Pewarta Nusantara
Menu CV Maker Menu

Treble Winners

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Jack Grealish, bintang Manchester City, mengakui bahwa ia tampil buruk dalam pertandingan melawan Inter Milan di final Liga Champions.

Meski demikian, ia sangat berterima kasih kepada pelatihnya, Pep Guardiola, karena telah memberinya kesempatan meraih prestasi Treble Winners.

Grealish mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Guardiola dan mengakui bahwa penampilannya dalam pertandingan final tidak memuaskan.

"Guardiola adalah seorang jenius. Saya hanya berkata kepadanya, 'Saya ingin berterima kasih karena Anda telah membuat ini terjadi untuk saya,'" ujar Grealish seperti yang dilaporkan oleh Football Italia.

"Saya tampil sangat buruk hari ini, tetapi saya tidak peduli. Meraih treble dengan kelompok pemain ini dan staf ini sangat istimewa. Siapa pun yang mengenal saya tahu bahwa saya adalah seseorang yang berkeluarga dan betapa saya mencintai sepak bola. Ini adalah apa yang saya lakukan sepanjang hidup saya. Saat saya melihat keluarga saya di tengah keramaian, itu membuat saya emosional."

Grealish juga menyebut bahwa Guardiola selalu memberikan kepercayaan padanya, bahkan ketika ia tampil buruk musim lalu, terlebih lagi mengingat biaya yang harus ditanggung oleh Manchester City untuk merekrutnya.

"Guardiola telah menaruh begitu banyak kepercayaan pada saya. Merekrut saya dengan biaya yang besar dan bahkan tahun lalu ketika saya tampil buruk, dia tetap bersama saya," ungkap Grealish.

"Guardiola selalu berbicara dengan saya dan tahun ini ia memberi saya platform untuk tampil. Jadi, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya."

Baca juga: Kevin De Bruyne Cedera, Fabio Capello: Manchester City Belum Tentu Juara jika Sang Gelandang Tetap Bermain!

Jack Grealish mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Guardiola karena memberikan dukungan dan kepercayaan kepadanya sepanjang musim, meskipun penampilannya tidak konsisten.

Kemenangan treble winners menjadi momen istimewa bagi Grealish dan ia merasa beruntung dapat berada di antara kelompok pemain dan staf yang luar biasa di Manchester City. (*Ibs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Man City Melenggang Jadi Treble Winners dengan Kemenangan Tipis Atas Inter. Final Liga Champions 2022-23 antara Manchester City dan Inter Milan menampilkan pertandingan yang penuh taktik dan ketegangan. Kedua tim bermain dengan strategi yang defensif, menciptakan suasana layaknya medan perang di atas lapangan.

Babak pertama menjadi gejolak bagi kedua tim, dengan sedikit peluang yang tercipta. City mendapatkan kesempatan emas melalui tendangan Erling Haaland yang berhasil ditepis oleh Andre Onana pada menit ke-27. Peluang tersebut menjadi satu-satunya momen berbahaya di paruh pertama pertandingan.

Namun, City mengalami pukulan pada menit ke-35 ketika Kevin De Bruyne mengalami cedera dan terpaksa digantikan oleh Phil Foden. Meskipun kehilangan pemain kunci, City tetap bertekad untuk meraih kemenangan di babak kedua.

Inter juga tidak tinggal diam dan mencoba mencetak gol penyama kedudukan. Di awal babak kedua, mereka mendapatkan peluang emas melalui Lautaro Martinez setelah adanya kesalahan komunikasi antara Manuel Akanji dan Ederson. Sayangnya, tendangan Lautaro bisa ditepis oleh Ederson, menyelamatkan gawang City.

Akhirnya, City berhasil membobol gawang Inter pada menit ke-68. Bernardo Silva memberikan umpan yang mengenai Francesco Acerbi, bola kemudian jatuh ke kaki Rodri yang dengan tenang melepaskan tembakan dan menghasilkan gol.

Inter tidak menyerah begitu saja dan mencoba membalas dengan peluang emas. Federico Dimarco hampir menyamakan kedudukan melalui sundulan yang mengenai tiang gawang, sedangkan Romelu Lukaku juga mendapatkan peluang tapi tembakannya bisa ditepis oleh Ederson menggunakan kakinya.

Skor 1-0 bertahan hingga peluit akhir. Kemenangan ini membuat Manchester City menjadi klub kedelapan yang berhasil meraih Treble Winners dan ini juga merupakan trofi Liga Champions pertama dalam sejarah mereka.

