Pewarta Nusantara
Menu CV Maker Menu

SATRIA-1

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - Mahfud MD: Peluncuran SATRIA-1 Mendorong Pemerataan Akses Internet. Menurut Pelaksana tugas Menteri Komunikasi dan Informatika, Mahfud MD, peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) akan membawa perubahan signifikan dalam pemerataan akses internet di seluruh Indonesia.

Satelit ini diharapkan dapat memberikan konektivitas digital yang lebih luas, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan juga untuk kepentingan TNI/POLRI.

Mahfud menjelaskan bahwa SATRIA-1 akan mencakup semua wilayah di Indonesia, terutama daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.

Ia juga menekankan bahwa proyek ini tidak terpengaruh oleh kasus korupsi yang melibatkan proyek BTS 4G. Menurutnya, peluncuran SATRIA-1 merupakan proyek yang terpisah dan bertujuan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik.

Pada waktu yang telah ditentukan, SATRIA-1 berhasil diluncurkan ke angkasa dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat.

Setelah peluncuran sukses, satelit ini akan ditempatkan di orbit 146 Bujur Timur (BT). PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Thales Alenia Space (TAS) akan melaksanakan In-Orbit Testing untuk memastikan fungsi normal satelit SATRIA setelah peluncuran. Proses ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga minggu.

Selanjutnya, PSN akan melakukan Peninjauan Penerimaan di Orbit (In-Orbit Acceptance Review/IOAR) yang dijadwalkan pada pekan pertama Desember 2023.

Diharapkan bahwa mulai Januari 2024, masyarakat dapat secara bertahap memanfaatkan kapasitas internet yang disediakan oleh SATRIA-1.

Studi terbaru yang dilakukan oleh BAKTI Kemenkominfo pada tahun 2023 menunjukkan bahwa SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps akan menyediakan layanan internet di sekitar 50.000 titik fasilitas publik.

Kecepatan internet di setiap titik layanan publik tersebut diperkirakan mencapai 4 Mbps, yang merupakan peningkatan signifikan dari rencana awal pada tahun 2018 yang hanya menargetkan kecepatan 1 Mbps untuk setiap titiknya.

Peluncuran SATRIA-1 menjadi tonggak penting dalam mengatasi kesenjangan akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang sulit terjangkau.

Baca juga: Dana Desa 5 Miliar: Solusi Efektif untuk Atasi Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Indonesia

Diharapkan bahwa dengan konektivitas yang lebih baik, masyarakat dapat merasakan manfaatnya dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, kesehatan, dan layanan publik. (*Ibs)

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Jakarta - Satelit SATRIA-1, yang merupakan satelit terbesar di Asia Tenggara, sukses diluncurkan pada Senin (19/6/2023) pukul 18.21 waktu Florida atau pukul 05.21 WIB.

Peluncuran tersebut berjalan sesuai jadwal dan cuaca cerah di lokasi peluncuran. Satelit ini memiliki tujuan utama untuk menyediakan akses internet di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Indonesia.

Untuk memeriahkan acara peluncuran, Badan Layanan Umum Badan Aksesibilitas Teknologi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan acara Nonton Barang (Nobar) Peluncuran SATRIA-1 di 11 wilayah stasiun bumi, termasuk Jakarta, Manado, Kupang, Kota Jayapura, Kabupaten Timika, Manokwari, Banjarmasin, Ambon, Tarakan, Pontianak, dan Batam.

Acara nobar di Jakarta diadakan di anjungan Skyworld, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dihadiri oleh pejabat Kementerian Kominfo, Direksi BAKTI Kominfo, dan puluhan siswa dari beberapa sekolah di sekitar Jakarta.

Antusiasme para hadirin terlihat sejak dini hari saat mereka memenuhi lokasi nobar dan bahkan melaksanakan Salat Subuh berjemaah sebelum menonton peluncuran SATRIA-1.

Ketika roket Falcon 9 yang membawa satelit tersebut lepas landas dengan lancar, sorakan dan tepuk tangan riuh menggema di lokasi nobar. Para hadirin terpukau melihat roket setinggi 70 meter itu meluncur ke luar angkasa dengan teriknya api.

Roket Falcon 9 yang membawa SATRIA-1 berhasil melepaskan diri dan mendarat dengan sempurna di Bumi, menunjukkan keunggulan teknologi pendaratan vertikal yang dimiliki oleh SpaceX.

Setelah itu, SATRIA-1 melanjutkan perjalanan menuju target garis orbit dengan dibantu oleh pendorong kedua, yang memakan waktu 27 menit hingga mencapai orbit yang telah ditetapkan.

Baca juga: Rudi Garcia, Jurus Ajaib Napoli: Membawa Klub ke Puncak Liga Champions!

Satelit ini dirakit oleh Thales Alenia Space (TAS) di Prancis menggunakan platform SpaceBus NEO dan dibangun dalam kerja sama antara Satelit Nusantara 3 dan TAS.

Meskipun proyek SATRIA-1 mengalami kenaikan biaya dari perkiraan awal sebesar US$450 juta menjadi US$540 juta, peluncuran ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil.

Diperkirakan satelit ini akan memfasilitasi layanan internet dengan kecepatan 4 Mbps di 50 ribu titik fasilitas publik. Akses internet yang terjangkau dan dapat diandalkan di daerah 3T akan membuka peluang baru dalam pendidikan, bisnis, dan konektivitas sosial, serta membantu mengurangi

kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Peluncuran SATRIA-1 menandai awal dari era baru dalam pemanfaatan teknologi satelit untuk meningkatkan konektivitas di Indonesia.

Dengan kehadiran satelit ini, diharapkan bahwa akses internet yang terjangkau dan dapat diandalkan akan menjadi kenyataan bagi masyarakat di daerah terpencil. (*Ibs)