Pewarta Nusantara
Menu Kirim Tulisan Menu

UNESCO

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Internasional - Kota Tel Aviv, Israel, menggelar acara budaya "White Night" untuk merayakan ke-20 tahun pengukuhan "Kota Putih" sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

"Kota Putih" mendapat julukan karena kumpulan bangunan Bauhaus berwarna putih yang memiliki balkon tetapi tidak memiliki ornamen yang menghiasi bangunan.

UNESCO mengakui nilai arsitektur yang unik dan mengagumkan dari kota ini pada tahun 2003. Shira Levy Benyemini, CEO dan Direktur Artistik Liebling Haus, Pusat Kota Putih di Tel Aviv, menjelaskan bahwa Kota Putih memiliki koleksi bangunan bergaya internasional yang diimpor dari Eropa oleh para arsitek Yahudi pada tahun 1930-an.

Mereka membawa Gaya Bauhaus untuk menciptakan masyarakat baru di Tel Aviv. Gaya Bauhaus ini merupakan adaptasi yang menarik dari modernisme, menggabungkan elemen fungsional yang khas dengan konteks budaya dan iklim Timur Tengah.

Selain itu, Kota Putih juga dikenal karena konsepnya sebagai kota taman, yang menambah nilai pentingnya sebagai situs warisan dunia.

Peran arsitek Jerman yang terlatih dalam gaya Bauhaus sangat signifikan dalam pembangunan Kota Putih. Lebih dari 4.000 bangunan bergaya Bauhaus didesain oleh para arsitek Yahudi yang bermigrasi ke Tel Aviv.

Bauhaus sebagai sekolah arsitektur dan desain membawa gagasan-gagasan baru tentang perumahan yang terjangkau dan berguna bagi warga kota.

Konsep ini berfokus pada perumahan industri yang dapat diakses oleh berbagai kalangan, bukan hanya untuk orang-orang kaya.

Gaya Bauhaus membawa perubahan dalam pandangan arsitektur dan desain, dan warisan ini dihargai oleh UNESCO sebagai warisan luar biasa bagi dunia. (*Ibs)

Baca Juga: Polda Kalimantan Timur Bersama OIKN Gencarkan Penertiban Tambang Ilegal

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara, Internasional - Tel Aviv, Israel, mengadakan acara budaya "White Night" ke-20 untuk merayakan 20 tahun pengakuan Tel Aviv sebagai "Kota Putih" situs Warisan Dunia UNESCO.

Kota ini terkenal dengan kumpulan bangunan Bauhaus yang berwarna putih dan memiliki balkon, namun tidak memiliki ornamen yang rumit.

Acara ini merupakan perayaan atas keunikan arsitektur Bauhaus dan kontribusinya dalam menciptakan masyarakat baru di Tel Aviv.

Shira Levy Benyemini, CEO dan Direktur Artistik Liebling Haus, Pusat Kota Putih di Tel Aviv, menjelaskan bahwa arsitektur Kota Putih adalah koleksi bangunan bergaya internasional yang dibawa ke Tel Aviv pada 1930-an oleh para arsitek Yahudi dari Eropa.

Gaya arsitektur ini diadaptasi dengan budaya dan iklim Timur Tengah, serta didasarkan pada prinsip-prinsip fungsional yang unik dari modernisme.

Selain itu, Kota Putih juga mencerminkan sebuah rencana kota taman yang menjadikannya kota yang sangat penting.

Ketika para arsitek Jerman yang terlatih dalam gaya Bauhaus bermigrasi ke Tel Aviv, mereka mendesain lebih dari 4.000 bangunan bergaya Bauhaus.

Bauhaus adalah sekolah arsitektur dan desain di mana para arsitek Yahudi belajar dan membawa gagasan-gagasan baru ke Tel Aviv.

Konsep Bauhaus memberikan perhatian pada cara berpikir baru dalam merancang rumah yang terjangkau bagi penduduk kota, dengan penekanan pada gaya yang lebih industrial dan tidak terbatas hanya untuk orang kaya.

