Bencana Alam
Pewarta Nusantara, Italia - Penerbangan menuju kota Catania di Sisilia timur terpaksa dihentikan setelah Gunung Etna, yang terletak di dekatnya, meletus dan memuntahkan abu vulkanik ke landasan pacu bandara.
Gunung Etna, dengan ketinggian 3.330 meter, seringkali menghadirkan aksi spektakuler dengan meletus beberapa kali dalam setahun, menyebabkan lahar dan abu terhampar di atas pulau Mediterania.
Terakhir kali letusan besar terjadi pada tahun 1992.
Otoritas bandara Catania mengumumkan bahwa penerbangan ke dan dari kota tersebut, yang merupakan tujuan wisata populer, akan ditangguhkan sampai kondisi keamanan normal dapat dijamin.
Gambar-gambar yang beredar di media Italia menunjukkan mobil-mobil di kota tersebut dilapisi oleh lapisan debu berpasir gelap akibat letusan Gunung Etna.
Letusan ini mengingatkan kita akan kekuatan alam yang mengagumkan dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh fenomena geologi seperti gunung berapi.
Gunung Etna di Italia, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, meletus pada hari Minggu, mengakibatkan bandara terdekat terpaksa ditutup setelah landasan pacunya tertutup oleh abu.
Gunung berapi ini terletak di pantai timur Sisilia, dekat dengan kota Catania. Institut Geofisika dan Vulkanologi Nasional Italia (INGV) melaporkan bahwa Gunung Etna mulai memuntahkan abu pada Minggu pagi.
Meskipun penutupan awan dan cuaca hujan menghalangi pandangan yang jelas tentang letusan tersebut, letusan Gunung Etna seringkali menghasilkan tontonan yang spektakuler dengan lava yang membara.
Gunung Etna, yang memiliki ketinggian 3.330 meter, merupakan gunung berapi tertinggi di Eropa dan seringkali meletus beberapa kali dalam setahun. Namun, letusan besar terakhir terjadi pada tahun 1992.
Akibat letusan ini, Bandara Catania yang terletak di dekatnya mengumumkan penutupan sementara hingga kondisi keamanan normal dipulihkan.
Penutupan sebagian wilayah udara bandara telah menyebabkan sejumlah keterlambatan dalam kedatangan dan keberangkatan pesawat menuju Sisilia, salah satu tujuan wisata populer di Italia.
Letusan Gunung Etna juga menyebabkan abu jatuh di seluruh kota Catania dan pemukiman terdekat di sepanjang lereng gunung, demikian laporan pejabat setempat.
Tidak ada laporan tentang korban jiwa, meskipun gambar-gambar media lokal yang diperoleh oleh Reuters menunjukkan mobil-mobil yang tertutup oleh lapisan tebal abu.
Baca juga: Wabah Kolera Merebak di Afrika Selatan: Sepuluh Nyawa Melayang
Letusan ini tidak terlalu mengejutkan, karena aktivitas vulkanik telah dilaporkan selama beberapa hari sebelumnya.
Layanan Proteksi Sipil Italia telah meningkatkan tingkat peringatan gempa bumi di gunung berapi ini dalam beberapa minggu terakhir, dengan mengatakan ada tanda-tanda "aktivitas erupsi rendah hingga sedang." Letusan Gunung Etna sebelumnya pada tahun 2021 berlangsung selama beberapa minggu.
Italia saat ini juga menghadapi bencana alam terpisah, karena serangkaian banjir mematikan di wilayah utara Emilia Romagna telah menewaskan setidaknya 13 orang dan mengungsi 36.000 orang lainnya.
Pewarta Nusantara - Topan Mocha telah melanda Myanmar dengan kekuatan yang menghancurkan, menyebabkan gangguan besar pada komunikasi dan kesulitan dalam mengevaluasi tingkat kerusakan oleh pekerja bantuan.
Topan ini dikatakan sebagai salah satu badai paling kuat yang pernah melanda wilayah tersebut. Daerah yang terkena dampak terutama berada di pantai Negara Bagian Rakhine barat laut dan perbatasan selatan Bangladesh.
Dampak topan ini meliputi pohon tumbang, tiang dan kabel yang roboh, serta gelombang pasang yang menyebabkan banjir di wilayah dataran rendah.
Berdasarkan laporan awal, Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, dilaporkan mengalami kerusakan parah. Namun, penilaian yang lebih jelas masih membutuhkan waktu karena beberapa pulau pesisir kecil sulit dijangkau dan sulit untuk berkomunikasi.
Kerusakan juga terjadi di kotapraja Sittwe, Kyaukpyu, dan Gwa, serta merobek atap gedung olahraga di Kepulauan Coco.
Menara komunikasi yang roboh telah memutuskan layanan internet dan telepon, mempersulit upaya penilaian kerusakan.
Tim darurat dari PBB telah dikerahkan untuk memberikan bantuan, namun situasi yang sulit dan banyaknya pengungsi yang tinggal di tempat penampungan yang tidak kokoh menambah kesulitan dalam merespon bencana ini.
Dalam beberapa hari ke depan, diharapkan adanya penilaian yang lebih rinci terkait kerusakan yang disebabkan oleh Topan Mocha di Myanmar, serta upaya yang diperlukan untuk memulihkan komunikasi dan memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak.
Pewarta Nusantara - Korban tewas akibat Banjir dan tanah Longsor di Kongo Timur terus bertambah setelah kejadian tragis pada Rabu malam.
Berdasarkan laporan pihak berwenang, setidaknya 10 orang telah meninggal dunia dalam bencana tersebut.
Banjir ini merupakan bagian dari rangkaian Bencana Alam yang terjadi akibat hujan lebat belakangan ini di wilayah Kongo.
Korban jiwa akibat banjir di wilayah yang lebih luas juga telah mencapai ratusan orang.
Salah satu desa yang paling terdampak adalah desa Vuveyi Lac, di mana banjir dan tanah longsor mengubur sejumlah orang yang sedang tidur di rumah mereka.
Pihak berwenang sedang melakukan upaya penyelamatan dan evakuasi korban yang masih terjebak di bawah tanah.
Namun, sumber daya yang terbatas menjadi kendala dalam upaya pencarian dan penyelamatan di wilayah Kalehe di provinsi Kivu Selatan.
Banjir bandang di desa-desa tersebut telah menenggelamkan bangunan dalam lumpur dan puing-puing, dan sampai saat ini masih terdapat sekitar 1.000 orang yang belum ditemukan.
Komunitas yang terkena dampak bencana ini sangat rentan karena kemiskinan dan infrastruktur yang buruk. Perubahan iklim juga memainkan peran penting dalam intensitas bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Para pekerja bantuan berusaha untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada korban, termasuk mempersiapkan diri menghadapi potensi wabah kolera yang dapat muncul akibat kurangnya sanitasi.
Banjir dan tanah longsor juga terjadi di negara tetangga Rwanda, menyebabkan kerugian jiwa dan kerusakan properti yang signifikan.
Hujan lebat yang terus menerus di wilayah ini meningkatkan risiko banjir dan menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap manajemen air dan penggunaan lahan.
Terkait kejadian ini, ulasan lengkap mengenai Banjir dan Longsor Sapu Kongo Timur, 10 Orang Tewas telah disajikan. Semoga ulasan tersebut bermanfaat dalam memberikan pemahaman lebih mendalam tentang peristiwa tragis ini.