Resesi Ekonomi
Pewarta Nusantara - Eropa saat ini tengah menghadapi resesi ekonomi yang disebabkan oleh lonjakan biaya hidup.
Menurut laporan The Guardian, pertumbuhan ekonomi di Eropa mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut akibat kenaikan harga bahan pangan dan harga energi.
Kondisi ini terkait dengan pecahnya invasi Rusia ke Ukraina yang meningkatkan harga gas secara signifikan dan berdampak pada inflasi di Eropa.
Data dari Eurostat, Badan statistik Eropa, menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Eropa mengalami penurunan sebesar 0,1% pada kuartal I 2023 dan kuartal IV 2022.
Penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut ini menunjukkan adanya resesi di Eropa. Beberapa negara seperti Jerman telah terjerumus dalam resesi, sementara Prancis masih mencatat pertumbuhan yang mendekati nol.
Meskipun inflasi di Eropa mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir, para ekonom berpendapat bahwa kondisi ekonomi ini belum sepenuhnya mencerminkan resesi di Eropa.
Baca juga: Mensos Risma Ungkap Upaya Penanganan Sosial Indonesia di Konferensi Tingkat Menteri OKI
Pasar tenaga kerja di Eropa masih relatif stabil meskipun konsumsi rumah tangga mengalami tekanan akibat kenaikan harga dan suku bunga bank sentral.
Andrew Kenningham, Kepala Ekonom dari Capital Economics, menyatakan bahwa Eropa memiliki potensi pemulihan yang kuat jika dilakukan kebijakan yang tepat.
Pengamat dan pemangku kepentingan di Eropa terus memantau perkembangan situasi ini dan berupaya mengatasi masalah biaya hidup yang semakin tinggi serta mengembalikan stabilitas ekonomi di kawasan tersebut.
Dalam menghadapi resesi ini, upaya pemulihan dan implementasi kebijakan yang efektif akan menjadi kunci untuk membangun kembali pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan di Eropa.