Penerapan prinsip Bauhaus ini memberikan identitas yang unik bagi Kota Putih Tel Aviv. Perayaan "White Night" yang diadakan setiap tahun di Tel Aviv menjadi momen penting untuk menghargai keunikan dan keindahan arsitektur Bauhaus yang mempengaruhi wajah Kota Putih. (*Ibs)

Baca Juga: Polda Kalimantan Timur Bersama OIKN Gencarkan Penertiban Tambang Ilegal

Ardi Sentosa Ardi Sentosa
1 tahun yang lalu

Pewarta Nusantara - AS Rencanakan Kembali Bergabung dengan UNESCO Setelah 12 Tahun Keluar. Amerika Serikat (AS) berencana untuk bergabung kembali dengan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) setelah 12 tahun keluar.

Keputusan ini diumumkan oleh Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, dalam pertemuan khusus dengan duta besar negara anggota pada hari Senin (12/6).

Dengan kembalinya AS, negara tersebut akan segera memberikan pembayaran iuran lebih dari $600 juta.

Kehadiran AS dalam UNESCO diharapkan dapat mengisi celah yang ditinggalkan oleh negara tersebut dalam pembuatan kebijakan terkait kecerdasan buatan dan pendidikan teknologi di seluruh dunia, mengingat kekhawatiran akan pengaruh China dalam hal ini.

Deputi Menteri Luar Negeri AS untuk Manajemen dan Sumber Daya, Richard Verma, telah mengirimkan surat resmi kepada Azoulay untuk meresmikan rencana kembalinya AS.

Rencana tersebut akan diajukan ke Konferensi Umum Negara Anggota UNESCO pada tahun 2023 untuk mendapatkan persetujuan akhir.

Meskipun China menyatakan tidak akan menentang permintaan AS untuk bergabung kembali, keputusan ini akan memberikan dorongan finansial yang signifikan bagi UNESCO.

Badan ini dikenal dengan program-programnya dalam pelestarian warisan dunia, proyek penanggulangan perubahan iklim, dan pendidikan bagi anak perempuan.

Sebelumnya, AS dan Israel berhenti mendanai UNESCO pada tahun 2011 setelah Palestina diterima sebagai negara anggota, dan keduanya kehilangan hak suara mereka pada tahun 2013.

Pemerintahan AS saat itu, di bawah kepemimpinan Trump, memutuskan untuk menarik diri dari UNESCO pada tahun 2017 dengan alasan bias anti-Israel dan masalah manajemen.

Dalam upayanya untuk membawa AS kembali ke UNESCO, Direktur Jenderal Azoulay telah berusaha melakukan reformasi anggaran dan membangun konsensus di antara negara-negara seperti Yordania, Palestina, dan Israel dalam menghadapi resolusi-resolusi sensitif.

Keputusan AS untuk bergabung kembali dianggap sebagai hasil dari upaya ini, di mana ketegangan teratasi, respons terhadap tantangan kontemporer ditingkatkan, inisiatif besar dilakukan di lapangan, dan fungsi organisasi dimodernisasi.

Rencananya, pemerintah AS akan membayar iuran tahun 2023 beserta kontribusi bonus sebesar $10 juta pada tahun ini, yang akan dialokasikan untuk berbagai bidang seperti pendidikan Holocaust, pelestarian warisan budaya di Ukraina, keselamatan jurnalis, dan pendidikan sains dan teknologi di Afrika.

Baca juga: Pakistan Sambut Kiriman Minyak Mentah Rusia untuk Mengatasi Krisis Energi dan Stabilitas Ekonomi

Pemerintahan Biden telah mengajukan permintaan anggaran sebesar $150 juta untuk tahun 2024 guna membayar iuran dan tunggakan UNESCO, serta merencanakan pembayaran serupa dalam tahun-tahun berikutnya hingga utang sebesar $619 juta terbayar.

Kehadiran AS yang kembali ke UNESCO diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap program-program penting yang dilakukan oleh badan ini, sambil memperkuat kerjasama antarnegara dalam bidang pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. (*Ibs)