minyak mentah
Pewarta Nusantara - Pakistan Menerima Kiriman minyak mentah Rusia Senilai 45.000 Metrik Ton untuk Mengatasi Krisis Energi.
Pakistan menyambut dengan gembira kedatangan kiriman minyak mentah Rusia sebanyak 45.000 metrik ton, sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani antara kedua negara pada bulan April.
Menteri Junior Perminyakan Pakistan, Musadik Malik, menyatakan bahwa pasokan rutin minyak mentah dari Rusia akan membantu menurunkan harga bensin di negara tersebut, memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Pengiriman pertama telah tiba di Karachi pada hari Minggu, dan kiriman selanjutnya sebanyak 50.000 metrik ton diperkirakan akan tiba akhir pekan ini.
Kedatangan minyak mentah Rusia dianggap sebagai momen penting bagi Pakistan yang sedang menghadapi krisis ekonomi yang serius.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyambut kedatangan minyak tersebut sebagai "hari transformatif" bagi negara yang tengah berjuang.
Ia menyebutnya sebagai langkah awal dari hubungan baru antara Pakistan dan Federasi Rusia. Rusia, yang terkena sanksi dari Barat karena konflik di Ukraina, melihat kesepakatan ini sebagai peluang baru untuk memasuki pasar minyak Pakistan setelah India dan China.
Pakistan, sebagai negara terpadat kelima di dunia, sedang menghadapi krisis ekonomi yang parah. Negara ini mengalami kekurangan mata uang asing untuk membayar impor bahan bakar, dan cadangan devisa yang terbatas menjadi perhatian serius.
Dalam upaya untuk mengatasi krisis tersebut, Pakistan juga sedang menunggu paket dana talangan senilai $1,1 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Kiriman minyak mentah dari Rusia diharapkan dapat memberikan bantuan dalam menjaga pasokan energi dan meringankan beban ekonomi negara.
Dengan adanya pasokan minyak mentah dari Rusia, Pakistan berharap dapat mengurangi ketergantungan terhadap pasokan energi dari sumber lain dan mencapai stabilitas ekonomi jangka panjang.
Baca juga: Gunung Berapi Mayon Meletus, Ribuan Orang Filipina Mengungsi untuk Menjaga Keselamatan
Kiriman minyak tersebut memberikan harapan baru bagi negara yang sedang berjuang dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks. (*Ibs)