7 Arti Bahasa Gaul yang Sering Viral di Medsos
Pewartanusantara.com -Dalam dunia sosial media, bahasa Gaul merupakan sebuah hal yang lazim. Bahasa gaul tersebut seringkali Viral di media sosial dan menjadi topik perbincangan publik.
Beberapa Bahasa gaul tersebut adalah Kiw Kiw, Sasimo, Jayus, dll. Berikut akan dijelaskan arti dari beberapa bahasa gaul yang sering viral di media sosial.
Memang, perkembangan bahasa gaul selalu menjadi sesuatu yang menarik untuk diamati, terutama karena istilah-istilah baru tersebut berasal dari beragam bahasa dan budaya yang berbeda.
Di tengah banyaknya istilah baru yang viral di media sosial, seringkali ada banyak orang yang masih bingung dengan makna dari istilah-istilah tersebut.
Hal ini wajar mengingat banyaknya istilah baru yang terus bermunculan, sehingga tak semua orang langsung dapat memahaminya.
Ada baiknya kita juga memperluas pengetahuan kita mengenai beragam istilah baru dalam bahasa gaul yang sering digunakan di media sosial agar dapat berkomunikasi dengan lebih efektif di era digital ini.
Di bawah ini adalah beberapa bahasa gaul viral lainnya yang harus diketahui:
Bahasa Gaul Viral dan Artinya
1. Arti Jayus
Kata "jayus" sendiri bukanlah istilah baru yang muncul di media sosial. Istilah ini sudah lama muncul dan sering digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sekarang kata jayus menjadi populer dan banyak digunakan oleh orang-orang di media sosial.
Meskipun kata jayus sudah sering digunakan, banyak orang yang belum mengetahui makna sebenarnya.
Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui makna dan konteks penggunaan kata jayus agar dapat memahami percakapan yang kita ikuti di media sosial atau di kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui makna jayus dalam bahasa gaul yang kini populer dan ramai digunakan banyak orang, kita dapat mencari penjelasannya di berbagai sumber, termasuk situs Pewartanusantara.
Kata jayus memang merupakan kata yang tidak ditemukan di KBBI atau kamus resmi lainnya. Menurut beberapa sumber, istilah jayus mungkin berasal dari nama seseorang, yaitu Djayusman Soepadmo.
Konon, Djayusman adalah seorang pelajar yang suka melawak tetapi lawakannya dianggap tidak lucu oleh teman-temannya.
Namun, meskipun tidak ada kesepakatan mengenai asal-usul kata jayus, makna dari kata tersebut sudah cukup jelas dan dikenal oleh banyak orang, terutama di kalangan anak muda.
Secara umum, jayus artinya adalah tidak lucu atau garing.
Sebagai contoh, saat seseorang membuat lelucon atau bercanda tetapi dianggap tidak lucu, maka orang tersebut akan dikatakan jayus.
Ungkapan jayus ini sering dipakai sebagai respons yang biasa saja ketika seseorang dihadapkan pada suatu lelucon yang tidak mengundang tawa.
Tak jarang, jayus juga sering diartikan sebagai suatu jenis humor yang cenderung krik-krik dan tidak membuat orang tertawa.
Dalam contoh percakapan yang diberikan, salah satu orang memberikan lelucon mengenai matahari yang tidak bisa renang, tetapi temannya menganggap lawakan tersebut tidak lucu dan menjawab "apaansih jayus banget dah."
Secara keseluruhan, walaupun istilah jayus bukanlah istilah yang baru dan sudah dikenal sejak tahun 1990-an, istilah ini masih terus digunakan hingga saat ini, terutama di kalangan anak muda.
Jadi, wajar jika istilah jayus menjadi salah satu kata yang sering kita temukan di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari.
2. Alay
Kata "alay" telah dikenal sejak lama dan masih digunakan oleh banyak orang hingga saat ini. Meskipun awalnya berasal dari singkatan "anak layangan", namun maknanya sudah bergeser menjadi perilaku seseorang yang dianggap norak atau berlebihan.
Alay adalah sebuah fenomena sosial yang cukup menarik untuk ditelusuri. Ada beberapa pandangan mengenai asal muasal dan arti dari kata alay.
Menurut sebagian orang, kata "alay" berasal dari bahasa Sunda yang artinya "sesuatu yang kebablasan". Sedangkan menurut beberapa sumber, alay berasal dari kata "alaihi" yang dalam bahasa Arab artinya "baginya".
Hal ini mengacu pada seseorang yang terlalu memaksakan diri untuk menunjukkan status sosialnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata "alay" dijelaskan sebagai perilaku atau gaya seseorang yang berlebihan atau norak.
Orang yang dianggap alay seringkali terlihat berlebihan dalam hal fashion, perilaku, atau bahasa yang digunakan. Misalnya, penggunaan kalimat yang tidak benar atau terlalu banyak menggunakan bahasa gaul dan singkatan.
Penggunaan kata alay sering dihubungkan dengan remaja atau anak muda yang mencoba mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda.
Namun, seiring berjalannya waktu, kata alay telah meluas penggunaannya dan tidak hanya terbatas pada kalangan usia tertentu.
Namun demikian, kata alay ini masih sering menimbulkan perdebatan mengenai definisinya, apakah termasuk dalam kategori pemikiran atau perilaku yang berbahaya bagi masyarakat.
3. Cepu
Cepu adalah istilah yang mungkin sudah sering kamu dengar terutama jika kamu pernah bergaul dengan orang-orang yang terkait dengan kepolisian.
Dalam KBBI, arti cepu sendiri dijelaskan sebagai seorang informan polisi. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang suka membocorkan informasi rahasia, terutama yang terkait dengan operasi keamanan, ke polisi atau ke pihak berwajib lainnya.
