Obesitas
Pewarta Nusantara, Nasional - Pemerintah mengupayakan pendekatan edukatif yang masif untuk menangani permasalahan Obesitas di Indonesia dengan target angka obesitas hanya tiga persen pada tahun 2030.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, menyampaikan komitmen pemerintah terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) dalam diskusi yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional.
Dante menekankan pentingnya edukasi yang merata di tengah masyarakat sebagai kunci untuk mencapai target tersebut.
Salah satu langkah konkret yang sedang diupayakan pemerintah adalah penerapan ketentuan pajak pada makanan yang mengandung bahan olahan gula, garam, dan lemak (GGL) dengan kadar yang berlebihan.
Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk menekan angka obesitas dan berkontribusi pada pencapaian angka SDGs tiga persen pada tahun 2030.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa angka obesitas di Indonesia mengalami peningkatan yang drastis dari 15,3 persen pada tahun 2013 menjadi 21,8 persen pada tahun 2018.
Dante menganggap angka ini sebagai hal yang mengkhawatirkan dan perlu menjadi perhatian serius. Dalam konteks ini, obesitas pada anak menjadi perhatian khusus karena dapat menjadi beban ganda malnutrisi.
Selain masalah kekurangan gizi (stunting), obesitas pada anak juga menjadi masalah serius yang perlu ditangani dengan baik.
Baca Juga; KPK Mendalami Pungli di Rutan KPK: 70 Orang Saksi Diperiksa
Dante menyatakan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pola asuh anak yang sehat dan mengajarkan anak untuk menjadi smart eater atau cerdas dalam memilih makanan yang sehat dan bergizi.
Pola makan yang baik dan pemahaman tentang kalori serta registrasi produk makanan di sektor industri UMKM juga menjadi perhatian penting untuk menurunkan angka obesitas pada anak.
Perlu adanya sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, keluarga, dan masyarakat secara luas, dalam menghadapi tantangan obesitas di Indonesia.
Upaya pencegahan dan edukasi harus terus diperkuat agar angka obesitas dapat ditekan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga dengan baik. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Jakarta - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengungkapkan penyebab meninggalnya Muhammad Fajri, seorang pria Obesitas dengan berat badan 300 kg dari Tangerang.
Setelah menjalani perawatan khusus selama 14 hari, Fajri meninggal dunia pada Kamis (22/6) pukul 01.25 WIB di RSCM. Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Operasional RSCM, Renan Sukmawan, menyampaikan kabar duka tersebut dan mengungkapkan bahwa tim medis telah berupaya maksimal dalam merawat Fajri.
Menurut keterangan dari RSCM, penyebab kematian Fajri disebabkan oleh infeksi ganda yang menyebabkan syok sepsis dan kegagalan organ.
RSCM mengklaim telah menerapkan terapi multidisiplin yang melibatkan berbagai spesialis dan tenaga medis lainnya untuk mengoptimalkan perawatan Fajri.
Tim medis RSCM juga menghadapi berbagai kendala terkait ukuran dan berat badan pasien, seperti mencari tempat tidur yang sesuai, memposisikan pasien, dan kesulitan melakukan prosedur diagnostik tertentu.
Sebelum meninggal dunia, Fajri sudah mengalami penurunan kondisi saat masuk RS akibat infeksi di kaki dan paru-paru.
Dia dirujuk dari RSUD Tangerang ke RSCM dengan kondisi yang sudah memburuk. Masalah paru-paru dan jantungnya semakin berat, dan Fajri memerlukan bantuan pernapasan melalui ventilator.
Infeksi yang berat menyebabkan syok sepsis dan kegagalan organ tubuh, termasuk masalah pada sistem pencernaan yang disebut Multi Organ Disfunction Syndrome (MODS).
"Pada hari ini, kami dengan sedih mengumumkan berita duka cita innalillahi wa innailaihirojiun setelah tim kami di RSCM berjuang dengan maksimal selama sekitar 14 hari," ungkap Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Operasional RSCM, Renan Sukmawan, di RSCM, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (22/6).
Fajri dirujuk ke RSCM ketika kondisinya sudah semakin memburuk karena terinfeksi pada kaki dan paru-paru.
"Sebenarnya, beberapa bulan yang lalu, Tuan MF sudah disarankan untuk berobat ke rumah sakit terkait infeksi pada kakinya sebelah kanan. Namun, beliau belum mau ke RS, sehingga kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya ia dibawa ke RS," ungkap Dokter Spesialis Anestesi RSCM, Sidharta Kusuma Manggala.
Tim medis RSCM yang terdiri dari sembilan dokter berusaha memberikan perawatan terbaik bagi Fajri. Mereka menyediakan obat-obatan terbaik dan melibatkan tenaga tambahan dalam menjaga kebersihan dan kebutuhan pasien.
Setelah proses perawatan yang intensif, jenazah Fajri kemudian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan. Proses pemakaman dilakukan dengan bantuan Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Badan SAR Nasional (Basarnas) menggunakan sistem pulley.