Di sisi lain, ini adalah kekalahan ketiga Inter di final Liga Champions/European Cup dari enam pertandingan final yang mereka jalani.

Baca juga: Guardiola Memuji Permainan Inter dan Memberi Saran Berharga kepada Inzaghi: Final Liga Champions yang Memikat!

Yang menarik adalah tiga tim yang berhasil mengalahkan Inter dalam final tersebut, yaitu Celtic pada tahun 1967, Ajax pada tahun 1972, dan Manchester City pada tahun 2023, semuanya meraih treble winners.

Ini menunjukkan bahwa mengalahkan Inter di final Liga Champions menjadi langkah kunci dalam meraih prestasi yang lebih besar bagi tim yang berhasil melakukannya. (*IBs)

Gunawan Prasetio Gunawan Prasetio
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Yogyakarta - Manchester City meraih gelar Juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub, menjadikan mereka sebagai treble winners.

Kemenangan mereka datang setelah mengalahkan Inter dengan skor 1-0 dalam pertandingan final yang digelar pada tanggal 11 Juni 2023, dengan gol yang dicetak oleh Rodri. Prestasi ini menghasilkan beberapa fakta menarik yang perlu dicatat.

Pertama, dengan gelar ini, Manchester City menjadi tim ke-8 yang berhasil meraih trofi Liga Champions dan menjadi tim Inggris kedua yang mencapai prestasi ini setelah Manchester United pada tahun 1999.

Keberhasilan ini menunjukkan perkembangan signifikan dalam sepak bola Inggris dan kekuatan tim-tim dari negara tersebut di panggung Eropa.

Baca juga: Perubahan Mengejutkan: Roberto Mancini Terkesan dengan Kebangkitan Simone Inzaghi sebagai Pelatih

Selain itu, prestasi ini juga memperkuat status Manchester sebagai kota dengan dua klub yang pernah menjadi juara Liga Champions.

Sebelumnya, hanya Milan yang dapat mengklaim status serupa, tetapi dengan kemenangan City, kota Manchester kini juga bisa berbangga memiliki dua klub yang meraih trofi bergengsi tersebut.

Prestasi ini juga memberikan penghargaan kepada Pep Guardiola, manajer Manchester City. Ini adalah gelar Liga Champions ketiga bagi Guardiola, yang sebelumnya berhasil meraihnya bersama Barcelona.

Namun, yang membuat prestasinya semakin istimewa adalah dia menjadi pelatih pertama dalam sejarah yang berhasil meraih Treble Winners dua kali, setelah sebelumnya melakukannya dengan Barcelona pada musim 2008-2009.

Hal ini menunjukkan kepiawaiannya dalam melatih tim untuk meraih sukses di kompetisi paling elit di Eropa.

Selain itu, kekalahan Inter dalam final ini juga mencatatkan catatan yang menarik. Ini adalah kekalahan ketiga Inter dalam final Liga Champions/European Cup dari enam pertandingan final yang mereka mainkan.

Yang menarik adalah ketiga tim yang berhasil mengalahkan Inter dalam final tersebut, termasuk Manchester City musim ini, Celtic pada tahun 1967, dan Ajax pada tahun 1972, semuanya berhasil meraih treble winners.

Ini menunjukkan bahwa mengalahkan Inter di final Liga Champions seolah menjadi kunci untuk meraih prestasi yang lebih besar.

Selain itu, prestasi ini juga menandai akhir dari tuah pemain Kroasia dalam kompetisi ini. Sejak tahun 2012, tidak ada pemain Kroasia yang berhasil menjadi juara Liga Champions.

Meskipun Marcelo Brozovic bermain penuh dalam laga final ini untuk Inter, dia tidak dapat memberikan keberuntungan bagi timnya dalam meraih gelar juara.

Hal ini menunjukkan bahwa Liga Champions adalah kompetisi yang membutuhkan kontribusi kolektif dari seluruh tim, dan tidak hanya ditentukan oleh kehadiran satu atau dua pemain bintang.

Kemenangan Manchester City dalam Liga Champions musim ini adalah pencapaian yang luar biasa bagi klub dan juga bagi Pep Guardiola sebagai pelatih.

Ini juga memperkuat dominasi Inggris dalam sepak bola Eropa dan memberikan pengalaman berharga bagi para pemain City.

Semoga mereka dapat mempertahankan keunggulan mereka di masa depan dan terus mencatatkan sejarah yang gemilang dalam dunia sepak bola. (*Ibs)