Dalam dunia kepolisian, informan atau sumber intelijen merupakan hal yang penting untuk membantu mengungkap kasus kejahatan.
Namun, informan yang membocorkan informasi secara sembarangan dapat menjadi ancaman bagi keamanan dan kerahasiaan suatu operasi keamanan.
Oleh karena itu, cepu atau informan yang tukang ngadu seringkali dianggap sebagai hal yang negatif dan merugikan.
Meskipun begitu, istilah cepu sendiri juga digunakan secara populer di kalangan masyarakat luas, terutama di kalangan anak muda.
Dalam konteks yang lebih umum, cepu sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang suka memberikan informasi atau gosip yang sebenarnya seharusnya tidak perlu diketahui orang lain, seperti informasi pribadi atau rahasia.
Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kamu pernah mendengar atau bahkan menggunakan istilah cepu untuk menggambarkan seseorang yang suka menyebar rumor atau gosip.
Namun, sebagai seorang yang baik, sebaiknya kamu tidak menyebarluaskan informasi pribadi atau rahasia orang lain tanpa izin dari yang bersangkutan.
Karena selain dapat merugikan orang lain, tindakan tersebut juga dapat membuat kamu dianggap tidak dapat dipercaya oleh orang lain.
4. Kamseupay
Kamseupay, sebuah kata gaul yang cukup populer pada tahun 2012, ternyata telah digunakan sejak era 1980-an.
Kata ini berasal dari singkatan "kampung sekali udik payah", dan biasanya digunakan untuk mengejek atau merendahkan orang yang dianggap kampungan oleh orang lain.
Kamseupay pertama kali dikenal masyarakat luas setelah muncul dalam sinetron berjudul "Putih Abu-Abu" yang ditayangkan pada tahun 2012. Sinetron tersebut bahkan merilis lagu dengan judul yang sama, yang kemudian populer di kalangan remaja.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial, kata-kata gaul semakin mudah menyebar dan menjadi populer di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, kata-kata seperti kamseupay dapat dengan cepat menjadi viral dan menjadi bagian dari budaya populer.
Meskipun sebagian orang mungkin merasa bahwa penggunaan kata-kata seperti ini dapat merendahkan atau menyakiti perasaan orang lain, namun faktanya kata-kata tersebut tetap digunakan dan menjadi bagian dari bahasa sehari-hari di kalangan remaja.
Namun, perlu diingat bahwa setiap kata atau ungkapan yang digunakan haruslah memperhatikan etika dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Tidak semua kata yang populer di kalangan remaja dapat diterima secara universal di masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk menggunakan bahasa yang sopan dan menghargai perbedaan di antara kita.
Terlepas dari itu semua, perkembangan bahasa gaul dan istilah-istilah baru merupakan bukti dari dinamika kehidupan sosial dan budaya yang terus berkembang dan berubah seiring dengan waktu.
5. Arti Combi
Kata "chombi" seringkali disalahartikan sebagai bahasa Bugis, yaitu "combi". Namun, sebenarnya keduanya adalah kata yang berbeda dan tidak memiliki kaitan satu sama lain.
Dalam bahasa Bugis, "combi" sendiri memiliki makna yang spesifik dan tidak dapat digunakan sembarangan.
Kata "chombi" ternyata cukup populer di kalangan anak muda di Indonesia. Akan tetapi, tidak banyak yang mengetahui arti sebenarnya dari kata tersebut.
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, diketahui bahwa "chombi" memiliki arti merujuk pada bagian intim wanita.
Oleh karena itu, penggunaan kata "chombi" cenderung dianggap tidak pantas dan mengandung unsur pelecehan seksual.
Seringkali kata "chombi" digunakan untuk mengejek atau merendahkan seseorang, terutama dalam lingkungan yang bersifat informal seperti media sosial.
Hal ini tentu tidaklah baik dan dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya kita semua bijak dalam menggunakan bahasa dan tidak sembarangan menggunakan kata-kata yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
6. Arti Kiw Kiw
Kata "Kiw Kiw" sering digunakan untuk menggoda atau bercanda dengan seseorang. Namun, perlu diingat bahwa kata tersebut juga dapat diartikan sebagai "cat-calling" atau pelecehan, jika digunakan pada orang yang tidak dikenal atau asing.
Oleh karena itu, penting untuk bijak dalam menggunakan kata-kata gaul seperti "Kiw Kiw" agar tidak menyinggung perasaan orang lain.
7. Arti Sasimo
Selain "Kiw Kiw", ada juga istilah "Sasimo" yang berasal dari kode angka 2421m4, yang artinya Sasima.
Kata "Sasimo" merupakan singkatan dari "Sana Sini Mau" yang berarti murahan.
Istilah ini mengacu pada orang yang mudah berhubungan dengan siapa saja, tanpa memilih orang atau mempertimbangkan alasannya.
Seseorang yang memiliki sikap dan tingkah laku seperti ini dianggap menyimpang, karena tidak menghargai nilai diri dan mempunyai batasan dalam bersosialisasi.
Pemahaman tentang kata-kata gaul seperti Alay, Kamseupay, Combi, Kiw Kiw, dan Sasimo, penting bagi kita semua.
Hal ini karena istilah-istilah tersebut sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari di media sosial maupun dalam percakapan langsung.
Oleh karena itu, kita perlu lebih berhati-hati dan bijak dalam menggunakan kata-kata tersebut agar tidak menyinggung perasaan orang lain dan mempertahankan etika berkomunikasi yang baik dan santun.
Penulis:
Editor: Erniyati Khalida