rudal balistik
Pewarta Nusantara, Internasional - Pada Senin (24/7), Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengonfirmasi bahwa Korea Utara telah melakukan uji coba penembakan dua rudal balistik ke arah Laut Jepang.
Sebelumnya, kantor Perdana Menteri Jepang juga menyatakan bahwa rudal balistik tersebut diperkirakan berasal dari Pyongyang.
Media Jepang melaporkan bahwa salah satu proyektil Korea Utara telah jatuh di luar zona ekonomi eksklusif Jepang. Rudal-rudal tersebut terbang sejauh sekitar 250 mil sebelum akhirnya jatuh ke laut.
Kedua uji coba rudal ini menjadi sorotan internasional, mengingat Korea Utara terus menguji kemampuan rudalnya.
Komando Indo-Pasifik AS menyatakan bahwa mereka mengetahui peluncuran rudal baru-baru ini dan telah berkonsultasi dengan sekutu dan mitra mereka.
Meskipun peluncuran tersebut tidak langsung mengancam wilayah AS atau sekutunya, tetapi menyoroti dampak destabilisasi dari program senjata ilegal Korea Utara.
Uji coba rudal Korea Utara ini berlangsung ketika kapal selam bertenaga nuklir AS, USS Annapolis, tiba di pelabuhan Korea Selatan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pencegahan bersama terhadap Korea Utara.
Washington menegaskan komitmen kuatnya untuk membela sekutu di Republik Korea dan Jepang. Peristiwa ini menunjukkan ketegangan yang tetap ada di kawasan Asia Timur dan menggarisbawahi pentingnya kerjasama antara negara-negara mitra untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara.
Hal ini juga menjadi perhatian bagi komunitas internasional yang terus memonitor perkembangan di kawasan tersebut. (*Ibs)
Pewarta Nusantara, Berlin - Jerman Rencanakan Pembelian Sistem Pertahanan Arrow-3 Israel Seharga Miliaran Euro. Parlemen Jerman dikabarkan telah menyetujui rencana pembelian sistem pertahanan udara Arrow-3 dari Israel dengan nilai hampir empat miliar euro ($4,3 miliar).
Sistem pertahanan ini dirancang untuk melindungi negara-negara tetangga Jerman dari ancaman rudal balistik di atas atmosfer Bumi.
Keputusan pembelian ini merupakan langkah besar bagi Jerman setelah beberapa tahun mengalami kekurangan investasi dalam angkatan bersenjata mereka.
Peristiwa perang Rusia di Ukraina juga telah mempertegas kebutuhan akan sistem pertahanan udara yang handal di negara-negara Barat untuk melawan serangan rudal dan pesawat tak berawak.
Dana untuk pembelian Arrow-3 akan dialokasikan dari dana pertahanan senilai 100 miliar euro ($108 miliar) yang telah diresmikan oleh Kanselir Jerman Olaf Scholz sebagai respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Rencananya, Jerman akan mencapai kesepakatan pemerintah-ke-pemerintah dengan Israel dalam pembelian sistem ini pada akhir tahun ini, dan kontrak akan ditandatangani pada akhir 2023.
Sistem pertahanan Arrow-3 diharapkan akan tiba di Jerman pada kuartal terakhir tahun 2025. Pembayaran awal yang dilakukan oleh Jerman bertujuan untuk mempersiapkan proses manufaktur dan produksi di Israel.
Meskipun terdapat risiko terkait pembayaran awal ini, pemerintah Jerman yakin bahwa segala hal akan berjalan sesuai rencana.
Baca juga: Portugal Kirim 140 Petugas Pemadam Kebakaran ke Kanada untuk Mengatasi Kebakaran Hutan yang Meluas
Jerman telah menjadi salah satu pemimpin dalam upaya peningkatan pertahanan udara NATO di Eropa setelah melihat ancaman yang terus-menerus dari serangan rudal Rusia di Ukraina.
Dengan partisipasi lebih dari selusin negara Eropa dalam European Sky Shield Initiative, kerjasama pertahanan bersama semakin diperkuat dalam melindungi wilayah Eropa dari ancaman luar. (*IBs)