sekitar satu setengah tahun yang lalu dan bertemu dengan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, untuk merencanakan revitalisasi ini.
"Sekitar setahun setengah yang lalu, Wali Kota mengajak saya ke sini, waktu itu Mas Gibran ada di sini. Saya merasa ini adalah sebuah keberuntungan, tetapi kami melakukan studi terlebih dahulu agar pembangunan ini dapat dioptimalkan," ceritanya.
Acara peresmian ini juga dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, Direktur Utama Danareksa, Yadi Jaya Ruchandi, serta beberapa penyanyi lintas generasi seperti Waldjinah, Titiek Puspa, Ahmad Albar, Ian Antono, Abdee Slank, David Bayu, dan Andien.
Visi baru Lokananta adalah menjadi pusat kreatif dan komersial bagi para musisi, seniman, dan UMKM lokal, sehingga dapat memberikan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia.
Lokananta juga memiliki rencana bisnis berkelanjutan dengan lima pilar utama, yaitu museum/galeri, studio rekaman, arena pertunjukan musik dan seni, area kuliner, dan galeri UMKM.
Baca juga: 6 Proses Seleksi di BUMN: Baca Ini Sebelum Mendaftar Kerja di BUMN
Untuk menjalankan kelima pilar bisnis ini, PT Danareksa-PPA menjalin kerja sama dengan M Bloc Group sebagai operator. Lokananta juga akan menerapkan pola placemaking seperti yang ada di M Bloc Space, Jakarta Selatan.
Dalam setahun mendatang, Lokananta memiliki rencana melaksanakan berbagai program, termasuk rekaman dan pembuatan video band legendaris Godbless, sejumlah pameran di Galeri Lokananta, kolaborasi dengan komunitas kreatif di Solo, serta berbagai showcase di Studio Lokananta.
Sebagai perusahaan rekaman pertama di Indonesia yang didirikan oleh Raden Maladi pada tahun 1956, Lokananta memiliki sejarah panjang dan telah melahirkan banyak legenda musik Indonesia seperti Gesang, Waldjinah, Buby Chen, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, dan Ki Narto Sabdo. (*Ibs)